Berada di pesisir Laut Jawa, Probolinggo menawarkan beragam keindahan alam. Selain keindahan Gunung Bromo, desa-desa di Argopuro, ada juga kawasan pantai utara dan Air Terjun Madakaripura yang memesona. Selain itu, kota di Jawa Timur ini juga memiliki pesona kebudayaan memikat. Salah satunya adalah Karapan Sapi Brujul.
Baca juga : Indahnya Gunung Bromo Memberi Pengalaman Tak Terlupakan
Seperti apa keseruannya? Yuk, simak penjelasan berikut ini Teman Traveler.
Event Tahunan Probolinggo
Karapan Sapi Brujul berawal dari event lokal di Kecamatan Wonoasih. Di awal musim tanam, area persawahan bakal digenangi air sebelum dibajak dan ditanami. Para petani lantas mengadakan karapan untuk bersenang-senang sembari menyambut periode tanam baru.
Aktivitas seru tersebut lantas semakin dikenal masyarakat luas sehingga dijadikan salah satu event tahunan Pemerintah Probolinggo. Tujuannya tentu saja untuk meningkatkan geliat pariwisata. Kegiatan ini masuk agenda SEMIPRO atau Seminggu di Probolinggo.
Pagelaran Bergengsi
Mulanya Karapan Sapi Brujul hanya diikuti peserta lokal Probolinggo. Belum ada tambahan hadiah maupun dukungan sponsor. Namun berkat promosi gencar dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur, pemerintah lokal, serta Komunitas Fotografi, event ini semakin dikenal luas masyarakat.
Hal tersebut terbukti dengan kedatangan peserta dari kota-kota lain, seperti Pasuruan, Lumajang, dan Bondowoso. Hadiahnya pun kian besar dan menggiurkan. Satu yang paling bergengsi tentu saja adalah Piala Gubernur Jawa Timur.
Pesta Rakyat
Karapan Sapi Brujul diadakan di areal persawahan di Jalan KH Syafii, Kelurahan Jrebeng Kidul, Kecamatan Wonoasih, Probolinggo. Lintasan berair dan berlumpur tersebut membentang sepanjang 175 meter, dengan lebar 35 meter.
Akses menuju sini sangat mudah, dekat dengan Jalan Raya Probolinggo. Pengunjung tak perlu membayar biaya masuk alias gratis. Masyarakat sekitar bisa menikmati pagelaran ini sepuasnya. Mereka juga kian bangga karena Karapan Sapi Brujul kini tak kalah terkenal dibanding Karapan Sapi Madura.
Saat karapan memasuki jeda, anak-anak dan masyarakat sekitar akan mulai menari. Mereka bakal asyik bermain lumpur dan bersenang-senang di area lintasan lomba.
Deretan Sapi-sapi Juara
Karapan Sapi Brujul berbeda dengan karapan sapi di Madura. Lintasannya berair dan berlumpur. Menurut saya, perlombaan di sini lebih atraktif karena saat joki dan sapi melintas, penonton akan ikut terciprat air dan lumpur. Pengalaman yang sungguh seru dan tak terlupakan.
Sapi-sapi peserta karapan sapi ini juga diperlakukan sangat istimewa oleh para pemiliknya. Semuanya diberi ramuan jamu tradisional dengan campuran telur kampung dan madu. Gunanya sebagai suplemen agar sapi-sapi tersebut tak cepat lelah kala berlaga. Sapi dan joki juga tak lupa melakukan pemanasan guna membiasakan dengan jalur lintasan.
Melestarikan Kebudayaan dan Tradisi Lokal
Didukung pemerintah setempat dan Dinpar, karapan sapi ini perlahan jadi salah satu destinasi di Probolinggo yang anyar. Wisatawan pun jadi makin tertarik berkunjung ke Kota Seribu Taman. Popularitas event ini juga berpengaruh pada peningkatan produksi sapi-sapi lokal, yang tentunya mempercepat perputaran roda ekonomi setempat.
Tugas Teman Traveler sebagai generasi muda adalah menjaga dan melestarikan kebudayaan lokal. Kalian bisa coba datang, memotret, dan mempromosikan kegiatan semacam ini di media sosial. Setuju, kan? Next