Siapa sih yang nggak akrab sama jajanan pasar satu ini? Yap, Lemper sendiri merupakan panganan yang terbuat dari ketan dan biasanya dibungkus dengan daun pisang. Ternyata, jajanan pasar yang Teman Traveler biasa jumpai ini memiliki arti dan kisah di belakangnya. Apasih cerita di balik lemper? Teman Traveler bisa baca artikel di bawah ini ya.
Baca juga : Baru Diresmikan! Glamping De’Loano Purworejo Wajib Dikunjungi Akhir Pekan Ini
Lemper Dulu
Panganan yang terkenal di seluruh wilayah Indonesia ini biasanya dimakan sebagai pengganjal perut. Lemper biasanya dijumpai di dalam kotakan sebagai makanan ringan diantara makanan tradisional yang lainnya. Lemper ini memang dulunya banyak ditemukan di daerah Jawa Tengah dan dulunya tidak berisikan potongan daging ayam, sapi, atau ikan. Karena pada zaman dulu daging mahal, sehingga lemper diisi dengan kelapa muda yang dimasak seperti abon atau serundeng karena lebih murah. Setelah itu isian dibalut dengan ketan yang dibungkus dengan daun pisang.
Lemper Sekarang
Seiring dengan berkembangnya zaman, makanan satu ini juga mengalami perubahan. Kalau lemper dulu memakai isian kelapa, sekarang ada beragam isia seperti abon, daging yang digiling, dan lain sebagainya. Bungkusnya juga ada yang tidak selalu menggunakan daun pisang, namun plastik. Selain itu tidak hanya dikukus, lemper ada juga yang dibakar agar memiliki aroma yang lebih harum. Namun, beberapa hal di atas tetap tidak merubah lemper yang berbahan dasar ketan.
Filosofi Lemper
Masyarakat Jawa khususnya Jawa Tengah menganggap lemper merupakan simbol persaudaraan. Karena lengket, maka lemper dimaknai dengan persaudaraan manusia yang saling menyatu.
Selain itu lengketnya lemper juga dianggap mendatangkan rezeki bagi orang yang memakannya. Ternyata hal ini menandakan bahwa lemper tidak hanya sekedar makanan ya, Teman Traveler.
Hadir di Upacara Adat
Lemper tidak hanya dijumpai di pasar saja, melainkan juga hadir di upacara adat yaitu Rebo Pungkasan yang berada di Bantul. Upacara yang digelar setiap hari terkahir bulan Suro ini uniknya menghadirkan lemper dengan ukuran rasaksa yaitu 2 x 2,5 m. Lemper rasaksa ini berisi ribuan lemper kecil dan kulitnya terbuat dari kepang (alas menjemur padi) dengan dilapisi daun kulit pisang yagn terbuka. Dalam upacara adat ini, lemper diibaratkan sebagai manusia. Jika ingin masuk surga harus membuang dosa-dosanya dengan membuang kulit daun pisang hingga menuju inti kehidupan (isi dari lemper) manusia.
Teman Traveler, itulah informasi singkat cerita di balik lemper yang mungkin belum diketahui. Ternyata jajanan yang biasa ditemukan di pasar dengan harga yang murah memiliki arti yang cukup mendalam bagi masyarakat Jawa khususnya. Semoga bisa artikel ini bisa menambah ilmu Teman Traveler tentang kuliner di Indonesia, ya! Next