in , ,

Lupis Mbah Satinem Jogja, Lebih dari Sekadar Legenda

Legitnya Lupis Mbah Satinem, Telah Melegenda di Jogja

Lupis Mbah Satinem
Lupis Mbah Satinem (c) Gallant Tsany/Travelingyuk

Cita rasa kudapan tradisional memang tidak ada duanya. Di tengah serbuan jajanan modern dan kekinian, makanan macam gethuk, thiwul, cenil, kue pukis, serta lupis masih punya penggemar setia. Salah satu contohnya adalah Lupis Mbah Satinem yang sudah begitu terkenal di seantero Jogjakarta.

Baca juga : Begini Cara Menghindari Koper Hilang atau Tertukar saat di Bandara

Masih mempertahankan resep otentik, Lupis Mbah Satinem hadirkan rasa khas yang ngangeni. Tak heran hingga kini penikmatnya tetap banyak, bahkan terus bertambah. Mari Teman Traveler, kita simak seperti apa istimewanya jajanan satu ini.

Berjualan Sejak 1963

mbah_satinem_vI4.jpg
Mbah Satinem dikerubuti Pelanggan (c) Gallant Tsany/Travelingyuk

Di sebuah ujung pertigaan jalan di Jogjakarta, tampak kerumunan orang mengerubungi seorang nenek. Sambil tersenyum beliau menyambut kedatangan semua pelanggan. Sosok renta tersebut bernama
Mbah Satinem, seorang penjual kue lupis legendaris di Kota Pelajar. Meski usianya sudah lebih dari setengah abad, dengan telaten beliau meladeni tiap permintaan pembeli.

mbah_satinem_3_9Z7.jpg
Mbah Satinem sedang ladeni pembeli (c) Gallant Tsany/Travelingyuk

Mbah Satinem telah berjualan kue lupis sejak 1963. Kini usia beliau sudah mencapai tujuh puluh tahun, namun hal tersebut tak menghalanginya untuk tetap berdagang. Bedanya jika dulu Si Mbah bekerja sendiri, kini beliau ditemani sang putri. Kabarnya Mbah Satinem merasa masih cukup sehat untuk bekerja dan ingin punya uang jajan sendiri, tanpa bergantung pada suami atau anak.

Bertahan dengan Resep Tradisional Turun Temurun

mbah_satinem_6_lKi.jpg
Si Mbah menawarkan aneka jajanan tradisional (c) Gallant Tsany/Travelingyuk

Ketika ditanya apa resepnya hingga bisa bertahan sampai sekarang, Si Mbah menjawab bahwa resep tradisional dan cara memasaknya tidak pernah berubah sejak dulu.

Beras ketan selalu dipilih yang kualitasnya paling bagus. Bahan dasar tersebut kemudian dimasukkan ke dalam daun pisang, dibentuk
lonjong mirip lontong. Selanjutnya, lupis dikukus untuk waktu yang lumayan lama. Proses ini sangat penting dalam menentukan kualitas lupis. Kuncinya ada di panas api dan kontrol yang baik.

Setiap hari Mbah Satinem sanggup menghabiskan kurang lebih sepuluh kilogram beras ketan sebagai bahan dasar kue lupis. Sayangnya beliau tak tahu pasti bisa menghasilkan berapa biji kue. Pasalnya jika ada kue yang tak matang sempurna, beliau takkan berani menjualnya.

Demi menjaga kualitas, beliau mengukus lupis menggunakan kompor dengan sumber api dari kayu bakar. Inilah yang membuat proses memasaknya membutuhkan waktu lama. Mbah Satinem biasanya mulai membuat lupis dari sore hingga pagi hari. Sementara untuk jajanan lain seperti cenil, Si Mbah mulai membuatnya sejak pukul 01.00. Begitu waktu menunjukkan pukul 05.00, semua sudah siap dijual.

Menggunakan Benang untuk Memotong Lupis

mbah_satinem_4_E26.jpg
Mbah Satinem memotong lupis menggunakan benang (c) Gallant Tsany/Travelingyuk

Begitu sampai di tempat jualan, kue-kue lupis yang masih terbungkus daun pisang dibuka satu persatu sesuai kebutuhan oleh putri Mbah Satinem. Si Mbah lantas mengiris kue sesuai ukuran, tidak tebal tapi juga tidak tipis. Benar-benar pas. Uniknya, agar irisan tersebut rapi, beliau menggunakan benang jahit yang dililitkan ke jari telunjuk.

Ramai Sampai Antre

mbah_satinem_7_3RC.jpg
Dapat nomor antrean 17 (c) Gallant Tsany/Travelingyuk

Lantaran antreannya yang sangat panjang, Mbah Satinem menggunakan sistem nomor antrean untuk para pelanggannya. Masing-masing calon pembeli akan mendapat potongan karpet berbentuk persegi, dengan angka antara satu hingga lima puluh.

Setiap pembeli wajib mengambil nomor antrean ini. Jika sudah mencapai urutan lima puluh, urutannya kembali lagi ke nomor satu lagi. Begitu seterusnya hingga habis. Mbah Satinem akan memanggil satu persatu sesuai urutan dan meladeni permintaan sang pelanggan. Menurut pengakuannya, beliau bisa menjual lebih dari seratus porsi lupis per hari.

Mendunia Melalui Netflix

mbah_satinem_5_qLX.jpg
Jajanan tradisional ini sudah dikenal dunia Internasional (c) Gallant Tsany/Travelingyuk

Tempo hari salah satu raksasa jasa streaming, Netflix, meluncurkan serial dokumenter berjudul Streetfood Asia. Kerennya, Mbah Satinem adalah salah satu tokoh yang masuk di dalamnya. Beliau dianggap sebagai legenda kuliner lantaran lupis buatannya sangat enak. Sensasi gurihnya sangat cocok dipadukan dengan kelapa dan gula cair manis. Sangat nikmat disantap di pagi hari.

mbah_satinem_8_9Zo.jpg
Lupis yang legit (c) Gallant Tsany/Travelingyuk

Kemunculan Mbah Satinem di serial Streetfood Asia membuat lupisnya kini semakin laris. Tak jarang meski beliau mulai berjualan sejak pukul 05.30, antrean sudah ditutup pada pukul 07.30. Menurut penuturan Si Mbah, wisatawan lokal dan mancanegara juga ikut mengantre untuk menikmati lupis buatannya. Bahkan ada juga yang meminta foto bersama.

Itulah pengalaman saya mencicipi Lupis Mbah Satinem. Tak hanya sekadar
pedagang kue tradisional, beliau kini sudah ditahbiskan menjadi seorang legenda sekaligus artis! Buat Teman Traveler yang tengah liburan di Jogjakarta, jangan lupa mampir ke sini ya. Next

ramadan
Pintu masuk Somerset Bencoolen

Somerset Bencoolen, Penginapan Keren di Negeri Singa

Salah satu koleksi di Pasar Cikapundung

Main ke Pasar Cikapundung, Nostalgia Masa Lalu Bandung