Siapa sih yang belum pernah ke Taman Nasional Bromo Tengger Semeru? Kawasan yang berlokasi di Jawa Timur ini banyak dikunjungi wisatawan. Berikut pengalaman saya pada waktu mengunjungi salah satu pesona wisata terbaik di Indonesia ini sekaligus melihat sunrise di Bromo!
Baca juga : Cantiknya Telaga Sigebyar Mangunan, Wisata Pekalongan yang Curi Perhatian
Berkumpul di Pare
Titik pertemuan kami waktu itu adalah Kampung Inggris yang berlokasi di Pare. Sekitar pukul 11 malam, saya dan rombongan memutuskan untuk berangkat menuju vila transit sebelum akhirnya ke Bromo. Perjalanan memakan waktu kira-kira 5 jam, dan saya memilih untuk tidur supaya tenaga bisa terisi penuh kembali.
Sesampainya di villa transit, saya dan rombongan bersiap-siap. Kami meletakkan tas besar di dalam mobil, sementara yang dibawa ke Bromo hanyalah barang-barang berharga plus jaket, kupluk, syal, dan sebagainya.
Waktu itu, salah satu teman saya Sicilia belum membeli sarung tangan. Kebetulan ada yang berjualan keliling. Kalau tidak salah, harganya Rp10.000 untuk sepasang. Meskipun tidak terlalu tebal, tapi bisa mencegah agar tidak terlalu kedinginan.
Tiba di Bromo
Sekitar pukul 03.00, kami berangkat dengan menaikki jeep. Tidak lupa, saya dan rombongan memfoto plat nomor kendaraan tersebut biar enggak bingung menemukannya nanti.
Sekitar 1,5 jam perjalanan, kami sampai di perhentian pertama bernama Pos Dingklik. Di sinilah titik yang paling dekat dengan gerbang masuk. Memang tidak butuh usaha keras untuk melihat sunrise, hanya perlu menaiki beberapa anak tangga, kok.
Melihat Sunrise dan Jelajahi Alam Bromo
Ternyata pas sampai di sana, taman nasional ini sangatlah rame! Karena langit masih gelap dan tanda-tanda matahari terbit belum ada, akhirnya kami melipir sejenak ke warung terdekat untuk mengisi perut dengan mi instan. Setahu saya, Bromo memang memiliki beberapa sunrise view point. Yang paling dekat dengan gerbang masuk ialah Pos Dingklik.
Sehabis sunrise berhasil kami lihat, tujuan selanjutnya adalah Pasir Berbisik. Kenapa sih, dinamai demikian? Usut punya usut, ketika angin bertiup, pasir-pasir di sana berterbangan hingga menimbulkan suara seperti bisikan, yang mana suara tersebut terdengar hingga ke telinga.
Kunjungi Tempat Lain yang Tak Kalah Memesona
Kalau jadi berjalan kaki ke Kawah Bromo, saya bisa mampir ke Pura Luhur Poten dan juga melihat pemandangan Gunung Batok. Sayang, saya dan rombongan mengurungkan niat. Kami lebih memilih untuk mengisi perut kembali di salah satu warung di sana. Pilihan makanannya mulai dari nasi, telur, mie instan, ayam goreng.
Anyway, satu hal yang saya suka dari Bukit Teletubbies ini adalah gradasi hijaunya. Cantik banget! Bisa di kata, ini merupakan salah satu spot foto instagramable yang wajib dikunjungi.
Itulah tadi deretan pengalaman saya bersama teman-teman yang sangat berkesan saat mengunjungi Bromo. Ceritakan pengalaman Teman Traveler juga, dong!