Jika anda sedang berada di Kota Blitar dan menanyakan kuliner Soto Mbok Ireng, semua orang di jamin pasti segera membantu anda untuk menemukan kuliner legendaris ini. Soto yang satu ini merupakan salah satu ikon Kota Blitar dalam hal kuliner. Rasany terkenal enak, antriannya sangat panjang, apalagi aromanya menggoda dan disajikan menggunakan mangkok dawet.
Baca juga : Tol Balikpapan-Samarinda, Beroperasi Demi Mudik 2019
Lokasinya terletak di Jalan Kelud tepatnya di ujung jalan persis di sebelah lampu merah Jl. Kelud arah ke selatan. Kios soto Mbok Ireng mudah ditemui karena menggunakan kain nama yang besar beserta foto sang pemilik dan juga asap pembakaran kayu yang mengebul keluar kios.
Penikmat soto Mbok Ireng memang berasal dari mana-mana apalagi saat
akhir pekan dan musim liburan, pasti penuh sesak. Tapi jangan khawatir teman traveler tidak kebagian karena kesiangan atau datang menjelang sore, karena mereka selalu masak dalam jumlah besar.
Mbok Ireng sendiri merupakan asli warga Madura namun telah berjualan di tempat ini lebih dari 25 tahun, masih di tempat yang sama bahkan beliau sendiri yang masih meracikkan setiap pesanan pelanggan.
Sekali teman kuliner mencobanya pasti akan merasa kurang karena
rasanya ya memang menggoyang lidah dan tentu saja ukuran porsi magkoknya yang mini untuk ukuran soto.
Bagi anda yang membawa kendaraan roda 4 akan sedikit susah karena posisinya yang berada tepat di pojokan lampu merah dan akses yang sempit, sehingga harus sedikit menjauh untuk mendapatkan tempat parkir.
Aroma daging babat dan kuah soto nya sangat kuat kawan ketika sudah mendekati kios tersebut, saya sarankan pilih yang diluar agar saat menikmati sajian ini tidak terganggu dengan asap hasil kayu bakarnya.
Namun kelebihan kalau bersantap di dalam anda akan terlayani dengan cepat ketika ingin menambah beberapa mangkok lagi, tentunya anda tidak ingin kehilangan selera amakan bukan karena menunggu soto tambahan karena harus antri.
Beberapa ibu-ibu yang bantu dalam pelayanan memang tiada henti-hentinya mondar-mandir melayani mangkok dari banyak pelanggan, sebagian segera membersihkan meja, membawa minuman, menyerahkan permintaan mangkok tambahan dan sering kali saya lihat kuali berisi kuah daging soto harus diiisi ulang. Saya saja tak kuasa untuk menahan minta
tambah sotonya.
Untuk lokasi yang kecil dan sempit ini, kita memang harus rela makan berdesakan untuk berbagi kursi dan meja dengan pengunjung lain, ramainya itu lho kawan seperti pasar. Hilir mudik tidak karuan.
Untuk semangkuk kecil nan lezat ini saya harus mengeluarkan Rp. 10.000,- porsi memang harga yang mahal menurut saya, tapi apalah daya akan kelezatan kuliner yang satu ini hamba pun harus bertekuk lutut. Jangan lupa ganti baju sobat kuliner jika mampir ke tempat ini, serasa berada di medan perang. Salam perang enak. Next