Setelah mencoba soto mie dan mie ayam lezat di Bogor, saya mendadak penasaran dengan sajian lain dari Kota Hujan. Sajian yang kerap difavoritkan orang Indonesia sebagai menu sarapan. Apalagi kalau bukan bubur ayam. Nah, di Bogor ada kedai Bubur Ayam Kabita yang ternyata sudah eksis sejak 1971 silam lho.
Baca juga : Kafe dan Bakery di Bandung, Cocok Untuk Nongkrong Santai
Kedai Bubur Ayam Kabita sajikan racikan melegenda khas Sunda yang sudah bertahan hampir setengah abad. Jika Teman Traveler sedang menjelajah wisata Bogor, wajib banget mampir ke sini. Nah, agar tak penasaran, yuk simak pengalaman saya kulineran di sini.
Berjualan Sejak 1971
Punya embel-embel ‘legendaris’, tentu saya langsung ingin tahu sejak kapan Bubur Ayam Kabita eksis berjualan. Rasa kepo itu terjawab setelah saya tiba di kedai sederhana yang terletak di tepi Jalan Raya Gunung Batu (Mayjen Iskak Djuarsa) No.67 Bogor Barat ini. Ternyata bubur ayam ini sudah jadi legenda wisata kuliner Bogor sejak 1971.
Kabarnya sang pemilik, Alm. Haji Loekman, adalah orang asli Padang. Beliau mendapat resep bubur dari seseorang asli Kuningan yang dulunya berjualan di Pasar Anyar Bogor dan berniat pensiun berdagang. Di tangan beliau, resep tersebut terus dipertahankan dan disempurnakan hingga warung Bubur Ayam Kabita bisa terus eksis.
Makna Kabita
Bagi Teman Traveler yang orang Sunda, pasti paham arti ‘kabita’. Benar sekali, dalam bahasa setempat istilah tersebut punya makna ‘bikin pengin‘ atau ‘tergoda ingin mencicipi’. Hal inilah yang seringkali mengecoh para pelanggan. Kebanyakan mengira bahwa pemilik kedai ini adalah asli orang Sunda.
Tampilan dan Cita Rasa Menggoda
Semangkuk bubur ayam terdiri dari isian yang tak jauh beda dengan kuliner sejenis. Selain bubur nasi, masih ada topping suwiran ayam, kacang kedelai goreng, potongan seledri, bawang goreng, dan kerupuk. Namun, begitu pesanan tiba di depan mata, mata Teman Traveler bakal langsung fokus ke satu perbedaan mencolok.
Ya, tepat banget. Kuah warna coklat adalah salah satu ciri khas Bubur Ayam Kabita Bogor. Racikannya terdiri dari kaldu ayam dicampur kecap asin dan bumbu rahasia lain sehingga ciptakan cita rasa unik. Tidak tanggung-tanggung, kuah ini dituang dalam porsi berlimpah, membuat bubur nasi dan sebagian topping-nya terendam.
Tekstur buburnya kental dan tidak terlalu encer. Pas dengan selera saya. Kalau tidak dimakan bersama kuah kaldu, rasanya hambar seperti nasi putih biasa.
Overall, menurut saya cita rasa bubur di sini sangat kuat di kuah kaldunya. Sensasi rasa asin dan gurihnya begitu terasa di lidah. Buat Teman Traveler yang tidak terlalu suka asin, barangkali bakal menganggap kuah di sini keasinan. Namun jangan khawatir, tak bikin eneg kok.
Suwiran ayamnya terasa lembut, diberikan dengan porsi pas. Kacang kedelai gorengnya berlimpah. Teman Traveler bisa request tak pakai kacang kedelai jika tidak terlalu doyan. Oh ya, biar rasanya makin nampol, jangan lupa tambahkan sambal.
Kecap Asin Asli Sukabumi
Racikan yang kabarnya tak pernah diubah sejak pertama kali berjualan adalah kecap asin dalam campuran kuah kaldu. Merek yang dipilih sejak dulu tetap sama, yakni salah satu produk asli buatan Sukabumi. Pengelola konon pernah menjajal merek kecap asin lain, namun hal tersebut justru mengubah cita rasa keseluruhan.
Tidak Punya Cabang
Saat mencari lokasi kedai Bubur Ayam Kabita, saya menemukan tempat dengan nama serupa namun tidak berada di Bogor. Awalnya saya mengira mereka memang membuka cabang. Namun setelah dikonfirmasi pada pemilik kedai, mereka sama sekali tidak buka cabang di mana pun. Hmm, berarti Teman Traveler jangan sampai salah alamat ya.
Bubur Ayam Kabita buka tiap Senin-Sabtu antara pukul 06.00-24.00 dan hari Minggu dari pukul 06.00-20.00, Teman Traveler hanya perlu rogoh kocek Rp11 ribuan untuk mencicipi seporsi bubur ayam di sini. Jika ingin menjajal menu lain, kedai ini juga tawarkan soto ayam lho.
Nah, itulah tadi pengalaman pertama saya mencoba sajian Bubur Ayam Kabita di Bogor. Selamat mencoba! Next