in , , , , , ,

Mengunjungi Kampung-Kampung Adat di NTT, Bisa Buat Pre-wedding

Serasa hidup di jaman nenek moyang

kampung adat
k.namata

Kampung adat kini keberadaannya semakin sedikit di Indonesia. Keberadaan kampung tradisional mulai tergerus dengan popularitas bangunan era modern. Banyak sekali kawasan-kawasan desa yang diubah menjadi gedung-gedung besar. Namun, Nusa Tenggara Timur masih menyimpan banyak kampung adat yang lestari keberadaannya bahkan banyak dikunjungi sebagai warisan wisata budaya. Ini dia daftar 5 kampung adat di NTT.

Baca juga : Kebun Bunga di Prancis? Bukan, Ini Desa Rurukan, Tomohon!

1. Kampung Bena Bajawa

Via ig/@nttinside

Kampung Bena terletak di Kabupaten Ngada, yang dapat ditempuh sekitar 7-8 jam dari Labuan Bajo dengan perjalanan darat. Desa bena merupakan situs perkampungan megalithikum yang dihuni oleh 9 suku. Keunikan kampung ini adalah susunan rumah yang melingkar membentuk huruf U dengan hiasan atap yang berbeda-beda. Rumah-rumah di sini benar-benar masih terbuat dari kayu dengan atap jerami. Jika ingin masuk ke kampung Bena, tiap pengunjung harus mengisi buku tamu dan memberikan sumbangan sukarela untuk biaya pemeliharaan dan pelestarian kampung. Sementara itu, kehidupan perekonomian penduduk kampung Bena bertumpu pada hasil tenun dan pertanian. Wisatawan di sini senang sekali mengabadikan momen dari atas bukit sehingga nampak keseluruhan bagian rumah.

Suasana kampung Bena via ig/@hardiantosan

2. Situs Kampung Adat Ratenggaro

Via ig/@indonesia_geographic

Nama Ratenggaro memberi makna sesuai keadaan kampung adat Ratenggaro. Rate artinya kuburan dan Garo artinya orang-orang Garo. Kampung Ratenggaro menawarkan nuansa berada di zaman batu, dimana masih terdapat 304 buah kubur batu dengan ukiran yang menambah kesan mistis. Kampung yang berada di Desa Umbo Ngedo, Kecamatan Kodi Bangedo ini memiliki keunikan pada rumah adat berbentuk panggung yang memiliki menara tinggi mencapai 15 meter dengan atap jerami. Rumah adat Ratenggaro memiliki 4 tingkatan, dimana tingkat pertama untuk hewan peliharaan, kedua tempat pemilik tinggal, ketiga bagian menyimpan hasil panen, dan tingkat terakhir untuk menyimpan tanduk kerbau sebagai simbol kemuliaan.

Prewed di Ratenggaro vi ig/@iyladventure

3. Kampung Adat Takpala

Via ig/@anaktimor_hitz

Desa Takpala dihuni oleh suku Abui yang artinya orang gunung. Rumah-rumah di Takpala berbentuk gazebo dengan bangunan berbahan bambu dan atap jerami. Meski terlihat kecil, ternyata rumah mereka memiliki 4 lantai dengan fungsinya masing-masing. Beberapa rumah juga memiliki bentuk rumah panggung yang berbentuk piramida. Perekonomian mereka berasal dari berkebun, menenun, dan pembuatan kerajinan.  Para pengunjung yang datang kesini berkesempatan untuk menggunakan baju adat suku Abui yang menyerupai baju suku pegunungan. Untuk menikmati baju adat Takpala, pengunjung dikenakan tarif Rp 50.000/baju.   

Bentuk rumah Takpala via ig/@fifiamalo

4. Desa Waerebo, Flores

Via ig/@gnfi

Wae Rebo adalah salah satu kampung adat yang dinobatka sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO pada tahun 2012. Posisi Wae Rebo yang berada di ketinggian 1000 mdpl membuat pengunjung yang datang akan terkagum-kagum dengan hamparan alam asri yang berada di sekeliling kampung. Hanya ada 7 rumah yang mendiami Wae Rebo dengan bentuk rumah kerucut beratapkan daun lontar. Turis Eropa banyak berdatangan ke Wae Rebo karena daya tarik arsiteknya yang unik. Teman traveler yang datang kesini akan disambut dengan adat istiadat, keramahan warganya, hingga kearifan lokal yang masih terasa kental.

Bentuk rumah Waerebo dari dekat via ig/@gnfi

5. Kampung Namata

Via ig/@wenelodo

Kampung Megalitikum yang berada di Desa Raeloro, Kecamatan Sabu NTT ini berhasil masuk nominasi Kampung Adat Terpopuler dalam Anugerah Pesona Indonesia (API) tahun 2020. Suku di Kampung Namata masih kental akan adat istiadat serta budaya sejarah. Disebut sebagai kampung megalitikum karena masih terdapat banyak bongkahan batu berbentuk lingkaran di tengah kampung tersebut. Batu-batu tersebut dipercaya memiliki kekuatan magis dan digunakan tempat persembahyangan. Pengunjung dilarang memegang, memfoto, atau menduduki Batu Rue, yang merupakan batu untuk ritual khusus. Nah, bagi pengunjung yang ingin bergaya ala Suku Sabu bisa menyewa badu adat dengan  tarif Rp 100.000.

Via ig/@reystu_thene12

Kampung-kampung adat di Nusa Tenggara Timur (NTT) ini benar-benar masih terjaga kelestariannya. Selain sebagai warisan budaya Indonesia, kampung adat ini kerap kali dikunjungi oleh wisatawan sebagai destinasi wisata. Bahkan, beberapa kali digunakan untuk lokasi praweding. Next

ramadan

Written by dessy humairoh

Ibu rumah tangga yang hobi menulis dan bercerita. Menghabiskan waktu dengan anak sambil tetap produktif mengasah otak adalah hal yang menantang.

hotel di batu

4 Hotel di Batu dengan Konsep Alam Pedesaan

jalan protokol

Indonesia Punya 5 Jalan Instagenic yang Asyik Buat Nongkrong dan Foto-foto