Sebagai seorang pelanggan dari sebuah tempat makan seperti restoran, kafe, atau kedai sekalipun, ada ekspektasi yang dibawa ketika memesan sebuah menu. Jika enak dan sesuai selera, tentu akan membuat pelanggan tersebut puas. Bagaimana jika sebaliknya?
Baca juga : Greweng Jogja, Keindahan Pantai Nusantara yang Penuh Pesona
Tuntutan hingga denda bisa dilayangkan oleh pelanggan tersebut. Ini banyak sekali terjadi loh. Tidak hanya di Indonesia, tapi juga di luar negeri. Ingin tahu bagaimana kisah para pelanggan yang menuntut restoran?
Tuntut fast food karena burger tak sesuai gambar
Erwin Sandi memiliki ekspektasi akan menyantap burger lezat sesuai gambar ketika memesannya di sebuah fast food di Palopo, Sulawesi Selatan. Tapi burger yang didapatkan justru tidak lengkap, ada beberapa isian yang tidak hadir di dalamnya. Akhirnya, ia pun mengeluhkan hal ini langsung ke pihak fast food melalui media sosial. Dan keluhannya jadi viral.
Ternyata, ini terjadi karena bahan baku sudah habis. Tak mau tahu, Erwin tetap melayangkan beberapa tuntutan selain permintaan maaf. Di antaranya, memberi makan anak yatim setiap Jumat selama sebulan ke minimal 5 panti asuhan. Selain itu, ia juga tidak mengharapkan ada karyawan yang dipecat karena insiden ini.
Minta kompensasi karena kepedasan hingga masuk rumah sakit
Ini adalah bukti bahwa tidak semua orang punya perut tahan pedas seperti Tanboy Kun. Buktinya, seorang pengunjung sampai dilarikan ke rumah sakit setelah makan dengan saus sambal di Cleveland, Tennesse. Dalam sekejap, ia mengalami sesak nafas dan sakit perut yang amat hebat.
Kronologinya, korban datang ke restoran bersama kedua orang tuanya. Anak tersebut kemudian diberi sebotol saus sambal Blair’s Mega Death untuk dinikmati. Ini adalah sambal dengan kepedasan 500 kali lipat dari jalapeno. Karena insiden ini, orang tua korban menuntut restoran untuk memberi kompensasi sebesar 10.000 dolar atau sekitar Rp90 juta (kurs di tahun 2010).
Sajikan makanan dengan piring kayu mirip talenan
Sebuah restoran steak di Inggris kena denda karena menyajikan menu-menunya di atas piring kayu. Tak tanggung-tanggung, denda yang harus dibayar sekitar Rp600 jutaan. Bagaimana bisa ya?
Ternyata ini terjadi setelah adanya laporan keracunan oleh beberapa pelanggan setelah makan steak di restoran ini. Awalnya, Dinas Kesehatan Lingkungan menduga kalau ini terjadi karena dapur yang tidak bersih. Tapi, kemudian ditemukan penyebab aslinya yaitu dari piring kayu mirip talenan yang tidak dicuci bersih.
Kena denda ratusan juta karena naikkan harga
Kasus getok harga ternyata tak hanya terjadi di Indonesia saja. Di Italia, sebuah restoran kena denda ratusan juta karena menaikkan harga pada pelanggan asal Jepang. Saat itu, korban empat mahasiswi memesan empat steak Florentine, sepiring ikan panggang, dua gelas anggur, dan air mineral yang digetok harga sekitar 1143 Euro.
Karena hal ini, restoran di Italia tersebut dianggap melanggar prosedur komersial tentang akurasi harga dan menu. Akhirnya, restoran ini pun harus membayar denda yang jumlahnya 20 kali lipat dari total tagihan yang diberikan ke mahasiswi Jepang itu. Tepatnya adalah 20.000 Euro atau sekitar Rp331 juta (kurs saat itu).
30 restoran di Tangerang kena sanksi karena nunggak pajak
Setiap tahun, badan usaha termasuk restoran yang memenuhi syarat memiliki kewajiban untuk membayar pajak. Jika sampai nunggak, tentu saja ada sanksi mulai dari teguran hingga peringatan segel. Nah Maret lalu, 30 restoran di Tangerang ternyata bandel karena lalai soal pajak.
Karena lalai dari tanggung jawab, 30 restoran ini langsung dikenai sanksi oleh Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kabupaten Tangerang. Sanksinya juga beragam, seperti salah satu restoran masakan padang yang kena sanksi Rp200 juta.
Itu dia deretan restoran yang kena tuntut tak hanya dari pelanggan tapi juga dinas-dinas terkait. Menurut Teman Traveler, mana kasus yang paling parah? Next