Kawasan adat Baduy Dalam di Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, dikenal sebagai salah satu desa yang menjadi tujuan wisata bagi para pelancong, baik dalam maupun luar negeri. Pasalnya, masyarakat Kanekes ini masih memegang teguh tradisi yang merupakan warisan dari nenek moyang mereka, mulai dari hunian, cara berpakaian hingga gaya hidup.
Baca juga : Mengenal Zonkey, Hewan Jadi-jadian Meksiko Sekaligus Magnet Wisatawan
Salah satu adat yang masih terus dilaksanakan adalah Upacara Kawalu. Saat berlangsungnya upacara ini, wisatawan tidak boleh berkunjung ke daerah pemukiman Baduy Dalam. Seperti apa ya kira-kira upacara ini? Simak selengkapnya dalam ulasan berikut ini ya!
Kawalu sebagai bentuk syukur masyarakat Baduy
Masyarakat Baduy Dalam sendiri tersebar di beberapa tempat, yakni di Cibeo, Cikeusik, dan Cikertawana. Mengawali pelaksanaan upacara Kawalu bertempat di Bale yang lokasinya tak jauh dari tempat tinggal Puun/pemangku adat. Upacara Kawalu sendiri merupakan bentuk ungkapan rasa syukur masyarakat Baduy atas keberhasilan pertanian mereka.
Upacara ini dilaksanakan dengan cara berpuasa. Upacara Kawalu juga merupakan cara menjaga pikukuh karuhun. Pikukuh karuhun adalah aturan yang mewajibkan masyarakat Baduy melakukan berbagai hal yang menjadi amanat dari para leluhur mereka.
Pelaksanaan upacara Kawalu tiga kali dalam satu tahun
Dalam satu tahun, pelaksanaan upaca Kawalu dilakukan tiga kali, yakni pada bulan puasa Kasa, Karo, dan Katiga. Makna dari puasa yang dilakukan untuk menahan segala hawa nafsu buruk dan membersihkan diri. Pada bulan Kasa (yang dikenal dengan Kawalu awal), masyarakat Baduy akan berpuasa selama satu hari.
Selain berpuasa, mereka akan memakai baju baru dan melakukan beberapa ritual. Di antara ritualnya adalah membuat saji (khusus bagi wanita), mandi di sungai, membaca mantra puun oleh ketua adat, serta diakhiri dengan makan saji (buka puasa). Selanjutnya, pada bulan kedua dilakukan puasa Kawalu tengah, sedangkan pada bulan ketiga ada puasa Kawalu Tutug.
Desa Baduy Dalam ditutup selama tiga bulan
Bertepatan dengan dilakukannya serangkaian ritual di bulan Kawalu, masyarakat Baduy Dalam akan menutup desa kurang lebih selama tiga bulan. Sehingga wisatawan tidak diizinkan untuk berkunjung. Pada tahun 2023 ini, bulan Kawalu dimulai sejak Februari hingga April.
Adapun tujuan tidak diizinkannya wisatawan berkunjung adalah agar tidak mengganggu proses ritual. Selain itu, kepala suku adat ingin wisatawan menghormati dan menghargai keputusan adat tersebut. Di bulan Kawalu, masyarakat Baduy juga akan memilih berdiam diriĀ atau nyepi di dalam rumah mereka masing-masing.
Ritual ngalaksa yang dilakukan oleh para ibu
Pada saat bulan Kawalu Tutug atau bulan ke-3, baik masyarakat Baduy Dalam maupun Baduy Luar akan menggelar ritual ngalaksa. Ritual ini merupakan hari di mana para ibu membuat makanan khas laksa. Orang-orang yang melakukan ritual ngalaksa ini haruslah berhati jujur dan bersih.
Saat ngalaksa berlangsung, setiap kepala keluarga akan menyerahkan tangkai padi sesuai dengan jumlah anggota keluarga mereka. Tangkai padi ini diserahkan kepada tetua kampung. Secara tidak langsung, ritual ngalaksa merupakan cara untuk menghitung kembali jumlah masyarakat Baduy yang ada di kampung atau desa setempat.
Hal yang dianjurkan dan dilarang selama pelaksanaan upacara Kawalu
Ada beberapa hal yang dianjurkan selama proses pelaksanaan Kawalu. Sebelum melaksanakan ritual upacara Kawalu, terlebih dahulu masyarakat akan bersih-bersih secara bergotong royong. Kegiatan bersih-bersih ini dilakukan selama tiga hari sebelum dilaksanakannya upacara Kawalu. Para pemangku adat juga akan bersilaturahmi kepada Bupati Lebak dan Gubernur Banten.
Orang penting seperti pemerintah diperkenankan hadir (hanya maksimal lima orang) jika ingin menyaksikan tradisi ini. Selama tiga bulan pelaksanaan Kawalu, masyarakat Baduy Dalam dilarang menggelar pernikahan dan sunatan anak yang bisa menimbulkan keramaian.
Masyarakat Baduy menjadikan Kawalu sebagai salah satu tradisi wajib. Jika tidak, mereka percaya bahwa hal itu akan menjadikan beban kerugian bagi dirinya sendiri. Oleh karena itulah, tradisi ini masih langgeng dan terus dilaksanakan sampai saat ini. Next