in , ,

Sasirangan, Kain Tenun Khas Banjar yang Indah dan Bertuah

Menyimak Cerita Menarik di Balik Kain Sasirangan

Motif Kain Sasirangan
Motif Kain Sasirangan (c) Adhi Kurniawan/Travelingyuk

Bagi masyarakat Banjar, kain sasirangan bukan sekedar bahan pakaian. Di balik warna-warni indah dan motifnya yang penuh makna, tersimpan khasiat luar biasa. Penasaran? Yuk, simak ulasan lengkapnya berikut ini Teman Traveler.

Baca juga : Glamping Yuk! di Nira Camper Village Jogja, Bersama Keluarga

Dipercaya Bisa Sembuhkan Penyakit

08_banjar_IaB.jpg
Ramai diburu pembeli (c) Adhi Kurniawan/Travelingyuk

Kisah tentang kain sasirangan bermula dari cerita rakyat masyarakat Banjar. Konon, kain ini berasal dari hasil pertapaan Lambung Mangkurat, seorang patih di sebuah Kerajaan Negara Dipa. Di ujung pertapaan, ia bertemu Putri Junjung Buih yang memintanya membuat selembar kain
tenun dan dicelup ke berbagai warna.

Masyarakat Banjar percaya bahwa kain sasirangan mampu mengobati penyakit. Kain ini juga dianggap memiliki kekuatan magis untuk melindungi pemakainya dari hal-hal buruk dan gangguan roh-roh jahat. Pada zaman dahulu kain ini tidak dijual bebas, hanya dibuat berdasarkan pesanan dari pelanggan. Setiap warna dan motifnya memiliki khasiat dan
tujuan tersendiri. Karena keunikan ini, dalam bahasa setempat kain sasirangan juga disebut juga pamintaan.

Warna merah dipercaya dapat mengobati sakit kepala atau insomnia. Bagi penderita stroke atau lumpuh, warna hijau dianggap bisa menyembuhkan. Sedangkan bagi orang yang menderita gangguan kejiwaan atau stress, warna coklat bisa menjadi solusi. Warna hitam bisa mengurangi demam dan kulit gatal-gatal serta warna ungu dapat menyembuhkan sakit perut. Seperti warnanya, kain kuning berkhasiat menyembuhkan sakit kuning.

Cara Pembuatan Unik

03_banjar_VH1.jpg
Hasil pembuatan kain (c) Adhi Kurniawan/Travelingyuk

Jika ingin melihat pembuatan kain ini secara langsung, Teman Traveler bisa datang ke Kampung Sasirangan di Banjarmasin. Dalam bahasa Banjar, sirang berarti diikat.

Bahan dasar kerajinan ini menggunakan kain polos berwarna putih yang lantas diikat atau dijahit dengan tangan. Berikutnya benang ditarik atau dijelujur membentuk motif-motif tertentu. Setelah itu, kain dicelup ke bahan pewarna. Proses ini mirip dengan pembuatan kain jimpitan di daerah Jogjakarta.

Meski sekarang sasirangan bisa dibuat dengan teknik cetak atau printing menggunakan mesin, versi buatan tangan masih lebih banyak diminati.

Warna-Warni Indah dari Bahan Alami

01_banjar_UmK.jpg
Aneka warna alami (c) Adhi Kurniawan/Travelingyuk

Bahan pewarna sasirangan berasal dari rempah-rempah atau bahan alami lainnya. Kunyit dan temulawak menghasilkan warna kuning. Merah didapat dari buah mengkudu, gambir, atau kesumba. Ungu dibuat dari biji buah gandari. Kulit buah rambutan bisa dibuat jadi pewarna coklat. Sementara hijau berasal dari daun pudak dan jahe.

Supaya warna yang dihasilkan lebih menarik dan tidak mudah pudar, semua bahan tersebut dicampur dengan bahan-bahan lain seperti jintan, garam, lada, pala, cengkeh, jeruk nipis, kapas, tawas, kapur, dan cuka.

Sasirangan memiliki beragam motif klasik yang sudah bertahan lintas generasi. Motif tersebut antara lain kembang kacang, ombak sinapur karang, bintang bahambur, turun dayang, daun jaruju, kangkung kaombakan, sarigading, parada, dan lainnya.

Para perajin sasirangan kini mengombinasikan motif satu dengan motif lain hingga hasilkan motif anyar yang menarik dan terlihat
modern. Namun tentu saja, tetap mempertahankan ciri khas aslinya.

Keindahan Mendunia

10_banjar_rr2.jpg
Motif etnik dikreasikan dalam tas (c) Adhi Kurniawan/Travelingyuk

Pada zaman dahulu, sasirangan biasa dikenakan sebagai selendang, kerudung, atau kemben. Sementara para pria biasa mengenakannya sebagai ikat kepala, ikat pinggang, dan sarung atau tapih bumin dalam bahasa setempat. Seiring perkembangan zaman, kain tradisional ini dikreasikan menjadi produk fashion kekinian bercorak etnik yang sangat digemari generasi milenial.

Tak hanya digemari di Indonesia, produk-produk sasirangan juga sudah dikenal dunia. Dalam gelaran New York Fashion Week 2018, kain ini tampil sebagai salah satu pakaian yang dikenakan para model. Sementara itu, beberapa produk sasirangan dari sejumlah UKM lokal sudah banyak diekspor ke luar negeri.

Berburu Sasirangan Berkualitas

04_banjar_E0b.jpg
Membeli kain sasirangan (c) Adhi Kurniawan/Travelingyuk

Jika Teman Traveler ingin belanja sasirangan, Toko Sahabat Sasirangan bisa jadi pilihan menarik. Toko ini terletak di Jalan Ahmad Yani KM 3,5 di daerah Karang Mekar, Banjarmasin. Mereka menyediakan sasirangan dalam berbagai motif dan bahan.

07_banjar_CGu.jpg
Berburu kain (c) Adhi Kurniawan/Travelingyuk

Sasirangan berbahan katun dibanderol mulai Rp130.000 per helai. Sedangkan untuk bahan sutra harganya lebih mahal, mulai dari Rp200.000 hingga jutaan rupiah. Semakin rumit coraknya dan pembuatannya, harga yang ditawarkan juga semakin mahal.

06_banjar_O85.jpg
Sudah dijahit menjadi baju (c) Adhi Kurniawan/Travelingyuk

Selain dalam bentuk kain, Teman Traveler juga bisa membeli sasirangan yang sudah dijahit menjadi baju. Ada berbagai model yang bisa dipilih, mulai dari kaos, kerudung, hingga selendang.

Itulah sedikit ulasan mengenai kain sasirangan, produk kerajinan asli Banjarmasin yang tidak hanya indah namun bertuah. Buat Teman Traveler yang sedang jalan-jalan di Banjarmasin dan masih bingung mencari buah tangan untuk sanak keluarga di rumah, kain ini bisa jadi pilihan. Next

ramadan
Sushi Bushi Bali

Sushi Bushi Bali, Makan Puas Cuma 10 Ribu-an!

Kopi Qowa Pandaan

Rekomendasi Minuman Segar Pandaan, Jalan-jalan Anti Kehausan