in ,

Disebut Puting Beliung, Ternyata Ini Lho Fenomena Pusaran Api di Gunung Bromo

Viral sebuah video memperlihatkan pusaran api di Gunung Bromo. Disebut puting beliung, ternyata ini merupakan fenomena lain.

Pusaran Api di Gunung Bromo

Padang Savana di Gunung Bromo masih terbakar pasca kelalaian sekelompok orang yang mengadakan sesi foto prewedding menggunakan properti flare asap. Meski sudah seminggu berlalu, kebakaran di Gunung Bromo ini masih belum bisa dipadamkan. Bahkan, beberapa hari belakangan viral video yang memperlihatkan fenomena yang disebut sebagai pusaran api di Gunung Bromo.

Baca juga : 4 Wisata Buatan di Pontianak yang Tak Boleh Dilewatkan

Terlihat api yang tergulung angin menjalar tinggi ke atas, berputar dengan cukup cepat. Di sekitarnya, terlihat api masih menjalar di Padang Savana. Tak lama, api merah berubah menjadi asap hitam pekat yang berputar secara vertikal.

Pusaran Api di Gunung Bromo
Foto via Tiktok

Video berdurasi 29 detik ini viral di media sosial, dibagikan oleh akun Tiktok @jalankebromo. Dalam unggahannya, mereka membubuhkan caption Kabar terbaru Bromo dari lokasi kebakaran, muncul puting beliung. Upaya pemadaman terbaik terus berlanjut”. Di dalam video juga terdapat tulisan “Api semakin menjalar ditambah munculnya puting beliung”.

Video tersebut sontak mendapat berbagai komentar netizen. Mereka prihatin dengan keadaan kebakaran Gunung Bromo yang tak kunjung padam. Terlebih kebakaran terjadi karena kelalaian manusia. Butuh penghijauan yang sangat lama untuk mengembalikan seperti semula.

Ilusrasi via BPBD Sidoarjo

Namun, ternyata pusaran api yang ada di Gunung Bromo itu bukan merupakan puting beliung maupun tornado api seperti yang disebutkan dalam video. BMKG Juanda melalui akun resmi Instagram mereka @infobmkgjuanda, memberikan penjelasan. Pusaran api tersebut ternyata dust devil, berbeda dengan puting beliung.

Dust devil adalah pusaran udara kecil tapi kuat. Biasanya, terjadi saat udara kering dan panas. Dikarenakan udara yang tidak stabil di permukaan tanah, maka ia naik dengan cepat melalui udara yang lebih dingin di atasnya. Maka itu, ia berbentuk berputar ke atas. Fenomena ini akan berangsur menghilang karena bertemu udara yang lebih dingin.

Fenomena ini berbeda dengan puting beliung yang berasal dari awan cumulonimbus dengan kecepatan mencapai 60 km/jam. Dampak yang diberikan juga sangat berbeda. Jika puting beliung bisa menghancurkan sekitarnya atau yang dilewati, dust devil tidak bersifat destruktif. Next

ramadan
Balita Mendaki Gunung Kerinci

Viral Video Balita Diajak Orang Tua Mendaki Gunung Kerinci, Gunung Merapi Tertinggi di Indonesia

Jokowi Uji Coba Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Presiden Jokowi Uji Coba Kereta Cepat Jakarta-Bandung: Nyaman dan Tak Terasa Guncangan