Bicara soal kuliner Jogja, satu sajian yang tak pernah luput dari ingatan adalah gudeg. Namun, ada banyak masakan lain yang juga jadi ciri khas Jogja, salah satunya yaitu Bakmi Jawa. Jika ingin mencoba yang otentik dan melegenda, jawabannya adalah Bakmi Jawa Mbah Dingklik. Seperti apa lezatnya?
Baca juga : Seperti Masuk Museum, Kedai Havelaar di Jakarta Sajikan Menu Favorit Para Pahlawan
Legendaris Sejak 1980-an
Bagi penggemar Bakmi Jawa, mampir di warung Mbah Dingklik bisa jadi pertimbangan. Selain cita rasanya nikmat, kedai ini sudah bertahan hampir 40 tahun.
Putri Mbah Dingklik mengaku bahwa Bakmi Jawa yang sudah banyak memiliki pelanggan ini telah menyajikan cita rasa legendaris sejak tahun 1980-an. Hingga kini, simbah putri bersama anak cucunya siap melayani pelanggan yang antri mengular setiap harinya.
Awalnya Berkeliling dengan Gerobak
Empat dekade tentu bukan waktu singkat bagi keluarga Mbah Dingklik dalam menggeluti bisnis kuliner. Sebelum membuka warung, usaha mereka diawali dengan berjualan menggunakan gerobak.
Semuanya dilakukan oleh simbah lelaki dengan berkeliling dari satu tempat ke tempat lain. Simbah juga menjajakan bakmi di acara-acara tertentu, seperti pertunjukan wayang.
Nama Mbah Dingklik diberikan bukan tanpa alasan. Dingklik dalam bahasa Jawa berarti bangku atau kursi pendek. Selama proses memasak bakmi, simbah memang kerap terlihat duduk di dingklik. Dari sinilah julukan tersebut muncul.
Sembari menghadap dua wajan, simbah memask bakmi menggunakan tungku dan arang membara, menciptakan rasa khas tradisional. Sejak awal berkeliling dengan gerobak hingga membuka warung, rasa bakmi racikan Mbah Dingklik tetap konsisten dan tiada duanya.
Bakmi Godhog Jadi Juara
Seperti warung Bakmi Jawa pada umumnya, Warung Mbah Dinglik menjajakan menu bakmi goreng, bakmi godhog (rebus), dan juga bakmi nyemek. Bakmi dimasak dengan campuran ayam kampung, telur, dan juga sayuran. Pembeli bisa memilih menggunakan telur bebek atau telur ayam.
Bakmi goreng di sini cenderung memiliki rasa gurih, manisnya kurang terasa di lidah. Berbeda dengan bakmi goreng yang dimasak kering, bakmi nyemek dimasak dengan sedikit kuah. Inilah mengapa disebut dengan nyemek karena memiliki kuah yang sedikit.
Lain dengan bakmi goreng dan bakmi nyemeknya, bakmi godhog terasa lebih menyegarkan. Kuahnya yang gurih dan sedikit asin begitu nikmat ketika masuk mulut.
Menu bakmi godhog telah menjadi favorit banyak pelanggan karena rasanya mantap. Apalagi jika dipadukan dengan telur bebek. Bahkan beberapa pelanggan mengaku sajian bakmi godhog ala Mbah Dingklik tak tergantikan oleh sajian sejenis lainnya.
Ketika saya berkunjung ke sini, ada pelanggan yang khusus membeli 30 bungkus bakmi godhog untuk dibawa pulang. Tidak diragukan lagi deh bagaimana lezatnya.
Kuliner Malam yang Selalu Jadi Jujugan
Warung Bakmi Jawa Mbah Dingklik ini berada di Jl Saren, Babadan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Jogja. Sangat mudah dijangkau dari manapun.
Jika berangkat dari Bandara Adisutjipto, Teman Traveler bisa mengambil rute Jalan Ring Road Utara, kemudian menuju Jalan Raya Tajem hingga Jalan Raya Babadan. Begitu sampai di pertigaan akan ada tugu, Teman Traveler bisa lanjutkan dengan mengambil lajur kiri ke Jalan Saren
Warung Bakmi Mbah Dingklik cukup mudah ditemukan meski bentuknya hanya berupa rumah biasa. Bahkan setiap menu yang dipesan pun dipersiapkan di dalam ruangan besar, alih-alih dapur khusus.
Mbah Dingklik buka mulai jam 18.00. Namun, kadang baru pukul 21.00, bakminya sudah hampir ludes. Jadi jangan heran jika datang ke sini Teman Traveler harus mengantre panjang.
Penggemar Bakmi Jawa jelas wajib nih untuk menjajal bakmi ala Mbah Dingklik. Bisa disantap bersama keluarga atau teman ketika sedang bertandang ke Jogja. Harganya cukup terjangkau, hanya sekitar Rp14.000.
Tempatnya sederhana dengan suasana rumahan, seolah membuat kita berada di rumah nenek. Yuk berkunjung ke warung Mbah Dingklik! Next