La Tomatina adalah festival unik yang berasal dari Valencia, Spanyol. Setiap bulan Agustus, ratusan warga setempat terlibat ‘perang tomat’ dengan saling melempar buah tomat. Menariknya, ternyata sudah ada kegiatan serupa yang diadakan enam tahun terakhir di Kampung Cikareumbi, Desa Cikidang, Lembang, Bandung Barat.
Baca juga : Menyaksikan Lumba-Lumba di Habitatnya Langsung Sekaligus Berwisata di Pulau Weh
Kegiatan yang dinamai Rempug Tarung Adu Tomat itu digagas sejak 2012 silam dan selalu diadakan di awal-awal bulan Muharam. Hal ini diawali dari keprihatinan seorang budayawan bernama Mas Nanu Muda atau yang akrab disapa dengan Abah Nanu. Ia sedih melihat warga di sekitarnya mengalami kesulitan lantaran harga tomat begitu anjlok.
Menurut penuturannya, banyak warga kemudian membiarkan tomat hasil panen mereka membusuk begitu saja. Ia pun lantas memiliki ide untuk memanfaatkan tomat tersebut untuk perang-perangan seperti yang ada di Spanyol. Tak dinyana, tanggapan dari masyarakat sangat positif.
Disatukan dengan budaya tradisional
Kegiatan Rempug Tarung Adu Tomat sendiri tak lantas membuat warga sekitar melupakan adat istiadat yang sudah ada. Sebelumnya, mereka sudah rutin menggelar Hajat Buruan tiap tahunnya. Hajat Buruan sendiri merupakan acara hiburan atau syukuran atas berlimpahnya hasil panen warga.
Biasanya tradisi ini diwarnai dengan membuat sajian nasi tumpeng serta pendistribusian air keramat. Air tersebut dipercaya warga sekitar bisa memberikan keselamatan pada keluarga dan juga membuat tanah mereka tetap subur untuk musim tanam berikutnya.
Perang Tomat kemudian disatukan dengan tradisi Hajat Buruan. Biasanya aksi saling melempar tomat ini dilakukan sebagai bagian dari acara puncak.
Diwarnai dengan pertunjukan seni
Tak seperti di Spanyol, Perang Tomat di Lembang dikemas sedemikian rupa hingga terlihat seperti sebuah pertunjukan seni. Para peserta tidak langsung sembarangan saling melempar tomat. Ada ‘prajurit’ yang didandani khusus dengan mengenakan tameng serta topeng dari anyaman bambu dan rompi dari pandan.
Para pengunjung yang datang ke Kampung Cikareumbi juga dijamin tak bakal kecewa. Selain Perang Tomat, biasanya warga setempat juga menggelar pertunjukan seni menarik lainnya. Bentuknya bisa berupa tari-tarian tradisional maupun Sisingaan.
Mengandung makna filosofis
Bukan cuma sekedar melempar tomat untuk bersenang-senang dan menghabiskan waktu, Perang Tomat di Kampung Cikareumbi ternyata juga mengandung makna filosofis tinggi. Tomat diibaratkan sebagai sifat dan hal-hal buruk yang harus dilempar atau dibuang.
Sementara prajurit perang diibaratkan sebagai setan. Oleh karena itu mereka-lah yang harus dilempari dengan tomat. Budayawan Abah Nanu mengatakan bahwa melempar tomat ibarat melempar jumroh seperti kala melaksanakan ibadah haji.
Tidak ada yang terbuang
Sebelum merancang kegiatan perang tomat, warga Kampung Cikareumbi sudah memikirkan semuanya dengan matang. Mereka memastikan tidak ada satu pun buah yang terbuang sia-sia. Begitu acara selesai, sisa-sisanya akan dikumpulkan dan dimanfaatkan sebagai pupuk organik.
Acara ini juga mendapat tanggapan positif dari warga setempat maupun wisatawan. Selain dimanfaatkan sebagai ajang untuk kumpul-kumpul, wisatawan yang datang juga diharapkan mampu mendongkrak reputasi Desa Cikidang hingga ke seluruh Indonesia.
Itulah tadi beberapa fakta dan kisah menarik terkait Festival Perang Tomat atau Rempug Tarung Adu Tomat di Lembang. Bagaimana, ada yang tertarik untuk menyaksikan kegiatan unik ini secara langsung suatu saat nanti? Next