Banyuwangi, negeri seribu tradisi yang selalu bisa menarik hati. Kabupaten ini setiap tahunnya menggelar budaya mepe kasur yang memiliki makna mendalam bagi masyarakat setempat, khususnya Suku Osing. Budaya tersebut memiliki arti menjemur kasur. Tentu saja ada serangkain kegiatan adat lain yang membuatnya jadi lebih meriah untuk disaksikan sewaktu kamu liburan di Bumi Blambangan. Simak ulasannya di bawah ini.
Baca juga : 4 Fakta Pakaian Quick Dry untuk Mendaki Gunung
Berasal dari Desa Adat dengan Pesona Memikat
Untuk melihat tradisi mepe kasur kamu bisa menuju ke kampung halaman Suku Osing di Kemiren, yaitu desa adat yang mendunia karena kopi hingga festival budayanya. Di sini kamu masih bisa melihat aktivitas warga yang serba tradisional, seperti menumbuk padi atau kopi di lesung, pernikahan adat, hingga selamatan kampung. Nuansa pedesaan terjaga dengan baik, ditambah lagi hawa sejuk selalu berhembus karena lokasi desa berada di lereng Gunung Ijen.
Dipercaya Bisa Melanggengkan Hubungan
Mepe kasur dianggap sebagai ajang membersihkan diri agar terhindar dari penyakit dan dijauhkan dari bencana atau untuk tolak bala. Dan khusus bagi pasangan suami istri, ritual ini diyakini bisa membuat hubungan langgeng. Dengan dijemur, kasur akan bersih kembali seperti digunakan saat malam pertama. Warna kasur pun juga terbilang unik, yakni hitam dan merah. Merah memiliki arti keberanian dan hitam memiliki arti kelanggengan.
Melihat Atraksi Barong Banyuwangi
Kegiatan mepe kasur sendiri dilaksanakan pada tanggal 1 Dzulhijah. Tahun ini akan jatuh pada pada bulan Agustus atau 10 hari sebelum Hari Raya Idhul Adha. Rangkaian tradisinya dilakukan sejak jam 7 pagi hingga matahari tepat di atas kepala, tepatnya sekitar jam 12 lebih. Upacara ini tak boleh dilakukan terlalu sore.
Setelah seluruh warga desa memasukkan kasur ke dalam rumah, prosesi selanjutnya adalah berziarah ke Makam Mbah Wali Cili yang diyakini sebagai penjaga desa. Kemudian acara berikutnya adalah Barong Kemiren atau lebih dikenal dengan sebutan Barong Banyuwangi. Mayarakat Osing mengibaratkan barong sebagai simbol persatuan karena dianggap bisa mengusir pengaruh jahat dan segala bahaya.
Ditutup dengan Makan Malam yang Penuh Kekeluargaan
Yang terakhir adalah selamatan tumpeng sewu pada malam hari. Warga diwajibkan menyalakan obor di depan rumah. Setelah itu mereka berdoa dan menikmati santapan berupa tumpeng dengan berbagai macam lauk. Yang jadi favorit tentu saja pecel pitik yang terbuat dari ayam bakar berbumbu kacang dan kelapa.
Seru bukan tradisi mepe kasur yang diakhiri dengan tumpeng sewu? Kegiatan ini bisa jadi pertunjukan menarik serta memberikan pelajaran berharga. Jangan khawatir soal fasilitas. Sebagai desa wisata, tersedia banyak penginapan hingga tempat makan. Penduduk setempat pun ramah dan menerima wisatawan dengan tangan terbuka. Next