Pemuda Indonesia memang dikenal tangguh, tidak terkecuali Martalinda Basuki, owner di balik suksesnya Cokelat Klasik. Namun rupanya terselip cerita perjuangan sang owner Cokelat Klasik yang mengantarnya menjadi sesukses sekarang. Bagaimana kisahnya? Simak ulasan berikut.
Baca juga : Wisata Heritage di Pelabuhan Cirebon
Berawal dari Kafe Kecil di Pare, Kediri
Kisah Cokelat Klasik berawal dari sebuah kafe sederhana di Kampung Inggris Pare, Kediri yang menjual beragam makanan dan minuman. Rupanya peminatnya cukup banyak sampai sang owner mendapatkan modal untuk membuka kafe yang kedua.
Sayangnya kesuksesan belum mengikuti kafe yang kedua, sebab kawasan Kampung Inggris kala itu sedang sepi. Akhirnya diputuskan untuk menutup tempat nongkrong tersebut. Sang owner Cokelat Klasik memutuskan untuk memindahkan usaha ke Malang.
Di Malang dia lebih memilih untuk fokus menjajakan minuman cokelat. Bukan tanpa sebab. Lala, panggilan akrab Martalinda Basuki, telah melakukan survei dan ditemukan bahwa lebih banyak customer yang menyukai cokelat. Dia pun bukan lagi berjualan di kafe melainkan rombong.
Bubuk Cokelat Bertebaran Bikin Diusir Ibu Kos
Seiring berjalannya waktu Cokelat Klasik pun berhasil merambah ke beberapa lokasi di Malang. Namun apakah perjuangan sang owner selesai sampai di situ? Rupanya belum.
Lala mengepak sendiri cokelat yang harus dikirim ke rombong. Memindahkan bubuk cokelat dari karung-karung besar ke dalam kemasan plastik. Semua dilakukan dari kamar kosnya.
Tidak disangka hal tersebut cukup mengganggu sang pemilik kos. Sebab bubuk cokelatnya bertebaran ke mana-mana, mengundang semut, dan membuat becek saat bercampur dengan air. Konon, dia pun sampai diusir bahkan lebih dari sekali.
Namun hal tersebut tidak membuat nyalinya surut. Sang owner Cokelat Klasik menemukan tempat yang tepat untuk melakukan packing. Bahkan saat menyandang status mahasiswa, dia telah berhasil menyabet juara Wirausaha Muda Mandiri (WMM) 2015.
Berhasil Mendirikan Ratusan Outlet di Indonesia
Berkat kegigihannya, kini Teman Traveler dapat menemukan 300an gerai Cokelat Klasik di sekitar 24 kota/ kabupaten di Indonesia. Nah, setelah sukses dengan sistem rombong, sang owner Cokelat Klasik pun memutuskan untuk melebarkan sayap bisnisnya.
Mulailah muncul Cokelat Klasik Cafe yang mampu menampung sampai ratusan pembeli. Lokasinya bukan hanya di Malang, namun ada juga di Denpasar, Bali. Menu andalan Cokelat Klasik Cafe tetaplah minuman olahan cokelat. Ditambah dengan berbagai minuman lain, makanan ringan & berat.
Merambah ke Bisnis Kuliner Lain
Masih belum usai usaha owner Cokelat Klasik dalam memuaskan pecinta kuliner Indonesia. Dia juga mendirikan bisnis kuliner lain, di antaranya Dapur Lala dan Kristalking.
Dapur Lala lebih fokus pada penganan berat seperti aneka mie, gado-gado, dan lainnya. Namun sekarang Dapur Lala telah melebur bersama dengan Cokelat Klasih Cafe. Selanjutnya adalah Kristalking yang digadang-dagang merupakan pelopor minuman berbahan dasar karamel.
Usaha giat dari Martalinda Basuki dapat dijadikan sebagai contoh bahwa pemuda Indonesia memang punya semangat luar biasa. Teman Traveler setuju, bukan? Next