Siapa bilang menjelajahi tempat baru itu berbahaya? Buktinya banyak traveler yang sukses keliling dunia dan membagikan ceritanya lewat media sosial. Seperti pemilik akun facebook Cantik Dinda. Wanita satu ini memiliki cerita mengejutkan saat menjalani solo traveling di era tahun 90-an. Penasaran bagaimana ceritanya?
Baca juga : Kuliner Enak di Sekitar Stasiun Malang, Turun Kereta Langsung Kenyang
Informasi Negara Tujuan Serba Minim
Dikutip dari postingannya di forum diskusi Backpacker Internasional, Dinda mulai traveling ke luar negeri sejak tahun 1996. Saat itu, jelas belum ada smartphone yang bisa menyediakan banyak informasi termasuk tentang negara yang dituju.Meski begitu, Dinda tak kehilangan akal untuk membuat rencana perjalanan. Salah satu yang dilakukan adalah mengumpulkan buku tentang tujuannya.
Belanja Buku di Setiap Negara yang Dikunjungi
Membuat rencana perjalanan di era 90-an tentu saja tak mudah. Namun, buku menjadi salah satu teman yang membuatnya bisa bertahan menjelajahi dunia baru. Selain beli di tanah air, Dinda juga mengaku menarget dirinya untuk belanja minimal satu buku saat berada di negara atau kota yang dikunjungi. Wah, bisa dibayangkan berapa banyak buku yang dibeli oleh Dinda selama liburan ya!
Kunjungi Perpustakaan Serta Pusat Informasi Turis
Meski ada target untuk membeli buku, namun Dinda mengaku tak semua dibelinya. Jika harga buku terlalu mahal dan tidak wajar, ia memilih pergi ke perpustakaan. Adapun yang pernah ia datangi adalah Japan Foundation dan British Council. Jika masih kurang, Dinda pun tak segan-segan datang ke Pusat Informasi Turis untuk mencari tahu tentang penginapan, tempat makan serta objek wisata yang bisa dijangkau dengan mudah. Bahkan ia pun tak malu bertanya kepada penduduk setempat.
Merasa Aman Meski di ‘Negara Berbahaya’
Traveler masa kini sangat dimudahkan dengan adanya Google Map. Belum lagi forum diskusi yang memiliki banyak informasi tentang liburan keluar negeri. Tidak dengan Dinda yang mulai traveling keliling dunia. Jangankan informasi akurat, ia pun juga kekurangan informasi mengenai negara yang aman dan tidak untuk dikunjungi. Pun demikian, Dinda selalu merasa aman di manapun berada. Hal ini tidak lain karena sikap ramah dan tidak menimbulkan keributan saat traveling.
Kisah dari Dinda tentu saja sangat berkesan. Banyak hal menyenangkan yang mungkin tidak bisa dirasakan oleh traveler masa kini. Bagaimana, berniat mengoleksi buku seperti Dinda? atau lebih memilih membuka forum dan membaca rencana perjalanan di internet? Next