Bali tidak hanya terkenal dengan wisata alam dan budayanya saja, namun sisi sejarah akan menyuguhkan berbagai macam seluk beluk nusantara khususnya pulau Dewata. Setidaknya terdapat 32 bangunan museum yang sudah terdaftar di Kemendikbud dan pastinya memberikan para traveler wawasan yang luas tentang sejarah Indonesia. Hingga kini, terdapat satu museum yang memiliki kisah luar biasa dan begitu kental akan isi sejarahnya. Ia adalah Gedong Kirtya ditanah Buleleng.
Baca juga : Yogya Gamelan Festival 2019, Makin Seru di Edisi ke-24
Gedong Kirtya sebenarnya sebuah museum yang menyimpan koleksi benda bersejarah namun dalam bentuk lembaran seperti buku. Diantara warga menyebutnya sebuah perpustakaan kuno. Menariknya, Gedong Kirtya ini merupakan museum pertama di Bali yang menyimpan dokumen dokumen bersejarah sehingga untuk teman traveler yang ingin mencari informasi atau bukti sebuah kisah sejarah tertentu disa berkunjung ke museum ini.
Dulu, nama museum ini adalah Yayasan Kirtya Liefrinck Van der Tuuk yang diambil dari nama seorang asisten pemerintah Belanda yaitu Liefrinck Van der Tuuk yang sangat cinta terhadap budaya Bali dan Lombok. Gedong ini berdiri diarea komplek yang bernama Sasana Budaya sebagai istana kerajaan Buleleng.
Museum seluas 300 meter persegi ini memiliki ornamen bangunan yang jadul serta kuno. Kondisi ini tetap kental dan tidak meninggalkan nilai historis bangunan. Kamu bakal menikmati berbagai macam dokumen peninggalan sejarah mulai dari dokumen zaman kolonial tahun 1901-1953, prasasti patung Buddha, manuskrip kertas, buku kuno sebanyak 8000 buku, patung pra sejarah dan koleksi yang paling terkenal dari museum ini yakni manuskrip daun lontar atau biasa disebut dengan lontar yang jumlahnya menyentuh angka 1757 buah.
Lontar merupakan media untuk menulis naskah atau traskrip hingga menggambar terbuat dari daun ental yang dikeringkan lalu direbus dengan rempah-rempah minimal 8 jam kemudian di keringkan dan dijepit agar bentuknya lurus dan rapih. Menulis diatas lembar lontar inipun tidaklah mudah, kamu harus menulis dengan sebuah pisau khusus bernama pengrupak lalu digosok dengan kemiri yang sebelumnya dibakar.
Berbagai lontar didalam gedung ini tidak hanya sebagai koleksi saja melainkan menjadi ilmu bagi siapa saja yang mendatanginya. Uniknya, Gedong Kirtya ini sering melakukan pertukaran lontar dengan negara negara seperti India dan Myanmar.
Bangunan Gedong Kirtya memiliki beberapa ruangan, ada ruangan untuk menyimpan koleksi lontar dan buku buku kuno namun lebih banyak berbahasa Belanda, Perancis dan Jepang. Berlanjut ke ruangan lainnya untuk menyimpan salinan lontar dan terdapat ruang baca. Ruangan lainnya untuk kantor. Next