Lebaran tiba tidak hanya identik dengan opor ayam atau ketupat. Agenda mudik selalu menjadi perbincangan banyak orang. Nah, kamu yang berencana mudik ke Malang, ada rekomendasi kuliner legendaris di kota cantik ini. Salah satunya Puthu Lanang yang tak hanya lezat, tapi juga legendaris. Penasaran dengan puthu lanang di Malang ini? Yuk, simak ulasannya berikut ini.
Baca juga : Benteng Kedungcowek, Eksotis dan Misterius di Dekat Suramadu
1. Sempat Jualan Keliling dari Tahun 1930-an
Pecinta kuliner Malang pasti tak asing lagi dengan jajanan tradisional ini. Yap, nama Puthu Lanang Bu Soepijah sudah tersohor dan dikenal banyak orang. Hal ini tidak lain karena kelegendarisannya yang bertahan puluhan tahun. Seperti yang diketahui, jajanan ini muncul pertama kali pada tahun 1936. Tak seperti sekarang, Bu Soepijah atau Bu Supiah dan suaminya Abdul Jalal berjualan keliling kampung. Baru tahun 1993, mereka menjual puthu di gang buntu di kawasan Celaket.
2. Buka Warung Hingga Miliki Hak Paten
Sejak berada di Gang Buntu, Jl. Jaksa Agung Suprapto, Kawasan Celaket, warung sederhana bermodalkan gerobak ini tak pernah lepas dari perhatian. Meski bertahun-tahun jualan, rasa yang ditawarkan tak pernah berubah. Kepopuleran tersebut membuat penerus Bu Supaih berinisatif untuk mematenkan nama puthu lanang. Kini brand Putu Lanang sudah dipaten dan disertai hak cipta. Keren kan?
3. Cita Rasa Spesial yang Tak Berubah
Jajanan tradisional yang disajikan dengan daun pisang ini tidak hanya memiliki aroma yang menggiurkan. Namun, cita rasanya juga bikin ketagihan. Seperti kebanyakan, puthu ini terbuat dari tepung beras, parutan kelapa, gula merah dan gula jawa. Adonan tersebut dimasukkan ke dalam tabung bambu sebelum diletakkan di atas alat khusus. Namun, takaran yang digunakan inilah yang menghasilkan rasa istimewa. Resep tersebut turun temurun dari Bu Supiah yang diwariskan kepada anak-anaknya.
4. Kuliner Malam yang Difavoritkan Banyak Kalangan
Kelezatan dari puthu tersebut membuat banyak orang rela antre panjang. Bahkan, tempat makan yang buka dari jam 5 sore ini bisa habis dalam waktu kurang dari 4 jam. Selain puthu, ternyata di sini juga banyak jajanan tradisional yang tak kalah menggugah selera. Ada cenil, lupis, dan klepon. Harganya juga terjangkau dengan porsi lumayan mengenyangkan. Kamu juga bisa sekalian mengkombinasikan menu-menu di sini menjadi satu. Rasanya tak perlu diragukan lagi.
Jajanan tradisional Indonesia memang banyak macamnya. Sayangnya, tidak semua masih bertahan di tengah kemunculan kuliner kekinian dari luar negeri. Tak ingin kehilangan camilan istimewa seperti Puthu Lanang? Yuk, lestarikan kuliner Nusantara. Next