in ,

Rally Parangtritis-Dakar, Berburu Lembayung Senja di Bibir Pantai

Offroad Memburu Pemandangan Sunset di Pantai Parangtritis

Pemandangan senja di Pantai Parangtritis (c) TravelingYuk/Abie

Paris-Dakar adalah salah satu even rally tahunan yang sudah terkenal di seluruh dunia. Saking panjangnya rute, balapan bahkan sampai harus digelar di malam hari. Menariknya, sensasi serupa belakangan ini sudah mulai bisa dirasakan para wisatawan di Parangtritis.

Baca juga : Sore di Food Junction Grand Pakuwon, Suasana Eksklusif di Surabaya

Informasi mengenai wisata unik tersebut didapatkan tim Travelingyuk tak lama setelah puas berkeliling di sekitar kawasan Gumuk Pasir dan menjajal sandboarding. Ranny, perwakilan Dinas Pariwisata yang menemani kami selama di Bantul, menawarkan kesempatan untuk menjelajah area gundukan pasir sekitar Parangkusumo dan Parangtritis menggunakan mobil four wheel drive.

Pemandangan Gumuk Pasir dari udara (c) Travelingyuk/Abie

Tanpa pikir panjang, tawaran Ranny pun kami iyakan. Dalam waktu singkat, sejumlah armada kendaraan pun sudah bersiap untuk berangkat dari depan lokasi masuk Gumuk Pasir. Total ada sekitar empat sampai lima mobil yang disiagakan. Rupanya kami akan berangkat bersama rombongan wisata lain yang juga ingin merasakan sensasi rally gurun.

Waktu kala itu sudah menunjukkan pukul setengah lima sore. Para driver meminta kami segera bergegas naik. Takut tak keburu menikmati sunset alias matahari terbenam di kawasan Parangtritis, begitu kata mereka. Kami pun semakin antusias untuk segera memulai perjalanan.

Tak Kalah Menantang Dibanding Offroad Merapi

Belum semenit perjalanan dimulai, trek menantang sudah langsung menanti. Mobil yang kami tumpangi dibawa melewati jalan pasir setapak yang hanya cukup untuk satu kendaraan. Berulangkali Joko, driver yang mendampingi kami, memperingatkan untuk tidak sembarangan mengeluarkan anggota badan karena ada ranting-ranting tajam di sisi kanan dan kiri jalan.

Barisan mobil jip siap jalani rally di Gumuk Pasir Parangtritis (c) Travelingyuk/Abie

Gundukan di Gumuk Pasir memang memberikan sensasi offroad yang berbeda. Perbedaan ketinggiannya benar-benar terasa ketika dilintasi dengan mobil rally. Apalagi Joko, yang sepertinya sudah hafal betul medan di sini, tak segan-segan memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi.

Kami yang duduk di belakang terus dibuat deg-degan, khawatir mobil akan terbalik. Namun di sisi lain terdapat sensasi seru nan mengasyikkan yang membuat kami tak ingin perjalanan ini segera berakhir.

Suasana kemudi dalam mobil jip kala offroad Gumuk Pasir Parangtritis (c) Travelingyuk/Abie

Rombongan mobil sempat berhenti ketika kami mencapai kawasan berpasir yang cukup terbuka. Para wisatawan kemudian dipersilahkan turun untuk berfoto-foto sejenak.

Pada kesempatan ini Joko menyebutkan bahwa sensasi offroad di Gumuk Pasir berbeda dengan tur Merapi dan Kaliurang, yang selama sudah terkenal di kalangan wisatawan yang mengunjungi Jogjakarta dan sekitarnya.

Perjalanan offroad Gumuk Pasir melewati hutan (c) Travelingyuk/Abie

“Ada yang beda. Kalau di sana kan medannya bebatuan sama sungai. Kalau di sini kita lebih mengunggulkan pasir. Jadi ada sensasi yang lain,” jelasnya.

Perjalanan offroad ini seharusnya memakan waktu kurang lebih satu hingga satu setengah jam. Namun Joko dan timnya memutuskan untuk memotong rute agar kami bisa menikmati pemandangan matahari terbenam. Mobil pun lantas langsung dibawa meluncur ke area pesisir pantai Parangtritis.

Lembayung Senja di Parangtritis

Langit sudah mulai gelap ketika rombongan kami memasuki kawasan Parangtritis. Namun antusiasme rombongan justru semakin memuncak usai melihat betapa indahnya langit di pesisir pantai menjelang terbenamnya matahari. Warna biru tua khas langit malam berpadu sempurna dengan sinar kuning dan kemerahan dari sang surya yang perlahan mulai menghilang di ufuk barat.

Senja di Parangtritis (c) Travelingyuk/Rero

Setelah semua mobil diparkir rapi, para penumpang langsung berhamburan turun untuk buru-buru mengabadikan keindahan yang sudah tersaji. Kami juga dibuat takjub dengan eloknya panorama sunset di Parangtritis, tak kalah dengan pantai-pantai di Bali maupun Lombok.

Di sisi timur, samar-samar masih terlihat bukit kapur yang konon menjadi ikon kawasan Parangtritis. Warnanya berubah jadi sedikit jingga karena terkena sinar mentari senja. Keindahannya sulit sekali digambarkan dengan kata-kata.

Berfoto dengan latar belakang bukit kapur di Parangtritis kala senja (c) Travelingyuk/Abie

Deburan ombak sudah mulai mencapai lokasi kami berhenti karena sudah waktunya pasang. Kami pun langsung naik ke mobil untuk beranjak pulang. Sepanjang perjalanan, langit sudah benar-benar gelap. Joko hanya mengandalkan lampu sorot di bagian depan untuk menerangi jalur yang hendak kami lewati, tak ubahnya seperti rally Paris-Dakar yang digelar di malam hari.

Apalagi Parangtritis sendiri sering disingkat penduduk setempat dengan istilah Paris. Jadi sepertinya memang pas jika perjalanan offroad kami kali ini dijuluki ‘Rally Parangtritis-Dakar’.

Belum Lama Digagas

Begitu kembali di titik pemberangkatan, kami menyempatkan diri untuk kembali berbincang-bincang dengan Joko. Menurut penjelasannya, paket wisata rally ini baru ditawarkan sekitar sebulan belakangan. Namun minat yang ditunjukkan para pengunjung cukup tinggi. Bahkan sempat ada rombongan wisatawan asal Malaysia yang sudah merasakan sensasi petualangan naik mobil jip di Gumuk Pasir.

Offroad di Gumuk Pasir Parangtritis belum lama digagas (c) Travelingyuk/Abie

Untuk rute offroad yang kami tempuh, per mobilnya dikenakan biaya 350 ribu rupiah, dengan waktu perjalanan mencapai satu setengah jam. Selain itu masih ada paket lain yang ditawarkan dengan harga satu juta rupiah ke atas. Lebih mahal karena pengunjung akan diajak mengelilingi seluruh objek wisata di sekitar Parangtritis dan waktu tempuhnya mencapai setengah hari lebih.

Jadi bagaimana, sudah siap merasakan asyiknya sensasi petualangan ‘Rally Parangtritis-Dakar’ di Bantul? Next

ramadan

Ini Dia Beberapa Keuntungan Menginap di Hotel Tua, Mau Coba?

Museum Santet di Surabaya, Wisata Berbau Mistis yang Menyengat