Ternyata, di pusat bisnis Jakarta yang sarat dengan para pencakar langit masih tersisa ruang hijau nan asri yang menorehkan sepenggal sejarah Indonesia-Belanda. Ereveld Menteng Pulo, Jakarta Selatan, yang merupakan makam kehormatan Belanda, adalah salah satunya. Konon, Menteng Pulo dulunya tergolong daerah pinggir kota jauh sebelum kehadiran gedung-gedung tinggi. Pastinya, ketika menginjakkan kaki ke sana, persepsi tentang makam yang kotor apalagi angker akan sirna seketika.
Sejarah Ereveld Menteng Pulo
Ereveld Menteng Pulo adalah tempat peristirahatan terakhir untuk 4000 lebih korban perang selama Perang Dunia Kedua (1939-1945), terutama akibat kamp konsentrasi Jepang, dan revolusi sesudah Perang Dunia Kedua (1945-1949) yang diresmikan tanggal 8 Desember 1947 dan dikelola oleh Yayasan Makam Kehormatan Belanda atau OGS (Oorlogsgravenstichting).
Dahulu, terdapat 22 Ereveld di seluruh Indonesia. Kini tinggal 7 dan semua dipusatkan di Pulau Jawa. Dari semua Ereveld yang ada, Ereveld Menteng Pulo adalah yang terbesar dan terindah. Lokasi Ereveld lain di Jakarta adalah di Ancol.
Orang yang dimakamkan di sini adalah tentara Belanda dan Indonesia yang mayoritas tergabung dalam KNIL (Koninklijk Nederlands Indies Leger atau Tentara Kerajaan Hindia Belanda). Walaupun begitu, sebetulnya hanya 25 persen korban yang bertugas militer dan sisanya adalah warga sipil, termasuk anak-anak.
Ada sedikit peraturan tak tertulis di pemakaman ini. Ketika mengelilingi makam, berjalanlah mulai dari bagian kaki makam agar tidak menginjak atau melangkahi bagian kepala. Sebelum mempublikasikan foto-foto yang terdapat nama-nama di makam, maka nama-nama tersebut diburamkan terlebih dahulu. Atau, foto dari sisi belakang makam supaya tidak ada nama yg muncul.
Arti Tanda-tanda Makam
Bentuk makam yang berbeda-beda menunjukkan agama yang pernah dianut setiap korban. Tanda makam salib polos adalah makam Kristen atau Katolik. Bila ujung salib berupa garis kaku artinya laki-laki, bila dengan 3 kelopak bunga artinya perempuan, sedangkan tanda salib polos kecil dan pendek adalah anak-anak.
Makam berbentuk bulat adalah Budha, yang berbentuk 3 tonjolan adalah Muslim dan yang berbentuk bintang segi 6 adalah Yahudi. Sedangkan, makam berbentuk salib yang ditutupi perisai besar di tengahnya adalah makam massal. Bila makam bertuliskan “onbekend”, berarti ditujukan bagi mereka yang tidak dikenal karena tidak teridentifikasi.
Gereja Simultaan
Walaupun terdapat altar, Alkitab besar berbahasa Belanda dan salib, Gereja Simultaan tidak digunakan untuk misa umat Kristiani, melainkan untuk acara peringatan dan upacara untuk berbagai macam agama. Di dalamnya terdapat monumen berbentuk salib terbuat dari kayu rel kereta dari Burma untuk mengenang tentara Belanda, Australia, Amerika dan Inggris yang tewas selama kerja paksa oleh Jepang saat pembuatan jalur rel kereta di Burma.
Columbarium
Selain makam, Ereveld Menteng Pulo juga menyimpan 754 abu jenazah tentara Belanda yang gugur saat menjadi tahanan di kamp konsentrasi Jepang selama Perang Dunia Kedua di columbarium yang terletak di sisi luar Gereja Simultaan.
Kolam di tengah columbarium memberikan sentuhan keindahan sendiri dan kesejukan. Berkat Robbert C.J.M van de Rijdt, direktur Ereveld yang juga pecinta tanaman bunga, maka terdapat aneka macam bunga yang mempercantik lingkungan dalam pemakaman, termasuk bunga teratai di kolam tengah columbarium.
Sampai sekarang, masih terdapat pihak keluarga yang mengunjungi makam dan columbarium sanak saudaranya, terbukti dari terlihatnya karangan bunga yang masih segar sewaktu kunjungan.
Kompleks Makam Inggris
Di dalam lingkungan Ereveld Menteng Pulo, terdapat juga kompleks pemakaman khusus yang dikelola oleh Kerajaan Inggris. Tanah yang digunakan letaknya sedikit lebih tinggi daripada yang dipakai Belanda dan terdapat pagar kecil sebagai pembatas.
Salah satu tokoh yang Inggris yang dimakamkan adalah Brigadir Jenderal Mallaby yang tewas dalam baku tembak di Surabaya yang memancing perang 10 November karena ultimatum dari Inggris untuk menyerahkan senjata tanpa syarat tidak dihiraukan tentara Indonesia. Selain itu, terdapat korban perang dari Negara Persemakmuran Inggris lainnya, seperti Australia, Kanada, Amerika, Pakistan dan India.
Warisan Sejarah dan Kesadaran Diri
Ereveld Menteng Pulo dibuka untuk umum mulai dari pukul 7 pagi hingga 5 sore dan tidak dikenakan biaya masuk. Memasuki kompleks ini, bisa jadi Teman Traveler lupa bahwa sedang berada di kawasan pemakaman karena serasa di taman yang bersih, indah dan menenangkan bila tidak melihat tanda makam sama sekali. Next
Baca juga : Kuliner Serba Es di Jogja, Lawan Panasnya Kota Pelajar dengan yang Segar-segar
Petugas lapangan terkadang mengeluh masih ada saja segelintir pengunjung yang mempunyai kebiasaan buruk, mulai dari buang sampah sembarangan hingga pacaran dengan gaya yang kurang pantas. Wah, jangan ditiru ya Teman Traveler!
Taman makam ini merupakan tempat wisata bersejarah yang mengingatkan Teman Traveler akan dampak Perang Dunia Kedua dan revolusi di tanah air. Para saksi yang beristirahat dalam keabadian memberikan pelajaran bagi Teman Traveler dan generasi mendatang bahwa peperangan dengan alasan apapun tidak ada untungnya dan menimbulkan banyak korban yang tidak bersalah.
Mari berwisata sambil menimba ilmu, menyejukkan mata, dan pupukkan kesadaran diri untuk membantu menjaga keasrian lingkungan di tempat penghormatan terakhir para korban yang sudah tercipta sejak lama.