in ,

Sajian Kuliner di Tradisi Kaliwonan Sumedang, Setiap Penganan Bermakna Perilaku Kehidupan

Beragam Menu yang Disajikan saat Tradisi Kaliwonan Sumedang, Ternyata Mempunyai Makna Filosofis tentang Kehidupan

Ayam Bekakak

Indonesia dengan kebudayaan yang beragam menawarkan sejumlah tradisi dari berbagai daerah. Pelaksanaan upacara adat hampir selalu identik dengan sesajen alias sajian khusus saat kegiatan tersebut. Salah satunya tradisi Kaliwonan yang biasa dilakukan oleh masyarakat Tanah Sunda seperti di Kabupaten Sumedang. Seperti upacara adat pada umumnya, Kaliwonan juga dilengkapi dengan makanan-makanan enak. Bukan sembarangn,kuliner di tradisi Kaliwonan semuanya bermakna tentang perilaku kehidupan. Ada penganan apa saja ya?

Baca juga : Festival Jogja Heboh Sepanjang Februari, Hadirkan 1000 Angkringan yang Bakal Pecahkan Rekor Muri

Kupat Leupet Tangtang Angin

Kupat Leupet via Shutterstock
Kupat Leupet via Shutterstock

Kupat leupet terbuat dari beras yang dibungkus dengan daun bambu dibentuk memanjang agak mengerucut, kemudian dikukus. Penganan ini memiliki cita rasa gurih, dengan tekstur lembut. Sebagai kuliner di tradisi Kaliwonan Sumedang, kupat leupet diambil dari kata ulah ngupat memiliki makna untuk sebaiknya tidak membicarakan orang lain di belakang mereka.

Tumpeng

Tumpeng via Shutterstock
Tumpeng via Shutterstock

Tumpeng merupakan sebutan untuk nasi kuning yang dibentuk kerucut, disajikan dengan beragam lauk-pauk diantaranya telur dan perkedel kentang serta sayur-sayuran. Biasanya di ujung nasi diberi telur rebus dengan isitlah puncak manik. Memiliki arti kalau kita sudah hidup mapan sebaiknya selalu konsisten dengan apa yang dilakukan. Misalnya sudah mendapatkan pekerjaan yang sesuai keinginan, maka sebaiknya konsisten.

Bubur Bereum dan Bubur Bodas

Bubur via Instagram @araisha191
Bubur via Instagram @araisha191

Bubur bereum atau bubur merah terbuat dari beras ketan putih yang dicampur dengan gula merah, sedangkan bubur bodas atau bubur putih terbuat dari beras ketan putih yang diberi sedikit gula dan garam. Keduanya menggunakan santan layaknya membuat bubur manis pada umumnya. Kedua bubur tersebut menggambarkan pendengaran dan penglihatan tentang kehidupan di sekeliling kita.

Kopi Manis dan Pahit

Kopi Tubruk via Shutterstock
Kopi Tubruk via Shutterstock

Kopi tubruk dengan rasa manis dan pahit dihidangkan pada saat tradisi Kaliwonan berlangsung. Rasa manis dan pahit pada kopi tersebut mengajarkan kita untuk terus berbuat baik kepada orang lain. Dikarenakan kehidupan itu memang tidak melulu manis, namun ada juga rasa pahitnya.

Ayam Bekakak

Ayam Bekakak via Instagram @dhilasina
Ayam Bekakak via Instagram @dhilasina

Kuliner di tradisi Kaliwonan selanjutnya adalah ayam bekakak yaitu ayam utuh yang dibakar hingga kecoklatan. Ayam bekakak ini memiliki makna untuk selalu terbuka, jujur, dan setia. Agar ketiga hal tersebut dipraktekkan pada kehidupan sehari-hari.

Kelapa Muda

Kelapa Muda via Shutterstock
Kelapa Muda via Shutterstock

Kelapa muda sebagai kuliner di tradisi Kaliwonan ini harus disajikan utuh mulai dari kulit luar, serabut, batok kelapa, daging kelapa, dan air kelapa. Kelima elemen tersebut menjadi simbol lima pilar dalam agama Islam. Lima pilar tersebut adalah syahadat, salat, zakat, haji, dan berpuasa. Diharapkan untuk selalu menegakkan kelima hal tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Kuliner yang disajikan pada tradisi Kaliwonan tersebut tidak hanya sedap namun memiliki nilai-nilai berhubungan dengan kehidupan. Apakah Teman Traveler pernah menjajal penganan yang mengandung makna filosofis tertentu seperti di atas? Next

ramadan

Pulau Karang Jamuang dan Mitos Terlarang Datang bagi Perempuan, Pukul 5 Sore Harus Pulang!

Gua Lawa di Purbalingga

Berkunjung ke Gua Lawa Purbalingga, Destinasi Unik yang Berikan Sensasi Ngopi di Dalam Lubang