Sebagai negara maritim, Indonesia punya banyak warga yang menggantungkan hidupnya sebagai nelayan. Tak heran jika sejumlah ritual untuk samudra sering sekali ditemui di Nusantara. Salah satunya adalah ritual Petik Laut Madura. Kebiasaan ini kerap dilakukan oleh para nelayan di Pulau Jawa dan sekitarnya, sebagai bentuk syukur atas hasil tangkapan ikan melimpah sepanjang tahun.
Baca juga : 4 Wisata Alam di Lampung, Ada Negri di Atas Awan
Upacara ini biasanya digelar secara megah dan menjadi pertunjukan tersendiri bagi warga sekitar maupun wisatawan. Sumenep menjadi salah satu daerah yang rutin mengadakan tradisi ini. Kabarnya di masa mendatang, adat semacam ini akan dikembangkan agar bisa menjadi salah satu daya tarik utama pariwisata di Madura. Lantas seperti apa sebenarnya tradisi Petik Laut digelar di Sumenep?
Asal usul Tradisi Petik Laut
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, Petik Laut merupakan bentuk ungkapan syukur para nelayan terhadap Tuhan atas panen hasil laut yang melimpah. Kesempatan yang sama juga digunakan untuk memohon berkah dan keselamatan untuk semua orang yang bekerja di lautan. Tradisi semacam ini sudah sering digelar di sejumlah daerah di Pulau Jawa.
Perahu Hias Bikin Semarak
Salah satu hal paling menarik dari tradisi Petik Laut adalah kehadiran perahu hias yang dibuat khusus untuk kebutuhan melarung sesaji di lautan. Bentuknya diupayakan semirip mungkin dengan perahu yang biasa digunakan nelayan untuk mencari ikan. Selain bentuknya yang benar-benar diperhatikan, kapal hias ini juga diusahakan terlihat cantik dan indah. Di dalam bagian dalam kapal, biasanya dimasukkan beberapa bahan sesaji sebagai bentuk permohonan sekaligus rasa syukur.
Mendapat Sentuhan Modern
Layaknya tradisi asli Indonesia pada umumnya, Petik Laut juga sudah mendapatkan sentuhan modernisasi. Salah satunya adalah penambahan pertunjukan sebelum tradisi digelar. Pertunjukan yang disuguhkan biasanya meliputi pagelaran musik dangdut, orkes, dan lainnya. Umumnya pagelaran ini akan berbeda di masing-masing daerah. Tergantung kesepakatan para nelayan, warga sekitar, maupun pihak panitia yang ditunjuk untuk mengatur jalannya kegiatan.
Petik Laut di Sumenep
Sumenep juga termasuk salah satu daerah yang menggelar tradisi Petik Laut, atau dalam bahasa Madura dikenal dengan istilah Rokat Tase. Namun ada yang sedikit berbeda dari kebiasaan daerah di kawasan Madura itu. Salah satunya dari sisi peserta.
Jika umumnya Petik Laut hanya diikuti oleh nelayan, maka di Sumenep warga yang tidak menggantungkan mata pencariannya di laut pun juga ikut melarung sesaji. Hal ini dikarekanakan ritual Petik Laut diyakini juga bisa memberikan berkah pada mereka yang bertugas mencari nafkah untuk keluarga.
Dari sisi sesajen, warga Sumenep juga punya kebiasaan sendiri. Sesajen yang dimasukkan ke dalam kapal hias biasanya berupa kepala kambing, kembang tujuh rupa, dan ayam berwarna hitam. Tak lama setelah dilarung, kapal para nelayan akan menghampiri tempat sesajen dilepas. Mereka akan berebut mengambil air laut di sekitarnya karena diyakini memiliki khasiat menolak bala atau menjauhkan dari malapetaka.
Perahu Hias Tak Hanya Diisi Pria Dewasa
Biasanya yang ikut naik di perahu hias dalam Petik Laut adalah kaum pria dewasa. Namun di Sumenep biasanya anak-anak dan wanita juga diperbolehkan naik. Seperti yang disebutkan sebelumnya, ritual Petik Laut dipercaya bisa melancarkan rezeki sebuah keluarga. Selain itu, tradisi ini biasanya digelar hampir bersamaan dengan Rokat Desa atau Bersih Desa, hingga semua warga ikut dilibatkan di dalamnya.
Setelah semua prosesi selesai, Petik Laut biasanya dilanjutkan dengan pertunjukan karawitan di siang hari. Malamnya, akan ada pagelaran ketoprak ludruk yang sekaligus menjadi penutup dari keseluruhan rangkaian acara. Kesenian lain yang juga sering memeriahkan Petik Laut antara lain ketoprak, drum band, dan jaranan.
Itulah tadi beberapa keunikan ritual Petik Laut yang biasa dilakukan oleh nelayan Sumenep. Jangan lupa untuk menyempatkan diri menyaksikan langsung megahnya tradisi ini jika kebetulan berkunjung ke Pulau Garam. Next