Kamis, 9 Januari 2020, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melakukan kerja sama dengan Netflix. Nadiem Makarim selaku Mentri Pendidikan dan Kebudayaan, mengungkapkan bahwa kerja sama ini merupakan awal dalam mewujudkan kebudayaan Indonesia yang lebih inovatif. Berikut film Indonesia yang mengangkat budaya Indonesia di dalamnya.
Baca juga : Candi Kalicilik Blitar, Bukti Penghormatan Raja Ken Arok
1. The Mirror Never Lies
Film yang dirilis pada 2011 dengan sutradara Kamila Andini ini berlatar belakang kehidupan Suku Bajo di Wakatobi, bercerita tentang seorang keluarga di Suku Bajo yang kehilangan sososk kepala keluarga saat dirinya sedang berada di laut saat berlayar. Hal ini menyebabkan seorang anak yang bernama Pakis dan ibunya Tayung, selalu berdebat pendapat mengenai kejadian yang menimpa ayah mereka.
Kebiasaan adat suku asli Wakatobi ini terlihat saat Tayung memakai sebuah masker, hal itu dilakukan sebagai tanda duka karena suaminya telah meninggal. Kehidupan Suku Bajo yang dekat dengan laut juga tergambarkan dengan baik di film yang di sponsori WWF ini. Pekerjaan masyarakat yang berdagang ikan, menjadi nelayan, sekolah yang berada di tepi laut dan juga susahnya mendapatkan air tawar.
2. Marlina: Si Pembunuh dalam Empat Babak
Jika Teman Traveler mendengar judulnya, apa yang terfikirkan? Film yang terpilih sebagai film pilihan di Piala Citra 2018 ini bukanlah bergenre horor. Malina adalah seorang perempuan yang membela diri dari ancaman perampokan dan pemerkosaan dari tujuh lelaki. Ia meracuni para perampok itu dan memenggal kepala seorang penagih hutang. Hanya dengan membunuh, perempuan ini bisa menentukan nasib sendiri di padang savanna yang luas dan patriarkal.
Film yang disutradarai oleh Kamila Andini ini mengangkat tradisi dan kepercayaan masyarakat Bali. Dialog dalam film ini juga memakai bahasa penduduk Pulau Dewata. Dengan berlatar belakang keindahan padang savana di daerah Sumba, film ini berhasil menyita perhatian banyak penonton 3 hari penayangan setelah rilis.
3. Aruna dan Lidahnya
Kuliner di Indonesia yang beragam, dikenalkan dengan baik di film yang rilis di tahun 2018 ini. Aruna adalah seorang perempuan yang terobsesi dengan makanan, bersama kedua temannya yang bernama Bono dan Nadezhda, mereka berkeliling di berbagai kota di Jawa Timur untuk mencicipi makanan khas di daerah ini. Selain melakukan perjalan untuk mencicipi kuliner, mereka bertemu dengan hal-hal yang tak terlupakan, tentang sejarah hingga ruang lingkup sosial politik masyarakat.
Disutradai oleh Edwin, film yang melibatkan warga asal Kalimantan Barat ini, sukses menyorot kehidupan masyarakat Pontianak dan Singkawang. Selain Jakarta dan Surabaya, lokasi pengambilan gambar juga dilakukan di Pamekasan, Madura. Lebih dari 21 makanan lokal khas Indonesia yang dimunculkan dalam film ini.
4. Kartini
Sejarah tidak akan lekang oleh waktu. Kisah ini menceritakan tentang seorang perempuan bernama Kartini yang lahir dari pernikahan korban norma feodal. Sesuai adat yang berlaku seorang perempuan bangsawan yang menginjak masa remaja, harus dipingit sampai saatnya ada lelaki bangsawan yang melamar untuk dinikahi. Mau tidak mau, Kartini harus menjalaninya. Beruntung dia memiliki buku-buku pemberian kakaknya yang dapat dibaca sebagai penghubung dengan dunia luar. Karena itulah Kartini dapat memberikan gagasan-gagasan yang dapat meluluhkan Bupatu untuk menghilangkan adat pingit untuk perempuan.
Melalui film ini, sutradara Hanung Bramantyo menjelaskan bahwa Kartini lebih dari sekedar sosok yang setiap tanggal 21 April diperingati cukup hanya dengan kegiatan seremonial dengan berpakaian tradisional di sekolah dan kantor, hal ini hanyalah sekedar formalitas belaka.
5. Silek dan Surau
Dengan mengankat tema silat, seorang anak bernama Aldi yang ingin mengangkat perekonomian keluarganya, bercita-cita memenangkan pertandingan silek. Dia bersama ketiga temannya mencari surau untuk berlatih silek.
Dalam film ini, mengangkat budaya Minangkabau yang sangat kental. Bertujuan untuk mengingatkan tentang budaya silek yang telah lama ditinggalkan, Gilang Dirgahani selaku produser film ini juga ingin menyampaikan sejarah Islam yang Masuk ke Minang. Bahwa, dulu surau merupakan tempat ibadah Hindu, sebelum islam masuk dan menjadikan surau sebagai tempat belajar agama dan interaksi sosial.
Budaya di Indonesia harus terus dilestarikan dan dipelajari, agar tidak terlupakan dan menghilang, karena itu merupakan warisan dari nenek moyang. Apakah Teman Traveler tertarik untuk menonton beberapa film dengan unsur budaya Indonesia diatas? Next