Masuknya Islam di Indonesia sedikit banyak memengaruhi kebudayaan yang ada hingga sekarang. Hadirnya Islam di kawasan Yogyakarta memunculkan tradisi berupa Grebeg Mulud yang diadakan berbarengan dengan acar Sekaten. Berbeda dengan Yogyakarta, masyarakat di Kalimantan khususnya Suku Banjar melakukan upacara bernama Baayun Mulud untuk memperingati lahirnya Nabi Muhammad.
Baca juga : Tempat Menginap dengan Sentuhan Bambu di Jogja, Berasa Tinggal di Pedesaan!
Upacara ini dilakukan dengan cara yang cukup unik. Bayi-bayi yang masih kecil akan dikumpulkan pada satu tempat untuk diayunkan. Saat bayi diayunkan, doa-doa dan lagu yang berisi petuah dilantunkan bergantian. Sering dengan berkembangnya waktu, upacara ini juga dilakukan untuk tolak bala. Berikut uraian lengkap tentang asal-usul hingga nilai moral dari Baayun Mulud.
Asal-Usul Baayun Mulud
Baayun Mulud awalnya bernama Baayun Anak, upacara ini dilakukan jauh sebelum Islam masuk ke Kalimantan. Penduduk di Suku Banjar akan melakukan prosesi menganyunkan anak yang masih bayi pada sebuah kain. Dahulu kala, tradisi ini dilakukan untuk mengenalkan bayi pada Datu Ujung yang dipercaya sebagai leluhur yang sakti. Seiring dengan berkembangnya waktu, tradisi ini dimodifikasi.
Masuknya Islam ke Kalimantan perlahan-lahan membuat tradisi ini disesuaikan dengan nilai Islam. Jika awalnya digunakan untuk mengenalkan pada leluhur, upacara ini berubah sebagai peringatan lahirnya Nabi Muhammad. Setiap bulan Maulud, anak-anak dikumpulkan untuk mendengarkan doa-doa dan juga kisah kehidupan dari rasul yang membawa Islam dan menyebarkan ke seluruh dunia.
Pelaksanaan Baayun Mulud
Awalnya bayi yang diikutkan dalam acara ini adalah mereka yang lahir pada bulan Safar yang diyakini memiliki banyak bala atau petaka. Selain itu, bayi yang diikutkan hanyalah dari golong orang berada saja. Saat ini, upacara ini dilakukan setiap tahun kepada bayi berusia 0-5 tahun sebagai bagian dari tradisi yang sudah melekat selama berabad-abad.
Saat ini pelaksanaan dari Baayun Maulud dilakukan pada bulan Maulud tepatnya pada tanggal 12. Hari ini diambil karena sesuai dengan tanggal kelahiran dari Nabi Muhammad. Bayi-bayi akan dikumpulkan di balai desa masjid, atau tempat yang lapang agar acara bisa dilakukan secara bersama-sama.
Prosesi Acara Baayun Maulud
Acara Baayun Maulud dilakukan pada pagi hari. Penyelenggara akan meletakkan batu pipih pada ayunan. Beranjak siang saat banyak orang berkumpul, acara inti dimulai dengan membacakan Kitab Maulid Nabi. Setelah itu akan ada kitab-kitab lain yang memiliki syair indah dan sesuai dengan momen ini. Memasuki kata asyraqal, bayi akan mulai dimasukkan ke dalam ayunan dengan mengangkat batu pipih terlebih dahulu.
Bayi yang ada di dalam ayunan tidak boleh tidur. Setelah dimasukkan, ibu akan mengayunkan secara perlahan melalui benang yang sudah disediakan. Setelah acara ayunan selesai, bayi akan diberi percikan air tutungkal yang terdiri dari air, minyak bubrih, dan aneka rempah yang menyehatkan. Setelah ritual ini acara akan ditutup dengan pembacaan doa dan makan bersama-sama di lokasi Baayun Mulud.
Nilai Moral dari Baayun Mulud
Acara Baayun Mulud bukan sekadar acara untuk memberikan keselamatan atau menolak bala saja. lebih banyak dari itu, Baayun Mulud dilakukan untuk meneladani dan mengambil berkah dari kemuliaan Nabi Muhammad. Selain itu, acara ini juga merupakan wujud nyata dari nilai positif yang diajarkan oleh Nabi Muhammad meski diakulturasi dengan budaya lokal yang sudah dilakukan selama ratusan tahun.
Upacara ini juga merupakan simbol agar anak yang diayun mendapatkan kebaikan dalam hidupnya. Mereka yang menyaksikan acara ini juga bisa ikut melestarikan acara yang merupakan tradisi dari nenek moyang di masa lalu. Generasi muda akan diajarkan bagaimana menghormati budaya leluhur yang tidak ternilai lagi harganya.
Inilah tradisi Baayun Mulud yang diadakan setahun sekali oleh Suku Banjar. Kalau kamu ingin menyaksikan betapa seru dan sakralnya ini jangan sungkan untuk datang pada tanggal 12 Maulud setiap tahunnya. Yuk, eksplorasi keunikan Indonesia lebih banyak! Next