Apakah kamu pernah mendengar kuliner yang disebut ‘Rasi’? Buat yang belum pernah mendengarnya, ‘Rasi’ adalah beras yang terbuat dari singkong. Makanan ini terbuat dari olahan singkong yang diproses hingga menjadi seperti beras.
Baca juga : Oseng Mercon Pak No, Pedesnya Bikin Lidah Terbakar!
Makanan ini biasa ditemukan di Kampung Adat Cirendeu sebagai makanan pokok pengganti nasi. Di kampung ini, kamu bisa melihat secara langsung proses pembuatan hingga mencicipnya.
Awal Mula Dikenalnya ‘Rasi’ Beras dari Singkong
Masa beralihnya makanan pokok masyarakat Kampung Adat Cireundeu dari nasi beras menjadi ‘Rasi’ dimulai kurang lebih pada tahun 1918. Dipelopori oleh Ibu Omah Asmanah, keluarga bapak Haji Ali dan kemudiaan diikuti oleh saudara-saudaranya di kampung ini. Kemudian, pemerintah melalui Wedana Cimahi memberikan penghargaan “Pahlawan Pangan” kepada Ibu Omah Asmanah pada tahun 1964.
‘Rasi’ yang sudah siap dikonsumi oleh masyarakat Desa Cireundeu. (c) Lutfi Dananjaya/Travelingyuk
Pada masa tugas Bupati Memed, pangan pokok ‘Rasi’ masyarakat Desa Cireundeu sering diikutsertakan pada pameran-pameran pangan non-beras yang mewakili Kabupaten Bandung. Salah satu tujuan diperkenalkannya berbagai jenis makanan yang terbuat dari singkong serta proses pembuatannya ini adalah agar masyarakat luas tidak bergantung pada beras sebagai makanan pokok.
Proses Pembuatan ‘Rasi’ Beras dari Singkong
Singkong yang banyak ditanaman masyarakat desa di lereng-lereng perkebunan dikuliti kemudian diparut. Setelah itu parutannya diperas hingga tidak menyisakan air. Ampas parutan tersebut kemudian dijemur. Hasil penjemurannya inilah yang kemudian menjadi ‘Rasi’.
‘Rasi’ yang diolah menjadi kerupuk Opak sedang dijemur oleh masyarakat (c) Lutfi Dananjaya/Travelingyuk
‘Rasi’ inilah yang dikonsumsi oleh masyarakat sebagai pangan pokok pengganti nasi beras. Selain sebagai pangan pokok, ‘Rasi’ yang diproduksi oleh masyarakat secara tradisional diolah kembali menjadi panganan lain, salah satunya yang paling banyak digemari adalah kerupuk opak.
Kawasan Bioindustri Pangan Lokal Ubi Kayu
Masyarakat Kampung Adat Cireundeu selalu menjadikan tradisi yang mereka miliki menjadi keseharian untuk menopang kehidupan. Tradisi yang terus dijaga dari puluhan tahun lalu berbaur dengan keterbukaan masyarakat pada perkembangan modern dan teknologi saat ini.
Proses produksi produk turunan ‘Rasi’ yang dikelola secara industri (c) Lutfi Dananjaya/Travelingyuk
Karakter masyarakat yang mandiri dan terbuka ini membuka peluang baru bagi masyarakat untuk mengembangkan desa. Salah satu hasilnya adalah dijadikannya Kampung Adat Cireundeu sebagai Kawasan BioIndustrial Pangan Lokal Ubi Kayu. Pola tradisi pengolahan pangan pokok ‘Rasi’ dipadukan dengan alat-alat produksi yang modern hingga bisa menghasilkan produk turunan yang profitable bagi masyarakat.
Manfaat Mikong untuk Kesehatan
Pabrik milik masyarakat yang dikelola oleh masyarakat ini menghasilkan beberapa produk yang saat ini masih terus dikembangkan. Produk terakhir yang terus secara konsisten diproduksi adalah mikong. Berbahan dasar tepung ‘Rasi’ kemudian diolah menjadi mi, mikong memiliki tekstur yang kenyal dan lembut. Konsumen yang membeli produk-produk ini biasanya lebih banyak datang langsung ke Kampung Adat Cireundeu.
Produk turun dari ‘Rasi’ yang diproduksi oleh pabrik Kawasan BioIndustrial Pangan Lokal Ubi Kayu (c) Lutfi Dananjaya/Travelingyuk
Khusus mikong, kebanyakan orang membelinya untuk anak-anak mereka yang memiliki penyakit autisme. Selain rasanya yang kenyal, lembut dan gurih, mie berbahan dasar ‘Rasi’ ini memiliki peranan sebagai pengganti mie konvensional untuk dikonsumsi oleh anak-anak yang memiliki penyakit autisme. Kandungan gula pada ‘Rasi’ yang relatif lebih sedikit dari beras padi, ternyata juga punya manfaat baik untuk kesehatan tubuh kita.
Buat yang penasaran dengan pembuatan hingga rasa ‘Rasi’ beras dari singkong ini, bisa langsung datang ke Kampung Adat Cirendeu. Lokasinya tak jauh dari pusat kota Cimahi lho! Next