Teman Traveler tertarik menyibak makna tersembunyi di balik bahasa rahasia atau alias bahasa sandi? Cara bertukar informasi yang biasa digunakan pihak intelejen ini bisa kalian pelajari lebih dalam di Museum Sandi Jogja. Kerennya lagi, destinasi ini jadi satu-satunya museum bertema sandi di Indonesia. Yuk, simak ulasannya.
Baca juga : Krisna Funtastic Land, a Fun Theme Park in North Bali
Sejarah Sandi di Indonesia
Museum ini berdiri atas prakarsa Kepala Lembaga Sandi Negara beserta
Sri Sultan Hamengku Buwono X dan diresmikan pada 2008. Memasuki 2014, lokasinya dipindah ke sebuah bangunan cagar budaya berarsitektur Belanda di daerah Kotabaru. Tujuannya untuk meningkatkan budaya keamanan informasi melalui edukasi.
Badan Siber dan Sandi Negara, atau dulu dikenal sebagai Dinas Code, sempat menggunakan sandi lama ciptaan kolonial dan mudah diretas pihak Belanda. Namun semua berakhir usai dr Rubiono, kepala dinas waktu itu, berinisiatif membuat sandi anyar sebanyak enam buku. Masing masing berisi 10.000 kata dalam bahasa Belanda dan Inggris yang disebut Buku Kode C.
Ketika Agresi Militer II terjadi dan militer Belanda menawan beberapa tokoh nasional, dr Rubiono membakar buku-buku tersebut dan mengungsi dari satu daerah ke daerah lain. Usai sukses membukukan ulang semua sandi selama masa ‘pelarian’, ia lantas diberi gelar Bapak Sandi Indonesia.
Jalan-jalan Sekaligus Belajar
Berada di sisi tenggara Tugu Jogja, bangunan dua lantai tempat Museum Sandi menghadap langsung ke arah Kali Code. Di dalamnya terdapat tak kurang dari sembilan ruangan display, berisi koleksi benda-benda bersejarah yang ada kaitannya dengan dunia kriptografi.
Suasana di sekitarnya seolah membawa pengunjung kembali ke era kolonial. Namun begitu sampai di pintu masuk, Teman Traveler akan disambut atmosfer ‘njogjani’, lewat senyum sapa ramah para petugas. Mereka akan dengan telaten memandu kalian menyusuri setiap ruangan.
Tur Museum Sandi dimulai di lantai satu, yang berisi banyak penjelasan soal dr Rubiono, buku sandi, serta sepeda onthel kurir yang diberi nama Poniman alias Sipon. Teman Traveler juga akan temukan sejumlah diorama yang menggambarkan kegiatan para petugas sandi pada masa perang kemerdekaan
Beberapa menyimpan kisah menarik. Salah satunya adalah cerita petugas kurir yang membawa pesan rahasia dalam lubang stang sepeda onthel. Hal ini dilakukan untuk mengelabui razia tentara Belanda.
Koleksi Sandi Kuno Sampai Modern
Lantai pertama juga memamerkan sejumlah koleksi sandi kuno. Salah satunya berupa tato kepala, sehingga untuk membacanya rambut sang kurir harus dicukur habis terlebih dulu. Hal ini konon kerap dilakukan pada zaman Kaisar Persia Histiaeus pada abad ke-6 SM.
Teman Traveler juga bisa melihat diorama kantor sandi di Dusun Dukuh, Kulonprogo yang sekaligus memamerkan sebuah radio kuno seberat 10 kilogram. Alat komunikasi ini disebut memainkan peran vital selama masa Agresi Militer Belanda II.
Memasuki Ruang Sandi Global, Teman Traveler akan mendapati koleksi dua mesin sandi langka BC-543 buatan Swedia dari tahun 40-an. Benda ini diserahkan Intelijen Belanda NEFIS, bersamaan dengan penyerahan kedaulatan Indonesia.
Mesin berikutnya adalah KLB-7 buatan National Security Agency, konon digunakan Fretilin saat Perang Timor. Benda ini merupakan salah satu hasil rampasan Pasukan ABRI kala bertugas di sana.
Persandian sendiri memang punya peran penting dalam menjaga kedaulatan negara. Hal ini dijelaskan dengan baik lewat salah satu kutipan dari dr Rubiono, yang berbunyi:
“Ingatlah bahwa kechilafan satu orang sahaja tjukup sudah menyebabkan
keruntuhan negara.”
Belajar Memecahkan Sandi
Museum Sandi juga menyediakan komputer dan aplikasi khusus untuk Teman Traveler belajar memecahkan sandi. Sesaat sebelum masuk museum, kalian akan mendapat sandi sederhana yang dibuat dengan sistem Caesar Chiper. Selama perjalanan, kalian bisa coba memecahkannya dengan sederet petunjuk yang ada. Seru bukan?
Itulah sedikit ulasan mengenai Museum Sandi Jogja. Bagaimana, adakah di antara Teman Traveler yang tertarik mampir ke sini? Jika kalian sedang berencana menjelajah wisata Jogja, jangan lupa sempatkan datang ya. Dijamin takkan menyesal deh. Next