Lamongan memiliki beberapa kuliner yang sudah dikenal luas. Salah satu yang sudah cukup terkenal adalah Soto Lamongan, biasa disuguhkan bersama potongan daging ayam dan serbuk koya gurih. Selain itu masih ada pecel lele, sajian yang telah cukup populer di penjuru Nusantara. Namun sejatinya masih ada satu kuliner otentik Lamongan yang tak kalah nikmat, Sego Boranan namanya.
Baca juga : Jelajah Kuliner Enak yang Rasanya Melegenda di Pasar Lama Tangerang
Sego boranan memang belum sepopuler Soto Lamongan, tahu campur, atau Wingko Babad. Namun bagi warga asli Lamongan, sego boranan adalah jati diri. Tak jarang mereka yang merantau akan mencari sajian ini untuk sekedar melepas rindu kala tengah berada di kampung.
Punya Sejarah Panjang
Sebutan Sego Boranan diambil dari dua kata, sego yang berarti nasi dan boran yang bermakna tempat nasi dari anyaman bambu. Boran yang digunakan biasanya berukuran cukup besar. Penjual nasi Boranan asli sudah hampir pasti bakal membawa wadah tersebut ketika berjualan. Kurang lengkap rasanya jika komponen unik ini absen dari pandangan.
Sego Boranan diyakini berasal dari Desa Sumberejo, Kecamatan Kota Lamongan. Menurut beberapa dokumen, kuliner Lamongan ini mulai dikenal pada 1944. Pihak yang bertanggung jawab memperkenalkan pertama kali tak lain adalah Keluarga Yuk Ponah.
Aneka Lauk Nikmat
Setiap berjualan, penjaja kuliner ini bakal sediakan beragam lauk. Mulai dari ayam, ikan bandeng, tahu, tempe, hingga yang paling otentik adalah ikan sili. Ikan ini hanya hidup di rawa-rawa sekitar Bengawan Solo, terutama di kawasan Kabupaten Lamongan.
Ikan Sili yang Otentik
Saat ini keberadaan Ikan Sili sudah jarang ditemukan. Ikan satu ini memang tidak bisa diternak dan hanya bisa ditangkap di habitat aslinya. Hal inilah yang membuatnya langka, sehingga tak semua penjual sego boranan menyediakan lauk ikan sili.
Kalaupun ada, harganya bakal lebih mahal dibanding lauk lainnya. Namun inilah ciri khas yang membuat kuliner satu ini terasa makin otentik.
Relatif Murah
Seporsi nasi ini dibanderol dengan harga berbeda, tergantung lauk yang dipilih. Nasi dengan lauk ayam biasanya ditawarkan seharga Rp 12.000. Sementara jika memilih Ikan Sili, Teman Traveler harus rogoh kocek hingga Rp15.000. Namun tergantung penjual juga, karena ada yang mematok harga lebih tinggi untuk sajian otentik Lamongan ini.
Seporsi nasi biasanya terdiri dari komponen lain seperti urap, gimbal empuk, gimbal lenthok dari singkong, dan lauk. Semuanya lantas diguyur kuah merah bercita rasa pedas. Buat yang tidak suka pedas, hati-hati. Sebab sensasi rasa kuah ini bisa bikin bibir bergetar. Dijamin keringat bercucuran usai mencobanya.
Mudah Ditemukan
Penjaja kuliner ini rata-rata mulai menawarkan dagangan mereka mulai sore hingga malam. Teman Traveler bisa menemukan banyak penjual Sego Boranan di sekitar Lamongan Plaza. Umumnya mereka berjualan dengan sistem lesehan.
Selain Lamongan Plaza, Teman Traveler juga bakal temukan puluhan penjual kuliner serupa di sekitaran Alun-alun Kota Lamongan, tepatnya di belakang Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan. Namun para pedagang di sini biasanya baru mulai berjualan sore hari.
Namun meski identik dengan kuliner malam, bukan berarti Teman Traveler tak bisa temukan sajian ini antara pagi hingga siang hari. Kalian bisa langsung meluncur ke daerah sekitar Stasiun Lamongan atau mampir ke kampung-kampung warga. Banyak yang menjualnya untuk sarapan atau dibawa pulang. Namun percayalah, sajian satu ini akan terasa lebih nikmat jika dimakan di tempat.
Itulah sedikit pengalaman saya menyantap Sego Boranan, sebuah kuliner otentik dengan banyak komponen khas nan menarik. Jika sedang menjelajah wisata Lamongan, jangan lupa mencicipi sajian satu ini. Rasa pedasnya dijamin bakal bikin Teman Traveler ketagihan. Next