in , ,

Kuil Meiji Jingu, Kedamaian dan Keheningan di Pusat Kota Tokyo

Kuil untuk mendiang Kaisar Meiji dan Permaisuri Shoken

Teman Traveler bisa menemukan sisi lain dari Tokyo yang penuh pepohonan rindang, lebih sunyi dan sakral dengan mengunjungi kemegahan Kuil Meiji Jingu. Penasaran seperti apa? Yuk simak perjalanan berikut ini.

Baca juga : Sego Tempong Mbok Wah, Si Pedas Penggoyang Lidah

Dedikasi Terhadap Kaisar Meiji dan Permaisuri

dscf6443_ty_KcK.jpg
Gerbang utama menuju kuil (c) nydiasusanto/Travelingyuk

Kuil Meiji Jingu adalah kuil Shinto yang didirikan pada tahun 1920an di dalam Yoyogi Park untuk menghormati arwah Kaisar Meiji dan istrinya Permaisuri Shoken. Dekat kuil ini, terdapat taman bunga iris yang dahulu sering mereka kunjungi semasa hidupnya.

Sempat hancur pada tahun 1945 selama Perang Dunia Kedua, kuil ini didirikan kembali dengan sumbangan dana dari berbagai sumber di seluruh wilayah Jepang hingga rampungnya pada tahun 1958.

Kaisar Meiji mengubah wajah Jepang selamanya dan mengakhiri zaman feodalism setelah 250 tahun berkuasa, dikenal dengan Meiji Restoration (1867-1912), karena berhasil membawa Jepang menjadi negara modern yang terbuka terhadap dunia luar, terutama dunia barat dengan memajukan pengetahuan, teknologi, dan industralisasi. 

Sang permaisuri pun juga dikenal sebagai tokoh yang sangat dermawan, dengan menyumbang dana 100 ribu Yen, kini senilai 3,5 miliar Yen. Bagi Palang Merah Swiss pada tahun 1912 hingga mendirikan Empress Shoken Fund, organisasi yang bergerak dalam perbaikan sarana kesehatan, sanitasi, kesejahteraan sosial dan persiapan antisipasi bencana di negara-negara berkembang.

dscf6425_ty_Qes.jpg
Sake sebagai persembahan (c) nydiasusanto/Travelingyuk

Hingga kini, mereka masih sangat dihormati masyarakat Jepang dengan mengadakan upacara peringatan ulang tahun Kaisar Meiji setiap tanggal 3 November dan untuk Permaisuri Shoken setiap tanggal 11 April, yang merupakan tanggal wafatnya.

Wujud lain dari penghormatan terhadap kaisar dan permaisuri adalah persembahan berupa barel sake dari Meiji Jingu Nationwide Sake Brewers Association dan sumbangan anggur (wine) dari Bourgogne, Prancis. Atas inisiasi Yasuhiko Sata dari House of Burgundy Representative di Tokyo.

Rak besar tempat menyimpan sake dan wine ini letaknya berseberangan, yang dapat kamu jumpai sebelum memasuki gerbang Otorii, gerbang kayu terbesar setinggi 12 meter. 

dscf6435_ty_XxQ.jpg
Barel wine (c) nydiasusanto/Travelingyuk

Ritual Tradisi Shinto

dscf6446_ty_YJT.jpg
Pengunjung melakukan temizu di bak umum (c) nydiasusanto/Travelingyuk

Tentunya, mengunjungi sebuah rumah ibadah takkan lepas dari ritual dan tradisi budaya setempat. Para pemeluk agama Shinto selalu melakukan omairi, yaitu menunduk di depan setiap gerbang yang akan mereka lewati menuju kuil utama.

Kemudian, mereka melaksanakan pembersihan diri (self-cleansing) yang disebut temizu, dengan cara mencuci mulut dan tangan dengan gayung kayu di bak pencucian untuk umum.

Cara sembahyang mereka pun cukup unik, dengan melempar uang logam sebagai persembahan, membunyikan bel dengan menarik tali tambang raksasa dan tepuk tangan sebanyak 2 kali. Cukup banyak wisatawan asing yang melakukannya hanya untuk bersenang-senang. Boleh-boleh saja sih selama tidak mengganggu mereka yang beribadah.

Doa dan Donasi

dscf6452_ty_hqJ.jpg
Donasi perbaikan atap (c) nydiasusanto/Travelingyuk

Membantu perbaikan atap kuil adalah salah satu cara berdonasi untuk kuil Meiji. Kamu tinggal menuliskan nama kamu di lembaran tembaga dengan memberikan 3500 Yen (Rp. 45.000) ke pihak pengurus. 

dscf6466_ty_7i9.jpg
Ema (c) nydiasusanto/Travelingyuk

Kamu juga dapat menuliskan doa dan harapan untuk teman dan keluarga di sebuah tablet kayu seharga 500 Yen (Rp. 65.000), disebut ema. Kemudian menggantungnya di ‘pohon’ yang sudah disediakan. Keesokan paginya, doa-doa kamu akan dipanjatkan terhadap dewa oleh biksu setempat supaya terkabul.

dscf6471_ty_iza.jpg
Ema yang digantung di ‘pohon’ (c) nydiasusanto/Travelingyuk

Selain menuliskan doa di tablet kayu, pada secarik kertas yang sudah tersedia bersama dengan amplopnya pun bisa, tanpa dipungut biaya sama sekali. Setelah itu kamu dapat memasukkannya ke dalam kotak kayu.

dscf6478_ty_IAS.jpg
Kotak persembahan doa (c) nydiasusanto/Travelingyuk
dscf6480_ty_P2d.jpg
Isi kotak persembahan (c) nydiasusanto/Travelingyuk

Prosesi Pernikahan

dscf6495_ty_CwF.jpg
Prosesi pernikahan (c) nydiasusanto/Travelingyuk

Disarankan untuk datang pada hari Minggu karena banyak pasangan yang melakukan prosesi pernikahan sekaligus sesi foto pada hari tersebut di kuil Meiji. Pakaian adat yang kedua mempelai dan keluarga kenakan terlihat memukau dan banyak menarik perhatian wisatawan asing.

dscf6511_ty_ZT9.jpg
Sesi foto kedua mempelai (c) nydiasusanto/Travelingyuk

Keasrian Lingkungan Tengah Kota

dscf6464_ty_MBo.jpg
Kuil Meiji (c) nydiasusanto/Travelingyuk

Satu hal menarik dari kuil Meiji, walaupun ramai lalu-lalang wisatawan dari berbagai penjuru dunia. Keramaian ini tidak diiringi dengan suara bising, seperti teriakan misalnya, yang mengganggu kenyamanan umum.

Tak dipungkiri lagi, kamu akan terlupa bahwa kamu masih berada di tengah kota Tokyo yang identik dengan gedung-gedung tinggi dan pertokoan. Keasrian lingkungannya penuh pohon rindang dan kemegahan kuil Meiji memang tak pantas dilewatkan ketika mengunjungi ibu kota Negeri Sakura ini.

Demikian perjalanan ke Kuil Meiji Jingu sisi lain dari Kota Tokyo. Jadi Teman Traveler kapan akan berkunjung ke sini? Next

ramadan

Makanan Tradisional Terbaik di Indonesia, Rasa Khas Tanah Air

5 Fakta Sejarah Unik Hotel Majapahit Surabaya, Pernah Disinggahi Charlie Chaplin