Tak heran jika Surabaya memiliki banyak sekali gedung-gedung peninggalan kolonial. Di abad ke-17 Belanda membangun kota ini sebagai titik dagang untuk VOC. Setelah itu, Surabaya menjelma menjadi pusat pemerintahan sekaligus titik pertahanan Belanda di bagian timur Pulau Jawa. Beberapa gedung peninggalan era kolonial tersebut masih tetap bertahan hingga saat ini dan berfungsi secara normal.
Baca juga : Lokasi untuk Menikmati Bunga Edelweis di Indonesia, Kagumi Tanpa Memetik
1. Museum Bank Indonesia Surabaya
Bangunan yang dulu bernama De Javasche Bank tersebut dibangun pada September 1829 sebagai cabang dari yang ada di Batavia. Namun pada tahun 1904 gedung ini dipugar dengan gaya bangunan neo-renaissance. Tak hanya arsitektural bagian luarnya saja yang menarik, interior gedung yang resmi menjadi cagar budaya pada tahun 1996 ini juga memikat. Koleksi uang yang pernah diproduksi, brankas tua, dan peralatan yang digunakan pada zaman dahulu dapat ditemukan di dalam bangunan ini.
2. Maybank Jembatan Merah
Gedung yang berada di sudut Jalan Jembatan Merah dan Jalan Cendrawasih ini dulunya adalah Netherlands Spaarbank, yang dibangun pada tahun 1914. Meskipun belum pernah dipugar, bangunan ini masih tampak menarik dan berfungsi secara normal. Lokasi yang berada tepat di tikungan dengan ornamen menara jam, membuat tempat ini sangat menarik dan memiliki kesan Eropa yang sangat kuat.
3. Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria Surabaya
Berdiri pada tahun 1815, membuat bangunan dengan arsitektural neo-gothic ini menjadi gereja tertua yang ada di Surabaya. Keberadaan tempat ibadah ini tidak lepas dari kedatangan dua pastor Belanda yang datang ke Surabaya untuk menyebarkan Agama Katolik di Indonesia. Material bangunan yang menggunakan bata merah dan dua menara di sampingnya membuat Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria kental dengan nuansa Eropa.
4. Balai Pemuda
Bangunan yang awalnya bernama De Simpangsche Societeit ini dibangun pada tahun 1907. Gedung yang memiliki kubah di sudut depan ini merupakan tempat kaum elite Belanda untuk berkumpul. De Simpangsche Societeit biasa digunakan untuk pesta dansa, acara minum teh, atau bahkan bermain bowling. Meskipun dulunya kawasan ini adalah terlarang untuk kaum pribumi, saat ini Balai Pemuda menjadi ruang untuk kreativitas muda-mudi Surabaya.
Datang ke bangunan dengan nilai sejarah dan arsitektur yang unik tentu saja menjadi momen tersendiri. Apalagi dengan karakter bangunan yang kental dengan nuansa Eropa, atau Belanda lebih tepatnnya. Sudah pernah mencoba untuk datang ke salah satu tempat di atas? Next