Minangkabau tanah subur dan makmur yang mewarisi kejayaan kuno Sriwijaya dan Pagaruyung. Hampir semua orang tahu bagaimana Sriwijaya tumbuh menjadi kekuatan besar yang membuat gentar negeri-negeri tetangganya. Begitu juga pada masa setelahnya ketika Kerajaan Pagaruyung berdiri. Hingga saat ini, sisa-sisa peninggalan masa silam masih ada yang bisa dinikmati dan akan membuat anganmu melayang ke masa lampau di mana zaman masih belum seperti sekarang.
Baca juga : Perbukitan di Sumba yang Memukau, Tak Kalah Dengan Grand Canyon Amerika
Selain peninggalan Sriwijaya maupun Pagaruyung, Kawasan Suku Minangkabau yang meliputi daratan Sumatera Barat, separuh daratan Riau, bagian utara Bengkulu, bagian barat Jambi, pantai barat Sumatera Utara, barat daya Aceh, hingga Negeri Sembilan di Malaysia juga menyimpan bangunan-bangunan tua lain yang sangat bernilai sebagai saksi bisu perjalanan panjang Tanah Minang hingga sekarang menjadi bagian dari Nusantara. Penasaran bangunan apa saja yang memiliki riwayat sejarah di Minangkabau? Berikut ini ulasan selengkapnya.
1. Istano Silinduang Bulan
Layaknya kerajaan pada umumnya, Dinasti pendiri Pagaruyung juga memiliki pusat pemerintahan dan tinggal di istana. Salah satu bangunan istana yang menunjukkan jejak kejayaan Pagaruyung adalah Istana Silinduang Bulan. Sebenarnya ada satu lagi istana utama bernama Istana Basa, namun bangunan aslinya telah habis terbakar dan yang berdiri saat ini adalah replikanya. Istana Silinduang Bulan letaknya berdekatan dengan Istana Basa, tepatnya di kawasan Batusangkar, Sumatera Barat.
Istana berbentuk bangunan Rumah Gadang yang khas. Di dalamnya kamu akan menemukan berbagai koleksi kerajaan yang berhasil di selamatkan dari bencana kebakaran. Musibah tersebut sempat melahap habis bangunan istana. Terakhir Istana Slinduang Bulan mengalami kebakaran pada tahun 2010.
2. Rumah Gadang Mande Rubiah
Rumah Gadang adalah bangunan adat yang saat ini tetap dilestarikan dan menjadi kebanggaan masyarakat Minangkabau. Selain Istana Kerajaan Pagaruyung, ada satu lagi bangunan yang dipercaya dulunya difungsikan sebagai istana oleh Mande Rubiah, yaitu anggota Kerajaan Pagaruyung yang melarikan diri ke daerah Lunang, kawasan yang saat ini adalah bagian dari Kecamatan Pancung Soal, Kabupaten Pesisir Selatan.
Bangunan Rumah Gadang Mande Rubiah diperkirakan sudah ada sejak abad 14 hingga 15 Masehi. Karena memiliki nilai sejarah yang berharga, pihak pemerintah membuka Rumah Gadang Lunang Sebagai Museum dan tempat wisata . Bangunan rumah kental dengan corak pesisir dan di dalamnya tersimpan beberapa benda penting yang berhubungan dengan sejarah Minangkabau dan masyarakat Lunang.
3. Benteng Fort de Kock
Setelah kejatuhan kerajaan-kerajaan di tanah Minang, bumi Nusantara termasuk juga Sumatera dikuasai oleh penjajah. Bangsa asing itu begitu kuat menancapkan pengaruhnya demi bisa meraup keuntungan dan memanfaatkan penduduk pribumi. Saat itu, Minangkabau adalah daratan penting yang menyuguhkan hasil alam yang melimpah, mulai dari tambang hingga perkebunan. Alhasil, untuk mempertahankan keberadaannya, Belanda membangun beberapa sarana. Mulai dari benteng hingga kantor dagang. Salah satu benteng peninggalan Belanda yang bisa dikunjungi sebagai tempat wisata adalah Fort de Kock.
Bangunan tua khas Eropa tersebut sudah ada sejak tahun 1825. Pendirinya adalah Kapten Bouer. Keberadaan benteng ini sangat penting bagi Belanda setelah meletus Perang Paderi yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol sekitar tahun 1821-1837. Kamu bisa menikmati bangunan tua tersebut dengan datang ke lokasi yang berada di Jl. Yos Sudarso, Benteng Ps. Atas, Guguk Panjang, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Ada beberapa Meriam dan peninggalan penjajah yang berhasil di selamatkan dan melengkapi koleksi Benteng Fort De Kock.
4. Masjid Tuo Kayu Jao
Masyarakat suku Minangkabau sangat kental dengan Islam. Bahkan dalam menjalankan hukum adatnya juga berdasar aturan Islam. Itulah mengapa ada banyak sekali masjid-masjid yang berusia tua. Salah satunya adalah Masjid Tuo Kayu Jao yang berada di Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Bangunan masjid mirip dengan yang ada di Demak. Namun masih tetap memunculkan ciri khas Minang. Tentu saja sampai sekarang Masjid Tuo kayu Jao telah mengalami beberapa perbaikan. Namun masih ada beberapa bagian yang asli. Diperkirakan tempat ibadah tersebut telah berusia sekitar 400 tahun.
Bentuk asli bisa dilihat dari atap Masjid yang masih menggunakan Ijuk. Bedug dan Mihrab di dalam masjid juga merupakan peninggalan sejarah yang sangat berharga dan masih utuh hingga saat ini. Selain Masjid Tuo Kayu Jao masih ada beberapa bangunan masjid lain yang memiliki nuansa sejarah karena sudah ada sejak zaman dulu. Sebut saja Masjid Tuanku Pamansiangan, Masjid Taluak, Masjid Tuo Koto Baru, Surau Atap Ijuk Sicincin, hingga Surau Lubuk Bauk.
5. Jam Gadang
Jam Gadang adalah bangunan ikonik kebanggaan Masyarakat Sumatera barat. Bangunannya menjulang tinggi dengan bagian puncak memiliki atap khas Rumah Gadang. Letaknya ada di Bukittinggi. Tepatnya ada di Bukit Kandang Kerbau. Kamu bisa masuk ke dalam dan menuju ruangan yang ada di puncak menara sambil menyaksikan pemandangan Kota Bukittinggi dari ketinggian.
Jam Gadang dibuat pada masa Pemerintahan Belanda tahun 1827. Uniknya, Jam Gadang memiliki mesin yang sama dengan jam di Menara Big Ben, London. Dari atas menara pemandangan yang bisa kamu nikmati meliputi Gunung Merapi, Gunung Singgalang, Gunung Sago dan Ngarai Sianok.
Itulah beberapa bangunan tua di Minangkabau yang dibuka sebagai tempat wisata. Selain itu, ada beberapa bangunan kuno lain yang saat ini difungsikan sebagai kantor perusahaan. Misalnya saja Kantor PT Bukit Asam, dan Gedung Pegadaian yang dulunya digunakan sebagai tempat pertunjukkan. Next