Menyatu dengan alam bisa menjadi hal positif yang bisa dilakukan saat liburan. Salah satunya mendaki Gunung Raung, yang menjadi impian dari Kontributor Travelingyuk, Wahyu Wiro. Pengalamannya ini menjadi cerita menarik karena pertama kali mendaki tanpa istri. Namun, pemandunya yang juga aktivis lingkungan bernama Cak Jarwo menjadi tempat setia selama perjalanan.
Baca juga : Camilan Serba Pisang Kekinian di Jogja, Bekal Buat Keliling Kota Istimewa
Seperti apa serunya perjalanan Wahyu Wiro mendaki Gunung Raung dan sampai di Puncak Sejati? Berikut ini penuturan darinya.
Istimewanya Puncak Sejati yang Jadi Impian Pendaki
Banyak pendaki yang mengidamkan untuk dapat mencapai puncak sejati. Selain garang untuk sampai puncaknya butuh tenaga ekstra. Perjalanan me-Raung kali ini dimulai dari Pos Perizinan menuju Pos 1 yang ditempuh dengan menggunakan ojek. Sekitar 30 menit perjalanan mencapai Pos 1, dilanjutkan ke Camp 3 dan bermalam di sini. Meski tak sesuai rencana awalnya yang bermalam di camp 4, tapi perjalanan ini tak ingin memforsir tubuh. Mengingat, perjalanan menuju Kalibaru di Banyuwangi dari Surabaya cukup melelahkan. Yap, akses menuju Gunung Raung melalui pintu Kalibaru.
Jalur Pendakian yang Menguras Tenaga
Setelah bermalam di camp 4, perjalanan dilanjutkan menuju camp 7. Jalur pendakian ini semakin terjal, dengan medan terus menanjak. Meski melelahkan, pepohonan berkanopi besar tinggi yang menjulang membuat perjalanan menyenangkan. Sesampai di camp 7, istirahatkan tubuh.
Meski tujuannya untuk meliburkan diri, tentu selama di atas gunung harus menjaga kebersihan. Sadar akan kelestarian lingkungan harus dipegang teguh. Beruntungnya, Gunung Raung bersih. Hampir tak terlihat sampah plastik selama perjalanan. Adapun pemandangannya berupa hutan lebat dengan pohon-pohon berdiameter besar. Udaranya juga sejuk.
Puncak Gunung Raung yang Tak Kalah Mencuri Perhatian
Cukup istirahat, hari ketiga dilanjutkan untuk mendaki di titik puncak. Perjalanan summit dimulai jam 3 pagi. Perjalanan memang sulit, mengingat trek Raung yang susah ditaklukkan. Raung memiliki 4 puncak yang semuanya mempunyai tingkat kesulitan yang bermacam-macam. Puncak pertama adalah puncak Bendera (3.154 mdpl). Sekitar 3-4 jam waktu yang diperlukan dari camp 7. Jalurnya masih menanjak dan melipir karena melewati Gunung Wates. Belum lagi batuan besar yang mendominasi.
Perjalanan ekstrem dimulai dari Puncak Bendera menuju Puncak 17. Jalur ini paling rawan dan menegangkan, karena turun dengan jurang menganga di depannya. Dibutuhkan konsentrasi tingkat tinggi, karena salah sedikit akan fatal akibatnya. Dari puncak 17 menuju Puncak Tusuk Gigi tak kalah ekstrem. Jalur ini dikenal dengan Shiratal Mustakim, karena ketika gagal melewatinya akan jatuh ke jurang menuju neraka, bahkan jenazah pun akan sulit untuk diambil.
Setelah melewati jalanan memantang, barulah keindahan surga yang terpampang di depannya. Sekitar 100 meter jarak Puncak Sejati dari Puncak Tusuk Gigi. Puncak Sejati dengan kaldera besar yang masih aktif menganga di depan mata. Bahkan sampai detik ini, kegarangan raung masih terpampang jelas di depan mata. Pesonanya tak perlu diragukan lagi.
Kegagahan Gunung Raung membuat siapapun ingin melangkah ke sana. Raung mengajarkan banyak hal. Tak hanya keindahan alam, tapi juga rasa rindu untuk pulang ke rumah. Semangat juang sesungguhnya, kemuliaan hati para pejuang lingkungan dan banyak lainnya. Bagaimana dengan Teman Traveler, ingin langkahkan kaki di sini? Next