Pemerintah tak henti-hentinya berupaya mengembangkang pariwisata Indonesia agar semakin menggaung di seluruh dunia. Beragam program menarik terus diluncurkan oleh Kementrian Pariwisata. Belum lama ini, mulai muncul wacana untuk mengembangkan nomadic tourism.
Baca juga : Sambangi Museum Surabaya, Mesin Waktu Kota Pahlawan
Wacana tersebut diungkapkan oleh Mentri Pariwisata Arief Yahya dalam Rakornas di Nusa Dua Bali belum lama ini. Menurut Arief, Indonesia sebenarnya memiliki potensi alam yang luar biasa namun terkendala sulitnya akses. Oleh karena itu, konsep nomadic tourism menurutnya bakal menjadi solusi terbaik untuk meningkatkan kunjungan wisatawan asing ke Tanah Air.
Nomadic tourism sendiri kabarnya sudah dikembangkan di beberapa kawasan seperti Mongolia, Kazakhstan, dan Maladewa. Model ini dirancang untuk memudahkan para turis yang ingin mengunjungi lokasi terpencil. Lantas seperti apa sebenarnya konsep yang ingin dikembangkan Kemenpar di Indonesia? Berikut TravelingYuk berikan penjelasan lengkapnya.
1. Bersifat Sementara
Menpar Arief Yahya mengatakan bahwa Indonesia punya banyak lokasi indah yang belum dieksplorasi. Namun sayangnya, akses untuk mencapai wilayah-wilayah tersebut masing sangat terbatas. Di sisi lain, birokrasi terkait pendirian bandara atau hotel baru juga tak bisa dilakukan dalam sekejap mata.
Oleh karena itu, nomadic tourism dipandang sebagai solusi yang pas. Para wisatawan bisa mengunjungi beragam lokasi eksotis dengan penginapan dan transportasi yang sifatnya sementara. Tidak perlu menyediakan akomodasi atau jalur transportasi bersifat permanen.
2. Seaplane
Maluku dikenal dengan keindahan perairannya yang begitu luar biasa. Selain itu ada banyak pulau-pulau dengan keindahan alami yang sama sekali belum terjamah. Namun untuk mengunjunginya sangat sulit, karena tidak ada transportasi umum yang bisa mengantar ke sana.
Arief Yahya kemudian mengusulkan penggunaan Seaplane, atau pesawat kecil yang dilengkapi dengan kemampuan mendarat di atas permukaan air. Alih-alih membangun bandara atau lapangan terbang, seaplane akan jadi moda transportasi sempurna untuk wisatawan yang ingin berkunjung ke tempat terpencil. Model transportasi semacam ini kabarnya sudah biasa diterapkan di Maladewa.
3. Caravan
Bicara soal penginapan atau akomodasi, Arief Yahya menyatakan membangun sebuah hotel umumnya memakan waktu hingga lima tahun. Oleh karena itu, perlu ada solusi lain yang lebih cepat namun tidak kalah menarik di mata wisatawan. Salah satu yang dikedepankan adalah rumah caravan.
Caravan merupakan hunian semi permanen dalam sebuah kontainer yang dikaitkan dengan mobil khusus. Transportasi semacam ini umum digunakan oleh warga Eropa dan Amerika Serikat ketika mereka mengajak keluarganya berlibur. Menurut Arief, caravan akan jadi solusi praktis bagi para wisatawan karena mereka bebas memindahkannya ke tempat lain untuk mencari spot terbaik.
4. Home Pods atau Glam Camp
Akomodasi lain yang tidak kalah praktis dan menarik di mata Arief Yahya adalah membangun home pods atau kawasan glam camp. Proses pendiriannya memang jauh lebih cepat dibandingkan hotel, namun tetap bisa menyajikan pengalaman unik dan menarik, tanpa mengesampingkan kenyamanan.
Glamp camp pada dasarnya mirip-mirip dengan kemping. Pengunjung akan tinggal di sebuah bangunan semi permanen, bisa berbentuk tenda atau lainnya. Namun di dalamnya bakal tersedia fasilitas lengkap layaknya hotel mewah, seperti pengatur suhu, toilet, koneksi Internet, dan lain-lain. Mongolia dan Kazakhstan termasuk negara yang sudah lama mengembangkan wisata mereka dengan konsep ini.
Itulah penjabaran konsep nomadic tourism yang rencananya bakal dikembangkan Kementrian Pariwisata di masa mendatang. Bagaimana menurut kamu, tertarik menaiki seaplane untuk bertualang di Kepulauan Kei atau ber-glam camp ria di Halmahera? Next