Kabar duka kembali menyelimuti dunia pariwisata Indonesia. Seorang turis asal Jepang meninggal dunia saat mengendarai wahana flying fish di Bali. Berawal dari turis bernama Kikuchi Satoshi yang tengah berlibur bersama istri dan ketiga anaknya di Pulau Dewata. Pada Jumat (18/8/2023), ia dan keluarganya bermain wahana flying fish di Pantai Tanjung Benoa.
Baca juga : Berkaca Pada Gempa Lombok dan Sulawesi Tengah, Mari Persiapkan Tas Siaga Bencana
Dua anak Satoshi sempat naik flying fish selama dua putaran. Keduanya mendarat dengan selamat. Kemudian, pria 60 tahun itu mengendarai flying fish bersama dengan anaknya yang berusia 15 tahun berinisial KH. Baru 40 menit mengudara dengan flying fish, cuaca mendung didukung dengan angin kencang yang tiba-tiba datang.
Wahana tersebut pun oleng dan miring ke kanan, menyebabkan bapak dan anak tersebut bersama dengan seorang instruktur boat terjatuh. Mereka bertiga terlepas dari pegangan dan jatuh dari ketinggian sekitar 3 meter dari permukaan air. Satoshi diduga jatuh tengkurap di dalam air kemudian tidak sadarkan diri.
Ia dibawa ke darat dan menerima pertolongan pertama berupa pompa dada. Namun, ia tetap tak sadarkan diri sehingga dibawa ke Rumah Sakit Surya Husada Nusa Dua. Nyawanya tak dapat tertolong dan ia dinyatakan meninggal dunia. Sedangkan KH terluka.
Wahana yang dikendarai Satoshi adalah milik Water Sport Bali Coral Tanjung Benoa, Badung, Bali yang dikelola oleh PT Bali Coral Dive and Marine Sport. Pasca seorang turis Jepang meninggal saat mengendarai wahana flying fish di Bali ini, wahana pun ditutup untuk penyelidikan.
8 orang saksi diperiksa polisi, ialah pihak pengelola, keluarga korban, dan saksi yang ada di tempat kejadian perkara. Setelah polisi melakukan pendalaman, kecelakaan ini bukan karena kelalaian pengelola.
Meski begitu, pengelola dan wisatawan diharapkan untuk tetap waspada dan berhati-hati saat bermain wahana apa pun, terutama yang memacu adrenalin. Pastikan patuhi peraturan dan menjaga kesehatan. Semoga keluarga diberi ketabahan atas meninggalnya Satoshi dan ini bisa menjadi pelajaran ke depannya untuk para pengelola dan para wisawatawan. Next