Jatuhnya bom di Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945 bukanlah peristiwa asing di telinga. Bom atom tersebut menghancurkan lebih dari 90% infrastruktur dan menewaskan lebih dari 80.000 jiwa. Menariknya, kota ini kembali bangkit di tahun ke tujuh dengan aneka tempat wisata yang merupakan saksi bisu kekejaman perang di masa lalu. Bahkan jelajah kota Hiroshima seharian bukan tidak mungkin.
Baca juga : Ngeri tapi Harmonis, Warga Suku Ini Hidup Berdampingan dengan Ratusan Macan Tutul
Seperti Kontributor Travelingyuk, Muthia Anindita yang sudah mendatangi banyak tempat bernilai sejarah. Penasaran seperti apa ceritanya kan?
Transportasi Menuju Hiroshima
Perjalanan ke Hiroshima ditempuh dalam waktu dua jam dengan menggunakan kereta cepat Shinkansen, dari Stasiun Kyoto. Biaya yang dikeluarkan untuk satu kali perjalanan sebesar 12.000 yen atau sekitar Rp1,5 juta.
Keliling Hiroshima dengan Bus
Sesampainya di Stasiun Hiroshima, lanjutkan perjalanan dengan berjalan menuju terminal bus tempat perhentian Hiroshima Sightseeing Loop Bus atau Hiroshima Maple Bus. Halte bus ini berada tepat di depan Stasiun Hiroshima. Dengan biaya tiket harian sebesar 400 yen atau Rp53.000 dapat bebas berkeliling ke semua objek wisata di Hiroshima dengan menggunakan bus ini.
Hiroshima Peace Memorial Museum
Tujuan pertama saya di kota ini adalah Hiroshima Peace Memorial Museum. Tempat wisata ini terdiri dari dua bangunan, Gedung Utama dan Aula Timur. Untuk saat ini, acara diselenggarakan di Aula Timur, karena Gedung Utama sedang direnovasi dan akan dibuka kembali pada tahun 2019. Di museum ini saya dapat menyaksikan detik-detik ledakan bom atom Hiroshima di tahun 1945 yang divisualisasikan secara tiga dimensi. Ada juga replika bom atom uranium bernama “little boy”, yang digunakan pada peristiwa pemboman tersebut.
Bagian yang paling mengharukan dari museum ini adalah foto, benda peninggalan korban bom atom dan testimoni keluarga yang ditinggalkan. Foto hitam-putih berisi reruntuhan bangunan, debu dan puing-puing berserakan di jalan, serta wajah-wajah korban yang mencari pertolongan berjajar di dinding salah satu aula ekshibisi. Sepeda roda tiga yang meleleh, baju seragam sekolah compang-camping serta lipatan origami berbentuk burung bangau merupakan beberapa peninggalan korban. Testimoni keluarga yang ditinggalkan terpatri di sisi lain aula.
Di area taman yang mengelilingi museum, terdapat sebuah batu nisan (cenotaph) besar berbentuk sadel. Batu yang bernama Memorial Monument for Hiroshima, City of Peace atau Cenotaph for Atomic Bomb Victims ini didirikan untuk mengenang seluruh korban ledakan bom atom. Nama-nama korban terpatri di sini. Di sebuah prasasti yang terletak di bawah batu nisan terpatri pesan “Rest in Peace, For (We/They) Shall Not Repeat The Error”.
Atomic Bomb Dome
Berada di tepi Sungai Ota, terdapat Atomic Bomb Dome yang merupakan reruntuhan bangunan Hiroshima Perfectural Industrial Promotion Hall. Dulunya bangunan tersebut berfungsi sebagai lokasi pameran hasil-hasil industri di Hiroshima. Saat terjadinya ledakan, struktur bangunan yang terbuat dari baja ini tetap bertahan dari terpaan panas dan tekanan akibat ledakan. Pemerintah Jepang memutuskan untuk mempertahankan bangunan tersebut sebagai simbol ledakan bom atom Hiroshima. Di tahun 1996 Atomic Bomb Dome dinobatkan sebagai salah satu World Herritage Site oleh UNESCO.
Sungai Ota
Jelajah Kota Hiroshima seharian terasa kurang jika belum menikmati keindahan Sungai Ota. Tempat ini juga menjadi saksi bisu bom yang luluh lantahkan kota. Sesaat setelah terjadinya ledakan, para korban selamat berbondong-bondong menceburkan diri ke sungai ini berharap meredakan hawa panas akibat ledakan. Sejak tahun 1947, setiap tanggal 6 Agustus diadakan Hiroshima Peace Memorial Ceremony atau Peace Message Lantern Floating Ceremony, di mana para pengunjung menuliskan pesan di lentera yang akan diapungkan di aliran Sungai Ota.
Children’s Peace Monument
Di antara Peace Memorial Museum dan Atomic Bomb Dome terdapat sebuah monumen yang dinamakan Children’s Peace Monument. Bangunan ini didirikan untuk mengenang Sadako Sasaki dan ribuan anak lainnya yang meninggal dunia akibat ledakan bom. Sadako Sasaki merupakan salah satu anak yang berhasil selamat dari ledakan. Sayangnya, 10 tahun kemudian meninggal dunia akibat Leukemia akibat efek samping dari radiasi nuklir.
Demikian cerita perjalanan Muthia Anindita ke Hiroshima, kota yang dulu pernah hancur namun bangkit kembali dan menjadi simbol perdamaian bagi masyrakat di dunia. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk Teman Traveler yang ingin merencanakan perjalanan ke Jepang, khususnya jelajah kota Hiroshima seharian. See ya! Next