Gunung Gede Pangrango merupakan salah satu taman nasional yang tertua di Indonesia. Didirikan pada tahun 1980 sebagai sarana konservasi flora pegunungan yang cantik di Jawa Barat. Saya akan membagikan pengalaman ketika melakukan pendakian ke puncak Gunung Gede Pangrango (2958 mdpl) pada tahun 2017 silam.
Baca juga : Zaanse Schans, Desa Kincir Angin di Belanda dengan Sejuta Keistimewaan
Persiapan Pendakian
Tepat setelah waktu salat Maghrib, seluruh peserta berkumpul di kampus STMKG untuk mendapatkan arahan sebelum pendakian. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 14 hingga 16 Juli 2017.
Seusainya pengarahan, perjalanan dimulai menuju basecamp pukul 20.00 WIB. Sesampainya di sana, kita mengantre untuk melakukan persiapan akhir dan secara berurutan memulai pendakian.
Tiba disana sekitar jam 01.00 dini hari, peserta dipersilahkan untuk beristirahat sejenak dan mempersiapkan diri untuk memulai pendakian. Ada yang menyempatkan diri untuk tidur, ada yang makan, ada yang bercengkrama dengan yang lain dan tidak sedikit juga yang membeli kenang-kenangan yang dijual di sekitaran basecamp.
Pendakian Melalui Jalur Gunung Putri
Pendakian dimulai sekitar pukul 03.00 WIB dengan rute Gunung Putri. Sebelum dimulai, tiap kelompok mendapatkan arahan dari pihak pengelola Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, seperti saran untuk menggunakan sepatu, tidak memisahkan diri dari kelompok, tidak mengucapkan kata-kata yang tidak pantas, tidak membuang sampah sembarangan, dan lain sebagainya.
Setelah itu, kelompok yang telah dibagi memulai pendakian. Awalnya saya sendiri sempat kewalahan di awal perjalanan, nafas terasa begitu berat, tapi seiring berjalannya waktu, langkah demi langkah, perjalanan pun terasa menyenangkan, apalagi bersama teman-teman membuat 7 jam hiking tak terasa.
Alun-Alun Surya Kencana
Sudah 7 jam kami mendaki dan belum tiba juga di Puncak. Malahan, kami baru tiba di alun-alun Surya Kencana, tempat yang justru menghadirkan begitu banyak cerita, keindahan, dan pengalaman bagi saya pribadi. Kami tiba kurang lebih pukul 10.00 WIB.
Sesampainya di alun-alun, kami disambut dengan angin kencang dengan pemandangan luar biasa. Ingin rasanya berada lebih lama di sini. Setelah kurang lebih setengah jam berfoto-ria, kami melanjutkan perjalanan ke lokasi perkemahan, tempat kita akan mendirikan tenda dan beristirahat malam ini.
Sepanjang perjalanan menuju tempat mendirikan tenda, saya disuguhkan dengan hamparan padang rumput yang sangat luas dengan ditemani begitu banyak bunga Edelweis (Anaphalis Javanica), ya, bunga legendaris yang merupakan bunga langka dan juga dijuluki sebagai ‘Bunga Abadi’. Setelah tiba ditempat berkemah, saya menghabiskan waktu untuk beristirahat dan menikmati suasana yang begitu damai.
Setelah tiba malam hari, ketika beberapa peserta sudah terlelap, saya memutuskan untuk menyempatkan diri untuk berburu foto Milky Way. Ya, saya merupakan salah satu yang begitu tergila-gila dengan fenomena luar angkasa ini. Meskipun hasilnya kurang bagus karena alat yang kurang memadai, saya tetap puas dan menikmati proses pengambilannya.
Pagi harinya kami kembali ke Alun-alun Surya Kencana untuk menikmati pemandangan matahari terbit, namun kami cukup kecewa karen tebalnya awan yang menutupi pemandangan.
Menuju Puncak Gunung Gede Pangrango
Pendakian menuju puncak menempuh waktu kurang lebih 2 jam. Selama perjalanan, lalu lintas para hikers baik yang naik maupun yang turun begitu padat, mungkin seperti ini rasanya macet di gunung. Setelah tiba dipuncak kami disuguhkan dengan pemandangan yang begitu luar biasa, sayangnya, tidak lama kemudian awan menutupi pemandangan yang sedang cantik-cantiknya.
Kami kembali mengabadikan momen-momen di ketinggian 2958 meter diatas permukaan laut dengan wajah yang begitu sumringah. Hanya 1 jam kami dipuncak dan harus turun lagi karena perjalanan turun yang juga memakan waktu serta banyaknya pendaki yang mengantri untuk naik.
Kembali Lewat Jalur Cibodas
Menurut saya, perjalanan pulang adalah yang paling berat karena terbebani tas serta tenaga yang terbatas. Salah satu medan yang paling menakutkan adalah menyeberangi sumber air panas yang sebelahnya merupakan jurang. Permukaan yang licin dan air yang panas, serta uap air yang begitu tebal menutup pandangan membuat saya sempat gemetaran menyeberanginya.
Kami tiba di basecamp sekitar pukul 17.00 WIB. Selagi beristirahat, kami menunggu anggota yang lain berkumpul dan kemudian menuju bus yang sudah menunggu di parkiran. Bus berangkat pukul 18.00 WIB.
Ini adalah pengalaman yang takkan terlupakan, karena merupakan pendakian pertama saya. Di sini saya mengenal arti menghargai alam, menikmatinya, serta mensyukuri ciptaan Tuhan yang begitu luar biasa. Inilah salah satu pesona Jawa Barat yang harus kalian kunjungi! Next