Topeng Malangan atau wayang topeng merupakan salah satu tradisi sekaligus warisan budaya menarik dari Malang. Kini mulai banyak yang menampilkannya di sejumlah acara. Tak hanya itu, produksi topeng malangan pun kembali menggeliat. Yuk, simak ulasan lengkapnya Teman Traveler.
Baca juga : Tak Harus Mahal, Ini Akomodasi 500 Ribuan di Kepulauan Riau
Akulturasi India dan Jawa
Sejarah topeng malangan konon berkaitan erat dengan Kerajaan Kanjuruhan, yang pusatnya berada di sekitar wilayah Malang saat ini. Pemimpinnya adalah Raja Gajahyana, yang berkuasa di sekitar Abad ke-8. Diyakini pada saat itu mulai muncul topeng sebagai peralatan untuk pertunjukan sandiwara maupun tontonan hiburan bagi Sang Raja serta rakyatnya.
Para peneliti meyakini bahwa hal ini juga merupakan bentuk akulturasi budaya India dan Jawa-Kanjuruhan. Pasalnya selama masa ini ada banyak pedagang dari Asia Selatan melakukan bisnis di sekitar wilayah Kerajaan Kanjuruhan.
Perajin Topeng di Dusun Kedungmonggo
Seiring perkembangan zaman, topeng malangan tak hanya digunakan dalam pementasan. Tak sedikit yang memanfaatkannya sebagai hiasan dinding, gantungan kunci, dan beragam asesoris lainnya.
Salah satu tempat pembuatan topeng malangan yang bisa Teman Traveler sambangi adalah Padepokan Asmoro Bangun. Lokasinya ada di kawasan Pakisaji, tepatnya di Dusun Kedungmonggo, Desa Karang Pandan.
Selain memproduksi topeng, tempat yang sudah berdiri sejak 1930-an ini juga berfungsi sebagai sanggar tari. Pendirinya bernama Karimoen atau lebih sering dikenal sebagai Mbah Karimun. Beliau merupakan cucu Mbah Serun, salah satu tokoh tari topeng malangan di era lawas dan sekaligus pendiri kelompok wayang topeng Pandawa Lima.
Kelompok tersebut lantas berganti nama dan kini dikenal dengan nama Padepokan Seni Topeng Asmoro Bangun. Perubahan tersebut pertama dicetuskan oleh Mbah Karimun pada 1978. Setelah beliau meninggal pada 14 Februari 2010, kepengurusan sanggar diserahkan pada Tri Handoyo, sang cucu.
Topeng Kualitas Tinggi
Dibantu istri dan beberapa saudaranya, sanggar pimpinan Tri Handoyo juga konsisten dalam memproduksi topeng malangan. Bahan yang digunakan bervariasi dari segi kualitas. Kayu biasa umumnya digunakan untuk topeng anak-anak dan gantungan kunci, sementara kayu premium dimanfaatkan untuk topeng pesanan khusus.
Kini padepokan yang berada di selatan Malang ini juga telah menjelma sebagai tempat wisata edukasi dan budaya di Malang. Tak jarang rombongan pelajar dan mahasiswa berkunjung ke sini untuk melihat proses pembuatan topeng, sekaligus belajar menari.
Tips Berkunjung
Pengunjung umumnya datang kesini bersama rombongan. Mereka bakal beramai-ramai mempelajari sejarah kebudayaan asli Malang ini. Jika Teman Traveler tertarik melakukan hal serupa, bisa langsung arahkan kendaraan ke selatan, menuju wilayah Kecamatan Pakisaji.
Tak hanya itu, jika datang bersama dengan rombongan ada baiknya menghubungi pihak padepokan terlebih dulu. Bukan apa-apa, tak jarang mereka bakal mengadakan aktivitas di luar. Mengikuti pameran topeng malangan misalnya.
Itulah sekilas ulasan mengenai topeng malangan, budaya Kota Bunga yang menarik untuk dipelajari lebih dekat. Jika Teman Traveler sedang liburan di Malang, jangan lupa sempatkan mampir untuk belajar membuat topeng atau menari ya. Next