Tragedi baru saja dialami oleh masyarakat sekitar Teluk Balikpapan. Perairan di sekitar tempat tinggal mereka kini tercemar akibat tumpahan minyak.
Baca juga : Dadiah Yoghurt Tradisional Minangkabau, Dari Apa Ya?
Kejadian memilukan ini bermula pada 31 Maret 2018. Kala itu sejumlah warga sekitar mulai mencium aroma minyak menyengat sekitar dini hari. Kira-kira pukul enam pagi, barulah semua orang tahu bahwa perairan mereka ternyata sudah tercemar karena tumpahan minyak.
Suasana pun sempat mencekam karena minyak tersebut kemudian sempat menimbulkan kobaran api dan asap pekat. Para warga dibuat panik, banyak yang bingung antara ingin menyelamatkan diri atau menjaga rumah dan harta benda mereka.
Pemerintah setempat kemudian menyatakan kondisi gawat darurat atas kejadian ini pada 2 April 2018. Sembari mencoba merumuskan cara terbaik untuk membersihkan laut, Pemkot Balikpapan juga menghimau para warga untuk berhati-hati karena tumpahan minyak bisa menimbulkan percikan api dan termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
Terjadi Kebocoran di Pipa Minyak Pertamina
Sementara itu, di media sosial mulai muncul banyak dugaan mengenai penyebab pencemaran minyak yang terjadi di Teluk Balikpapan. Sejumlah pihak meyakini bahwa pipa milik PT Pertamina yang berada di dasar laut mengalami kebocoran. Namun hal ini sempat beberapa kali dibantah oleh perusahaan yang dulu sempat berlogo kuda laut tersebut.
Namun pada 5 April 2018, Pertamina akhirnya buka suara. General Manager Togar MP mengakui bahwa tumpahan minyak memang berasal dari pipa perusahaan yang bocor. Pipa tersebut membentang dari Terminal Lawe-Lawe Penajam Paser Utara, menuju Kilang RU V di Balikpapan.
Disebutkan bahwa pipa berlapis semen konkrit setebal 12 mm dan berdiamater 20 inci terputus dan terseret hingga 100 meter. Pertamina membantah hal ini terjadi karena kesalahan operasional. Dugaan awal, pipa robek karena ada gaya tarik yang sangat besar, kemungkinan dari jangkar kapal yang tersangkut.
Turunkan 1.000 Personel untuk Bersihkan Laut
Melihat kerusakan yang ditimbulkan begitu parah dan membahayakan, pertamina dan pemerintah daerah langsung bahu-membahu untuk segera membersihkan laut. Tak kurang dari 1.000 personel diturunkan langsung ke Teluk Balikpapan. Alat yang digunakan berupa kapal oil skimmer, yang berfungsi mempermudah penyedotan minyak.
Sementara untuk kawasan yang lebih dekat dengan daratan, digunakan alat bernama vacuum truck. Di sini minyak yang tersedot selanjutnya akan diproses dengan mekanisme yang mirip dengan oil skimmer.
Pertamina juga sudah membagikan kurang lebih 5 ribu masker untuk warga yang tinggal di sekitar wilayah terdampak tumpahan minyak. Sejumlah kelompok masyarakat kemudian membentuk satgas khusus guna mempermudah aksi pembersihan lingkungan.
Rusak Ekosistem Laut
Tragedi tumpahan minyak di Teluk Balikpapan ternyata memberikan dampak yang begitu buruk pada ekosistem perairan. Menurut laporan yang diturunkan oleh organisasi nirlaba Walhi (Wahana Lingkungan Hidup), sepanjang 80 kilometer garis pantai Balikpapan dan Penajam Paser Utara sudah terekpos B3.
Kawasan Pulau Balang, Jenebora, Tanjung Batu, dan Tanjung Jumpai yang terkenal dengan keindahan bawah lautnya juga terkena dampak negatif. 10,4 hektar terumbu karang yang ada di daerah-daerah tersebut rusak karena ekspos minyak. Hutan bakau yang luasnya mencapai 17 ribu hektar juga terancam mati.
Fauna laut juga ikut membayar mahal atas kebocoran pipa minyak Pertamina. Satwa seperti pesut, lumba-lumba hidung botol, lumba-lumba tanpa sirip, dan dugong, dilaporkan mulai bergerak menjauhi habitat awalnya. Belakangan, warga sekitar juga sempat menemukan seekor pesut tak bernyawa terdampar di pantai.
Hingga kini pemerintah, pertamina, dan warga setempat masih terus saling bahu-membahu untuk memastikan perairan Teluk Balikpapan kembali bersih seperti sediakala. Semoga saja upaya tersebut segera bisa membuahkan hasil signifikan dan ekosistem yang ada tidak mengalami kerusakan lebih parah. Next