Tempat ini memang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Kota Medan dan sekitarnya. Apalagi bagi pelajar, tempat ini menjadi lokasi untuk mencari buku-buku referensi. Letaknya yang strategis, berada di pusat kota juga menjadikan pasar ini cukup ramai setiap harinya.
Baca juga : Tidak Perlu Jauh ke Kashmir, Desa Fatuulan di Indonesia Punya Keindahan yang Sama
Pasar ini tepat berada di depan Stasiun Kereta Api Kota Medan. Biasa disebut dengan toko buku Tigan (Titi Gantung). Hal ini dikarenakan para pedagang buku pertama kali berjualan di Titi Gantung pada tahun 1960. Kemudian pada tahun 2003 dipindahkan ke samping Tanah Lapangan Merdeka, Jalan Bukit Barisan.
Dan pada tahun 2013 kembali di pindahkan ke Jalan Penggadaian hingga tahun 2017 dipindahkan lagi ketempat semula. Jalan Kereta Api dengan toko yang bertingkat dan permanen. Di bawahnya tersedia juga lahan parkir untuk para pengunjung pasar. Harga yang murah memang dijadikan alasan mereka untuk berkunjung kepasar ini. Tak hanya buku bekas, toko buku ini juga menyediakan buku-buku baru. Namun sayang kebanyakan buku baru yang dijual adalah buku bajakkan.
Untuk anda yang baru pertama kali datang, biasanya di area parkir para calo sudah memanggil dan sambil bertanya dengan logat medan “Cari buku kak? cari buku apa bang? Buku apa cari?” begitulah sahut mereka. Tak perlu takut, jika tidak ingin menggunakan jasa mereka, anda cukup menggelengkan kepala atau melambaikan tangan saja.
Yang membuat saya senang berbelanja di sini, kita tinggal menyebutkan buku apa yang kita cari. Biasanya pengunjung yang datang ketempat ini sudah tau buku apa yang ingin dibeli sehingga tinggal menyebutkan nama pengarang atau judul buku. Tempat ini juga sarangnya buku-buku lama, namanya juga pasar loakan hehe…
Setelah kita menyebutkan buku yang ingin dicari biasanya para pedagang mengeluarkan semua koleksi yang toko miliki. Kita tinggal pilih deh. Dan apabila buku tidak ada di toko tersebut pedagang akan berkeliling menanyakan ke toko lain. Lalu kita ditinggal dong? Tenang…. pedagang biasanya menyediakan bangku kok dan kita juga boleh sambil baca buku-buku yang ada disitu. Jadi selagi pedagang berkeliling menanyakan buku, kita tidak merasa bosan.
Bagaimana untuk harga? Tenang, ini yang paling disuka oleh pembeli, semua bisa ditawar. Nah disini nih kemampuan tawar menawar anda di uji hehe.. Saya biasa membeli novel sekitar 15.000.-25.000. Dan jika kita membeli banyak tentu lebih murah. Bahkan saya pernah membeli 7 buku dengan harga dibawah Rp.130.000. Padahal buku yang saya beli novel terjemah dan tebal-tebal loh.
“Ya namanya buku bekas, ya murahlah..” Banyak yang beranggapan seperti ini. Walaupun buku-buku bekas, tetapi buku-buku yang dijual masih sangat layak untuk dibaca. Tidak Robek dan kotor. Kualitasnya masih bagus. Hanya saja yang membedakan tidak ada sampul plastik dan aroma buku baru, melainkan debu yang ada di sampul buku. Tidak masalah, cukup di bersihkan saja. Selain menghemat uang,seni dagang yang cukup unik selalu menarik perhatian pengunjung untuk datang kepasar ini. Namun para pengunjung tetap berhati-hati ya, dan saran saya datang kesini dengan teman karena terkadang ada preman yang nongkrong di daerah tersebut. Tetapi jika punya cukup keberanian datang sendiri,tidak masalah.
Sekian cerita dari saya tentang salah satu ikon Kota Medan ini. Sampai jumpa dicerita selanjutnya… Next