Setiap daerah pasti memiliki tempat pembuangan akhir (TPA). Yang tentunya ada banyak sampah di mana-mana. Tapi, ini tidak akan teman traveler temukan pada TPA di Aceh bernama Gampong Jawa. Sebab, tempat pembuangan yang terletak di pinggir laut tersebut memiliki keunikan tersendiri.
Baca juga : 5 Rekomendasi Destinasi Alam Terinstagenic untuk Sambut 2020 Anti Kusut
Penampilan Gampong Jawa dulu yang masih tidak menarik
Sejak dulu, Gampong Jawa memanglah menjadi TPA yang sama seperti pada umumnya. Terlihat tidak menarik karena seluas penglihatan hanya ada sampah dari berbagai penjuru Aceh. Ditambah dengan bau busuk yang tentu menusuk hidung siapa saja yang lewat di sekitar sana.
Parahnya, sampah-sampah tersebut seperti tidak ada habisnya. Malah selalu datang setiap hari dan menyebabkan sampah menjadi menggunung.
Kini diperbaiki menjadi tempat wisata
Tempat yang juga dikenal dengan nama Pasie Gampong Jawa itu, kini mulai bersolek. Keberadaan kafe-kafe yang dibangun serupa balkon, menjadi daya tarik baru. Bangunan berkonstruksi kayu tersebut, banyak dipilih oleh kaum muda atau rombongan keluarga untuk bersantai, sembari menyantap penganan.
Kafe-kafe tersebut terlihat apik dalam balutan cat dan tirai warna-warni. Letaknya menempel persis di bibir pantai dengan panorama menghadap hamparan laut berlatar gugusan bukit. Kehadiran kafe-kafe yang terlihat eye catching tersebut, membuat kesan yang awalnya dikenal sebagai Tempat Pembuangan Akhir (TPA) ‘luntur’.
Pada malam hari, kafe-kafe di Gampong Jawa tetap buka
Jangan khawatir untuk teman traveler yang ingin berkunjung ke sana pada malam hari. Pasalnya, kafe-kafe yang ada di sekitar Gampong Jawa tetap buka.
Bahkan, di tempat makan pinggir pantai tersebut, dihiasi oleh banyak lampu. Sehingga kafe terlihat lebih cerah. Menariknya lagi, lampu tersebut juga membuat spot foto berbentuk hati yang ada di sana semakin jelas terlihat. Jadi, kalian masih bisa berfoto-foto meskipun pada malam hari.
Terdapat tradisi yang dilakukan oleh nelayan di Gampong Jawa
Selain dikenal sebagai tempat pembuangan sampah, Gampong Jawa juga dikenal dengan kampung nelayan. Nah, para nelayan yang ada di sana ternyata menjalankan sebuah tradisi bernama Tarek Pukat. Sebelum ditarik, pukat terlebih dahulu dilemparkan ke laut menggunakan sebuah perahu.
Jaraknya berkisar 500 meter dari bibir pantai. Pukat kemudian dilempar secara melingkar lalu kedua ujung talinya tetap berada di pantai. Jika sudah, ikan-ikan yang disasar akan secara otomatis terperangkap di tengahnya. Kedua ujung tali itulah yang ditarik para nelayan. Mereka dibagi dalam dua kelompok. Satu kelompok biasanya lima orang. Butuh waktu sekitar dua jam untuk berhasil menarik seluruh pukat ke atas pantai.
Gampong Jawa yang dulu diremehkan hanya karena menjadi sebuah TPA, kini tidak lagi. Tempat tersebut sudah disulap menjadi tempat wisata yang sekarang ramai pengunjung. Namun, meskipun begitu, di beberapa bagian Gampong Jawa masih digunakan sebagai tempat pembuangan akhir. Nah, untuk itu, supaya tempat wisata tetap nyaman dikunjungi, para wisatawan dilarang membuang sampah sembarangan. Tujuannya agar lingkungan tetap terjaga kebersihannya dan tak muncul bau busuk lantaran sampah. Next