Salah satu destinasi wisata dari Pemprov DKI Jakarta yang sangat diminati oleh para wisatawan dalam dan luar negeri adalah Kepulauan Seribu. Dinamai demikian, karena wilayahnya terdiri dari gugusan pulau-pulau kecil yang menyebar di sepanjang perairan utara kota Jakarta.
Baca juga : Indahnya Panorama Alam di Taman Alam Wawai Lampung
Pada kesempatan berkunjung ke sana, kami memilih pulau Lancang sebagai tujuan pertama. Karena sejak awal kami memang ingin memancing ikan di tempat yang dikenal sebagai surganya para pemancing mania itu.
Penyeberangan Jakarta ke Pulau Lancang
Menuju pulau Lancang, kami melalui dermaga tua Cituis di Rawa Saban, yang terkesan tradisional dan bersahaja. Kami menyeberang pada pemberangkatan kedua sekitar pukul 12.00 WIB, karena pemberangkatan pertama pukul 07.00 WIB terlalu pagi bagi kami yang tinggal di daerah Bekasi. Perjalanan ke pulau Lancang dengan menggunakan kapal motor ini memakan waktu sekitar 40 menit.
Pulau Lancang
Pulau ini memiliki dua dermaga, yaitu dermaga Barat dan Timur. Perahu kami merapat di dermaga Timur pulau. Setiba di sana, kami memasuki area desa nelayan dan berkenalan dengan warga setempat. Salah satu di antaranya adalah sepasang suami istri pemilik warung makan yang sangat ramah dan menyambut kami seperti keluarga sendiri.
Selanjutnya, kami diantarkan rumah penduduk yang sudah kami sewa untuk tempat menginap. Letaknya persis di dekat pantai, sehingga kami bisa mendengar debur ombak dengan sangat jelas di malam hari. Sebelum acara memancing, kami mencoba makan malam di warung keluarga tadi, dan ternyata masakan si ibu pemilik warung itu sangaaat enak.
Semula kami akan langsung lanjut memancing ikan dengan perahu ke tengah laut, namun karena cuaca malam itu kurang mendukung, akhirnya kami hanya memancing di sekitar dek dermaga tempat di mana perahu-perahu ditambatkan.
Pulau Onrust
Pada hari kedua, kami mengunjungi beberapa pulau sekaligus dengan menggunakan perahu kayu. Untungnya, perairan laut sedang sangat tenang dan cuaca sangat cerah, sehingga kami bisa berlayar dengan tenang. Pulau Onrust menjadi tujuan pertama kami hari itu.
Menurut kisah sejarah yang tertulis di tugu batu informasi, pada tahun 1615, Belanda membangun dermaga dan galangan kapal untuk memperbaiki kapal-kapal VOC di pulau ini. Pada tahun 1658, dibangun sebuah benteng kecil, yang kemudian pada tahun 1671 diperluas menjadi benteng segilima. Selanjutnya tahun 1671 dibangun gudang dok dan kincir angin.
Antara tahun 1800-1810, pulau ini diserang dan dihancurkan oleh armada Inggris, namun kemudian Belanda membangunnya kembali pada tahun 1840 sebagai pangkalan angkatan laut. Baru pada tahun 1911, dibangun kembali tapi peranannya beralih menjadi tempat karantina jamaah calon haji. Pada tahun 1972, ditetapkan oleh Gubernur DKI Jakarta kala itu sebagai pulau bersejarah dan cagar budaya Taman Arkeologi Onrust.
Pulau ini juga memiliki riwayat pernah hancur akibat gelombang pasang yang terjadi akibat meletusnya gunung Krakatau tahun 1883. Juga pernah dijadikan sebagai tempat pembuangan para penjahat pemberontak dan penjahat kriminal. Di sini terlihat ada bangunan eks penjara, rumah sakit, hingga makam Belanda.
Pulau Cipir
Pulau Cipir atau Pulau Kahyangan adalah pulau kedua dari tiga serangkai pulau-pulau Onrust, Cipir dan Kelor. Pulau ini pernah ditetapkan oleh Belanda sebagai pos pertahanan terdepan untuk melindungi kota Batavia atau Jakarta kala itu.
Seperti halnya di pulau Onrust, suasana kuno dan sedikit angker segera menyergap, begitu kami menginjakkan kaki di pulau ini. Pulau ini sedikit lebih kecil dari pulau Onrust. Di sini pernah dibangun rumah sakit pada tahun 1911-1933, yang reruntuhannya masih bisa terlihat. Juga masih terlihat bekas kamar mandi dan barak, bahkan ada juga meriam besar kuno di dekat dermaga.
Pulau Kelor
Rasa-rasanya, pemandangan paling eksotik dari pulau-pulau yang kami kunjungi adalah yang terdapat pada pulau Kelor. Walaupun pulau ini terkecil di antara semuanya, namun masih menyisakan bangunan eks benteng yang masih cenderung utuh dibandingkan di dua pulau sebelumnya.
Bangunan benteng kuno inilah yang membuat kami rela bersusah payah menyeberangi lautan demi bisa mengabadikannya. Air laut yang sangat bersih, hamparan pasir putih di sepanjang pantai dan di latar belakang menyembul sisa reruntuhan benteng Martell, seperti yang sering kita
saksikan di film-film klasik Eropa. Sungguhlah merupakan perpaduan alam yang sangat menawan dan menentramkan hati.
Pulau Untung Jawa
Pulau terakhir yang kami kunjungi di hari kedua ini adalah pulau Untung Jawa. Berbeda dengan ketiga pulau sebelumnya, pulau ini terlihat lebih modern dan nampaknya sengaja dikemas sebagai salah satu destinasi wisata masa kini. Di sini tersedia fasilitas penginapan hotel dan homestay, toko cindera mata, warung kuliner khas pantai, snorkeling, diving, banana boat, jetski, dan wisata bahari untuk menikmati panorama alam dengan kapal.
Sayang, kami tak dapat terlalu lama berada di pulau ini karena matahari sudah mulai turun. Sehingga kami harus segera kembali menuju Pulau Lancang sebelum cuaca dan ombak laut menjadi kurang bersahabat. Next