Berkunjung ke Yogyakarta dan Jawa Tengah rasanya kurang afdol jika tidak berkunjung ke candi, iya kan? Ada banyak peninggan sejarah khususnya tentang candi dari zaman kerajaan di Jogja dan Jawa Tengah, baik candi Hindu maupun Budha. Yang paling terkenal tentunya candi Budha terbesar yaitu Candi Borobudur, dan candi dengan cerita rakyat tentang kutukannya yang selalu diingat yaitu Candi Prambanan.
Baca juga : Forget Your Diet, Try these Sweet Treats in Bali
Eit, tapi di samping candi-candi itu, ada satu candi lagi yang tak kalah romantis cerita pembangungannya loh, apalagi kalau bukan Candi Plaosan. Belum pernah mendengar? Belum pernah berkunjung? Mari kita kupas apa yang ada di Candi Plaosan.
Candi Plaosan merupakan candi yang berlokasi di Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Candi ini memang sudah masuk di daerah Klaten, namun akan sangat mudah ditemukan karena berdekatan dengan Candi Prambanan.
Jalan menuju candi ini sudah bagus kok, beraspal dan juga akan ditemukan papan penunjuk jalan, sehingga tidak akan kesusahan dalam mencari candi ini, di google maps juga sudah bisa ditemukan. Untuk tiket masuknya, kalian cukup membayar sebesar Rp 3.000,00 saja, dan untuk tiket parkir yaitu sebesar Rp 2.000,00 untuk sepeda motor, Rp 5.000,00 untuk kendaraan bermobil.
Sejarah singkat mengenai candi ini, Candi Plaosan dibuat oleh Rakai Pikatan yang merupakan raja dari Dinasti Syailendra yang akan dipersembahkan kepada istrinya yang bernama Pramodyawardani. Hal unik yang mendasari pembangunan candi ini adalah perbedaan latar belakang. Rakai Pikatan sendiri merupakan keturunan dari Dinasti Syailendra yang beragama Hindu, sedangkan Pramodyawardani merupakan keturunan dari Dinasti Sanjaya yang beragama Budha.
Perbedaan latar belakang agama ini yang menyebabkan Candi Plaosan terlihat unik. Dikarenakan perbedaan agama ini, akhirnya membuat Candi Plaosan menjadi simbol kekuatan cinta yang sebenarnya dan menyatukan perbedaan apapun. Selain itu, candi ini juga menjadi simbol toleransi antar agama, tak hanya Hindu dan Budha tetapi semua agama.
Candi Plaosan dibagi menjadi dua bagian yaitu Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul, karena bentuk yang sama candi ini juga sering dinamakan Candi Kembar. Berdasarkan reliefnya, kedua candi tersebut menggambarkan perjalanan cinta antara Rakai Pikatan dan Pramodyawardani.
Relief di candi sebelah selatan atau kidul merupakan gambaran kekaguman Pramodyawardani terhadap Rakai Pikatan. Sedangkan pada candi sebelah utara atau lor menggambarkan tentang kekaguman Rakai Pikatan terhadap Pramodyawardani, sehingga kedua candi tersebut terlihat saling melengkapi.
Menurut peneliti, Candi Plaosan memiliki teras yang tersusun rapi dan halus yang menandakan dulu teras tersebut digunakan sebagai wihara untuk sembahyang sang permaisuri dan pengikutnya yang beragama Budha. Sehingga kalau diperhatikan baik-baik, Candi Plaosan ini merupakan candi yang sudah berakulturasi dengan dua agama, candi ini bercorak Budha namun juga memiliki sentuhan-sentuhan dari agama Hindu.
Berkaitan dengan kisah cinta antara Rakai Pikatan dan Pramodyawardani, memang tidak banyak yang tahu mengenai itu. Kebanyakan orang akan menganggap cerita cinta paling terkenal adalah cerita cinta antara Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso yang diceritakan dalam relief Candi Prambanan. Padahal kalau mau mengulik kisah cinta yang lain, Candi Plaosan tah kalah romantis juga dengan Candi Prambanan. Hal unik lainnya, candi ini terletak di pedesaan yang dekat dengan sawah, sehingga sepanjang perjalanan bisa menyaksikan hamparan sawah yang asri.
Yuk pergi ke tempat baru! Next