Cara termudah untuk belajar sejarah ketika berkunjung ke suatu daerah adalah dengan mengunjungi museum. Begitu pula saat kamu sedang berada di kota Bima, Nusa Tenggara Barat. Jangan lewatkan untuk mengunjungi salah satu museum yang ada di sana, yaitu Museum Asi Mbojo.
Baca juga : Pantai Sendiki, Pantai di Malang yang Sepi nan Asri
Museum Asi Mbojo, sebutan yang cukup familiar di telinga masyarakat NTB, khususnya masyarakat Bima yang berada di Pulau Sumbawa. Museum ini terletak di Jalan Sultan Ibrahim no. 2 Kelurahan Paruga, Kecamatan Rasanae Barat, Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat. “Asi” dalam bahasa Bima artinya istana dan “mbojo” adalah suku yang ada di Bima.
Pada awalnya, Museum Asi Mbojo merupakan bangunan istana dari Kesultanan Bima. Bangunan istana ini mulai dibangun pada tahun 1927 oleh seorang arsitek Belanda dan sebagian didesain oleh sultan terakhir dari Kesultanan Bima. Pada tanggal 10 Agustus 1989, bangunan istana ini dialihfungsikan menjadi museum yang diresmikan oleh gunernur NTB dan bupati Bima.
Seiring berjalannya waktu, kini Museum Asi Mbojo menjadi salah satu peninggalan arkeolog yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan benda-benda peninggalan Kerajaan Bima seperti foto para sultan, mahkota sultan, parang berukir “Gunti Rante”, senjata, alat-alat ternak, baju adat kesultanan, dan lain-lain.
Kalau dari segi bangunan, bangunan museum ini sendiri memiliki gaya arsitektur perpaduan khas Bima dan Belanda. Tidak heran kalau banyak yang bilang Istana Bima ini unik dan indah. Di mana Asi Mbojo ini memiliki dua pintu gerbang utama, tiang bendera, serta halaman yang lumayan luas. Di sebelah kanannya terdapat bangunan tua yang berdiri sejak tahun 1872, yaitu Masjid muhammad Salahuddin Bima.
Di sebelah barat museum ada lapangan Sera Suba, atau dalam bahasa Indonesianya itu adalah Lapangan Merdeka. Dalam bahasa Bima sendiri, Sera Suba berarti tanah yang lapang. Lapangan ini menjadi tempat berinteraksi masyarakat kota Bima.
Dan yang membuat museum ini semakin unik, yaitu karena konsep tata letak bangunan istana, masjid, dan alun-alun, ternyata melambangkan tiga elemen yaung harus membentuk kesatuan yang utuh. Ialah antara istana yang mewakili pemerintah, religi dilambangkan oleh masjid, dan alun-alun. Wah, bener-bener terorganisir dan saling melengkapi.
Selain itu, pemandangannya pun menjadi sangat menawan, karena adanya pohon-pohon palem yang berjejer rapi seakan memberikan kesan asri pada Museum Asi Mbojo. Ditambah lagi dengan adanya meriam tua peninggalan kolonial Belanda yang mengarah ke utara alun-alun pun menjadikan istana ini semakin kental akan nilai sejarah. Next