Film yang berangkat dari novel karya penulis veteran, Pramoedya Ananta Toer, segera diproduksi dalam bentuk film. Bulan Juli 2018 mendatang, proses pengambilan gambar sudah mulai dilakukan. Lokasi shootnya dilakukan pada beberapa tempat dengan setting abad ke-18. Empat lokasi film Bumi Manusia yang akan disebutkan ini, merupakan tempat-tempat penting yang dikisahkan oleh Pramoedya Ananta Toer.
Baca juga : Wisata Sejarah di Museum Sang Nila Utama
Wonokromo, Surabaya
Kawasan Wonokromo digambarkan sebagai daerah lokasi rumah megah Tuan Herman Mellema dan Nyai Ontosoroh dalam film novel Bumi Manusia. Kawasan Wonokromo juga merupakan tempat di mana ikon patung Suro dan Boyo berada. Tak jauh dari patung tersebut juga terdapat Kebun Binatang Surabaya yang dibuka semenjak tahun 1918.
Hogere Burger School (HBS), Surabaya
Pada zaman penjajahan Belanda, Hoogere Burger School merupakan sekolah setingkat SMA. Tempat ini dikisahkan oleh Premoedya Ananta Toer sebagai tempat Minke sekolah. HBS hanya diperuntukkan bagi anak-anak bangsa Eropa, putra bangsawan pribumi, atau putra para tokoh pribumi terkemuka. Presiden Soekarno adalah salah satu tokoh yang pernah sekolah di tempat ini.
Sidoarjo
Sidoarjo digambarkan sebagai kampung halaman Nyai Ontosoroh. Tepatnya mengambil lokasi di kawasan Tulangan. Kota yang terletak 30 kilometer dari kota pahlawan ini di masa sejarahnya merupakan ibukota karesidenan Surabaya di era Hindia Belanda. Kawasan Tulangan mulai menanam tebu dan memajukan pabrik gula pada tahun 1830.
Blora
Blora merupakan tanah kelahiran Pramoedya Ananta Toer sendiri. Kabupaten yang berada di Jawa Tengah ini memiliki banyak potensi dan destinasi wisata yang semakin berkembang dari tahun ke tahun. Selain pariwisatanya, kabupaten ini juga memliki sumber daya alam yang potensial. Seperti Konsesi Tambang Minyak Panolan (Cepu).
Film Bumi Manusia garapan Hanung Bramantyo ini mendapatkan banyak respon netizen, baik positif maupun negatif. Beberapa netizen kecewa dengan pemeran utamanya yang dinilai tidak cocok untuk karakter film seperti ini. Tapi bagaimanapun kombinasi karya Pramoedya yang digodok oleh Hanung Bramantyo, akan tetap layak ditonton bukan? Next