Indonesia memang dikenal dengan keragaman suku dengan adatnya masing-masing. Salah satunya yang masih bertahan memegang teguh adatnya adalah Suku Baduy di wilayah Banten. Mereka tinggal di kawasan yang dinamakan Kampung Baduy. Kalau pengin mengenal mereka, bisa simak ulasan di bawah ini.
Baca juga : Exploring Baubau, the Portal City of Southeast Sulawesi
Berlokasi di Desa Kanekes
Kampung Baduy terletak di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak. Di desa ini terdapat Kampung Baduy Dalam dan Luar yang menjadi tempat tinggal Suku Baduy. Dulu banyak orang yang menyebut mereka dengan sebutan “Orang Kanekes.” Sekarang, orang-orang lebih umum memanggilnya dengan “Orang Baduy”.
Perbedaan Kampung Baduy Luar dan Dalam
Kampung Cibeo termasuk ke dalam Kampung Baduy Dalam yang ditinggali oleh Suku Baduy Dalam. Mereka dikenali dengan baju dan telekung atau ikat kepalanya yang berwarna putih, serta bersarung loreng hitam.
Berbeda dari Kampung Cibeo, Kampung Marengo yang berada di Kampung Baduy Luar ini dijadikan tempat wisata untuk dikunjungi oleh para pelancong yang ingin lebih mengenal kehidupan Suku Baduy Dalam. Banyak dari mereka yang akhirnya menginap di kampung ini.
Apabila kalian hanya ingin berkunjung dengan waktu singkat, ada perkampungan Suku Baduy Luar yang berada di jalan masuk Desa Kanekes. Pakaian mereka berbeda dengan Suku Baduy Dalam, yaitu dengan menggunakan pakaian berwarna hitam dengan sarung batik khas Baduy.
Menyusuri Kampung Marengo
Kampung Marengo termasuk ke dalam Kampung Baduy Luar yang didiami juga oleh Suku Baduy Dalam. Di sini, sangat terlihat aturan dan larangan adat yang dijalankan, sama seperti Suku Baduy Dalam yang berada di Kampung Cibeo.
Untuk menuju Kampung Marengo, Teman Traveler harus hiking dengan titik awal berada di Terminal Ciboleger. Membutuhkan waktu sekitar tiga jam dengan berjalan santai menyusuri jalur perbukitan yang menurun dan menanjak.
Untuk melepas lelah, kalian bisa menumpang duduk di latar depan rumah warga. Bagian depan rumah memang difungsikan untuk wisatawan yang ingin mengisi tenaga setelah berjalan jauh.
Nah, untuk bisa menginap di rumah warga, pelancong biasanya memberi beras, ikan asin, telur, dan minyak goreng. Bahan makanan ini juga digunakan untuk kebutuhan kalian selama di tempat tinggal Suku Baduy ini. Nah, kemudian kalian dipersilakan tidur di bagian ruang keluarga. Sedangkan keluarga Suku Baduy tidur di area dapur.
Rumah Pemimpin Adat yang Sederhana
Keesokan harinya, semua wisatawan yang menginap berkumpul untuk bertemu Pemimpin Adat atau Pu’un yang ada di Kampung Marengo. Teman Traveler juga akan ditunjukkan lokasi rumah beliau.
Rumahnya tidak terlihat berbeda dengan tempat tinggal warga Suku Baduy lainnya. Terlihat sederhana dan tidak mencirikan bahwa rumah panggung tersebut adalah kediaman seorang pemimpin adat.
Hanya saja, ketinggian rumahnya berbeda dengan tempat tinggal lainnya. Kemudian terdapat pekarangan yang dikelilingi oleh pagar bambu. Khusus untuk rumah Pu’un, Teman Traveler tidak boleh masuk ke dalam rumahnya ataupun melewati pagarnya saja.
Selain untuk beramah-tamah dan berterimakasih karena telah diizinkan menginap, wisatawan juga diberitahu tentang pikukun atau larangan adat yang ada di Suku Baduy Dalam.
Di antaranya Teman Traveler tidak boleh menggunakan kamera, membuang sampah sembarangan, dan memakai peralatan berbahan kimia karena bisa mencemari desa yang luar biasa bersih dan alaminya. Apabila dilanggar, bisa-bisa kalian akan kena katulah atau mendapat karma buruk.
Cara Menuju Kampung Suku Baduy
Untuk menuju salah satu desa adat Indonesia ini, Teman Traveler bisa menggunakan mobil elf dari Terminal Mandala – Rangkasbitung menuju Terminal Ciboleger dengan ongkos sekitar Rp25 ribuan. Kalau kalian menggunakan kendaraan pribadi, disarankan untuk mengikuti jalan utama menuju Terminal Ciboleger ini melalui Desa Cisimeut agar jalurnya lebih jelas. Hal ini disebabkan jalan alternatif terkadang akan membingungkan.
Untuk kalian yang berasal dari luar Provinsi Banten. Lebih leluasa apabila memulai perjalanan dari Rangkasbitung pada pagi hari. Kalian bisa menginap dulu di salah satu akomodasi kota ini. Bukan hanya perjalanan menuju Terminal Ciboleger yang melelahkan, tapi Teman Traveler juga harus mengumpulkan tenaga untuk hiking menuju Kampung Marengo.
Di Terminal Ciboleger, mungkin akan ada beberapa orang yang membuat kamu merasa tidak nyaman sebagai wisatawan. Menggunakan jasa tour guide dari daerah Lebak sangat disarankan, karena mereka lebih mengenal bahasa dan karakter daerah sini. Beruntung kalau kalian mengikuti open trip dari salah satu komunitas atau himpunan mahasiswa dari Lebak, karena akan lebih seru dan nyaman.
Teman Traveler, itulah pengalaman saya saat datang dan menginap di rumah Suku Baduy Dalam di Kampung Marengo. Lelahnya selama di perjalanan akan hilang saat kalian tiba di kampung ini dengan menikmati indahnya alam dan teraturnya cara hidup Suku Baduy Dalam. Bagaimana, Teman Traveler tertarik berkunjung ke wisata Banten ini? Next