Selandia Baru menjadi salah satu negara yang juga tidak luput dari wabah Covid-19 yang melanda dunia. Setelah adanya kasus, negara ini langsung memberlakukan berbagai macam peraturan tegas untuk menekan penyebaran wabah meluas. Kini, negara tersebut sudah mengumumkan bahwa mereka sudah bebas dari Covid-19. Lalu apa saja sih kebijakan yang diterapkan? Mengapa negara tersebut hanya memerlukan waktu singkat untuk mengatasi wabah? Simak ulasannya!
Baca juga : 7 Bangunan Paling Unik dan Nyentrik di Eropa
Strategi
1. Sains Jadi Acuan
Selandia Baru mengacu pada pendekatan ilmiah untuk menekan penyebaran virus corona dan landasan untuk mengambil kebijakan agar tidak salah langkah. Selain itu, Dirjen Kesehatan pun langsung turun dan menjadi garda paling depan dalam penanganan wabah ini. Wabah tersebut membuat PM Selandia Baru mengambil beberapa penanganan serius.
2. Terapkan Kebijakan yang Tegas
Tidak hanya sains, Jacinda Ardern selaku Perdana Menteri Selandia Baru juga mengambil keputusan berdasarkan jumlah kasus yang ada di negara mereka. Saat tercatat 6 kasus, Jacinda Ardern mewajibkan siapa pun yang masuk ke negaranya untuk mengisolasi diri selama 14 hari. Semakin bertambah jadi 28 orang, beliau langsung melarang pelancong untuk masuk ke Selandia Baru
3. Konsisten pada Aturan
Setelah melarang pelancong masuk, kasus positif virus corona semakin bertambah yakni mencapai 102 orang dan belum ada korban jiwa. Hal ini semakin menyita perhatian pemerintah. Langkah berikut yang diambil adalah Lockdown. Tidak tanggung-tanggung, pada 23 Maret 2020 lalu status lockdown Selandia Baru langsung berada pada level 4.
Dampak
1. Kasus Menurun Drastis
Langkah serius yang diambil tentu memberikan dampak yang baik. Selandia Baru terus mencatat kasus yang menurun. Hal tesebut membuat negara kepulauan yang berada di barat daya Samudera Pasifik tersebut menurunkan level lockdown ke angka 3. Pertengahan Mei level lockdown turun jadi 2, selanjutnya kembali turun jadi level 1.
2. Tidak Ada Pertambahan Kasus
Lockdown dengan level 1 diperkirakan jatuh pada tanggal 22 Juni 2020 mendatang, namun karena sudah tidak ada pertambahan kasusus lagi setelah 17 hari berturut-turut maka PM Selandia Baru mempercepat lockdown level 1 di negara tersebut.
3. Beraktivitas seperti Biasanya
Berbagai kabar positif tersebut membuat pemerintah memperbolehkan lagi warganya untuk beraktivitas seperti biasanya. Tidak hanya itu, pernikahan pun sudah boleh digelar kembali tanpa harus menjaga jarak yang ketat saat melaksanakan dan menghadiri uacara pernikahan di Selandia Baru.
4. Dampak Lockdown Cukup Besar
Langkah lockdown tentu memberikan dampak positif terhadap wabah yakni tali tular menjadi terputus. Tidak hanya wabah, lockdown juga berdampak pada ekonimi Selandia Baru. Tercatat setidaknya 275 ribu orang menjadi pengangguran. Tingkat pengangguran negara ini bahkan dipredisksi mencapai 13,5% bulan depan.
5. Turis Belum Diperbolehkan Masuk
Agar tetap menjaga status bebas atau bersih dari wabah virus corona, Selandia Baru tetap tidak memperbolehkan pelancong yang berasal dari negara lain untuk masuk ke negara mereka. Sedangkan warga Selandia Baru yang datang dari luar negeri wajib mengisolasi diri selama 14 hari sebelum kembali beraktivitas.
Langkah tepat yang diambil oleh Perdana Menteri Selandia Baru tentu menjadi pedoman bagi negara lainnya. Sikap dan peraturan tegas yang diberlakukan tentu memberikan dampak positif dan juga negatif. Namun mau tidak mau, demi memutuskan rantai penularan tentu menimbulkan konsekuensi yang tidak kecil. Next