in ,

Gurame Pecak H Nasun, Warung Legendaris yang Pertahankan Kuliner Betawi

Menikmati kuliner khas Betawi di warung legendaris yang masih bertahan hingga kini.

Pecak Gurame makanan dari Betawi yang masih bertahan.
Pecak Gurame makanan dari Betawi yang masih bertahan.

Suku Betawi yang sebagian besar berada dan tumbuh di wilayah Jakarta ini juga turut mewariskan kuliner yang ada di Indonesia secara turun temurun. Walaupun Jakarta merupakan kota besar yang sudah modern, tidak membuat beberapa kuliner ini tergerus zaman salah satunya yaitu Gurame Pecak. Rumah makan H. Nasun cukup populer dan diminati karena masih mempertahankan kuliner tersebut hingga kini. Travelingyuk akan mengajak Teman Traveler untuk mengetahui keistimewaan seperti apa yang ada di balik hidangan ini. Sudah siap?

Baca juga : Pilihan Resort di Sekitar Pulau Komodo, Mewah dengan Pemandangan Bikin Melongo

Rumah Makan yang Legendaris

Rumah makan yang legendaris
Rumah makan yang legendaris via Instagram/trihanorawati109

Bertempat di Jl Moch Kahfi II No. 21 Serengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta Selatan, warung ini telah berdiri sejak 36 tahun lalu. Memiliki tempat yang sederhana, warung ini tetap ramai pengunjung. Teman Traveler dapat memesan menu sembari melihat proses memasak. Ikan gurame sendiri lebih cocok jika disiram dengan kuah pecak, sedangkan gabus akan terasa lebih pas jika disiram dengan menggunakan kuah pucung, yaitu kluwak khas Betawi.

Rahasia dari Kelezatannya yang Menggoda

Bahan-bahan yang terkandung di dalam bumbu
Bahan-bahan yang terkandung di dalam bumbu via Instagram/panjidecca

Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat gurame pecak adalah bumbu rempah seperti jahe, kencur, kacang, bawang merah, cabai merah, dan juga kemiri. Penggunaan jahe dan kemiri inilah yang membuat sensasi hangat di mulut ataupun di perut. Selain itu, ikan gurame yang digunakan juga harus ikan yang segar dan harus segera diolah karena untuk mempertahankan rasa manis yang alami. Per harinya, rumah makan H.Nasun ini menghabiskan 30 kg ikan gurame segar.

Mempertahankan Cara yang Tradisional

Proses pengolahan bumbu yang masih tradisional
Proses pengolahan bumbu yang masih tradisional via Instagram/eugenia_jo

Banyak pelanggan yang ketagihan untuk datang kesini karena pecak yang disajikan berbeda dengan lainnya. Kuah terasa lebih kental karena dalam proses memasak bumbunya masih menggunakan cara yang tradisional.

Sang pemilik yang merupakan salah satu keluarga dari Alm. H. Nasun lebih memilih mengulek bumbu dengan cobek ketimbang menggunakan blender sebagai penghancur. Ia merasa kuahnya akan lebih encer dan berbeda.

Rasa yang Tidak Amis

Dimakan bersama sayur
Dimakan bersama sayur via Instagram/molekrobach

Gurame pecak sendiri disajikan di atas piring ceper yang disiram dengan kuah pecaknya yang khas. Tidak perlu takut, Teman Traveler tak akan menemukan rasa lumpur dan amis dari ikan bahkan nyaris tidak tercium. Hidangan ini pun akan terasa lebih pas jika disajikan dengan nasi, telur, ataupun tempe. Satu porsi utuhnya, Teman Traveler harus merogoh kocek sebesar Rp47 ribu hingga Rp90 ribuan. Warung ini berjualan setiap hari pada jam 09.00 hingga pukul 15.00 WIB kecuali hari Jum’at.

Pecak Gurame ini merupakan salah satu kuliner yang cukup sulit ditemukan. Dengan kelezatan bumbu yang masih terjaga kesegarannya hingga kini, yakin Teman Traveler tak ingin mencobanya langsung? Next

ramadan
Hotel Sekitar UGM Jogja

4 Pilihan Hotel Dekat UGM Jogja, Liburan Sambil Kulineran

Hanya Tumbuh di Musim Panas

Selain di Jepang, Bunga Sakura di Sumba Takkalah Cantiknya