in ,

Sejenak Keluar dari Hingar Bingar Kota, Menyepi di Kampung Naga

Jangan salah, meski namanya Kampung Naga yang tinggal di sini bukan sekumpulan hewan raksasa yang bisa menyemburkan api kok. Kamu akan disuguhkan dengan pesona desa adat dengan sederetan aktivitas warganya, termasuk rumah tradisional dan pertunjukan seru warisan nenek moyang. Seperti apakampung di Tasikmalaya ini? Simak ulasanya sampai selesai ya!

Baca juga : Kuliner di Banyumas, dari Camilan hingga Makanan Berkuah

1.  Desa di Bawah Tebing yang Indah

Kampung Naga [image source]
Butuh tenaga yang ekstra untuk sampai di Kampung Naga, kamu harus menghadapi 439 anak tangga karena letaknya yang cukup tersembunyi. Terdengar melelahkan? Mungkin iya, tapi untuk pengetahuan dan alam yang akan kamu dapatkan memang butuh pengorbanan. Tenang saja, selama menapaki satu demi satu anak tangga, kamu bisa melihat sawah, tebing, hingga sungai. Semuanya indah dan menjanjikan kepuasan. Cocok dikunjungi saat hati sedang sedih dan butuh menenangkan diri.

Kampung Naga [image source]
Dalam bahasa Sunda, Naga berasal dari kata Nagawir yang berarti desa di bawah tebing. Luasnya sekitar 1,5 hektar dikelilingi oleh tebing yang nampak bagai dinding benteng raksasa. Sebagai pembatas, digunakan pagar bambu yang juga berfungsi sebagai perlindungan untuk area kampung di dalamnya. Sedangkan di luar pagar untuk tempat kandang ternak hingga kamar mandi.

2. Tanpa Listrik Tapi Kaya Akan Adat Budaya

Kampung Naga [image source]
Dengan komitmen mereka sebagai desa adat yang memegang teguh tradisi dari leluhur, maka listrik pun tidak ada di sini. Warganya lebih memilih untuk tidak menggunakan listrik dan menolak kesenian modern. Penggunaan listrik dianggap bisa menyebabkan kebakaran, apalagi rumah-rumah adat di Kampung Naga sebagian besar bahan bangunannya diambil dari alam. Atapnya terbuat dari ijuk dan dinding mengandalkan anyaman bilik bambu.

Kampung Naga [image source]
Dengan segala keunikannya, tentu desa adat seperti ini harus dilestarikan. Menurut warga setempat, turis asing mulai mengunjungi Kampung Naga sejak tahun 80an. Hingga saat ini pesonanya tetap menarik. Penduduknya ramah dan mempersilakan wisatawan untuk berkunjung dengan gratis. Namun, saat ada acara adat tertentu, pengunjung dilarang untuk mengambil foto ataupun video. Contohnya upacara di Bumi Ageng, salah satu tempat yang dianggap keramat. Biasanya mereka ke sini sebelum mengunjungi makam leluhur di bagian timur laut Kampung Naga.

3. Keseharian Masyarakat Adat Kampung Naga

Kampung Naga [image source]
Kampung Naga sebenarnya sempat dilirik sebagai destinasi wisata dengan menerapkan tiket masuk. Namun warga setempat kemudian menolaknya agar Kampung Naga tidak dijadikan objek komersial. Dalam kesehariannya, Kampung Naga menerapkan hukum dan aturan adat di bawah satu lembaga adat yang terdiri dari Kuncen, Lebe Adat dan Punduh. Ketiganya memiliki tugas yang berbeda. Kuncen diberi mandat memimpin upacara adat. Lebe Adat bertugas jika ada warga yang meninggal dunia. Sedangkam Punduh adalah penyebar informasi yang dijabat turun temurun dan tidak dipilih.

Kampung Naga [image source]
Rumah bukan satu-satunya jenis bangunan yang bisa kamu temui. Ada masjid, balai pertemuan, hingga lumbung padi dengan arsitektur unik. Beberapa malah ada yang kosong tak berpenghuni karena sebagian besar penduduknya telah tinggal di luar. Walaupun kampung halamannnya tidak akrab dengan listrik dan budaya modern, tak lantas membuat keturunan Suku Kampung Naga harus membawa aturannya ke luar. Jadi mereka masih boleh menggunakan listrik, mebangun rumah permanen. Biasanya mereka akan pulang kampung ketika ada upacara adat atau perayaan Hari Besar Islam.

4. Kampung Naga, Wisata Keren di Tasikmalaya

Kampung Naga [image source]
Sebagian besar penduduknya memang penganut Islam. Jadi menemukan fasilitas seperti Masjid bukanlah hal yang sulit. Tepatnya ada di sebalah timur Alun-alun Kampung Naga. Tidak membuka diri terhadap budaya modern termasuk teknologinya, dipercaya bisa menjaga kerukunan antar warga. Selain itu nilai-nilau budaya juga telah diwariskan untuk diterapkan dari generasi ke generasi.

Kampung Naga [image source]
Dari Jakarta, kamu bisa menggunakan angkutan umum seperti bus menuju ke Tasikmalaya, tarifnya sekitar seratus ribu rupiah. Turun dari bus kamu bisa langsung tiba di gerbang karena lokasinya ada di jalan besar yang menghubungkan Tasikmalaya dengan Garut. Dari gerbang ini sudah ada banyak sekali petunjuk informasi hingga guide yang akan mengantarmu menjelajahi Kampung Naga. Penduduk setempat memperbolehkan pengunjung untuk menginap. Tentu dengan mematuhi aturan adat yang berlaku di sana.

Lokasi : Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Tasikmalaya, Jawa Barat

Jadi itulah beberapa hal menarik tentang Kampung Naga, wisata di Tasikmalaya. Bosan dengan perkotaan yang semakin menyilaukan? Coba datang ke sini demi mendapatkan kesejukan. Next

ramadan

Asyik! Perjalanan Cilacap-Jogja Bakal Lebih Cepat Naik Kereta

Habiskan Akhir Pekan di Kuningan, Bisa Lakukan Hal Seru Ini Lho!