Blitar merupakan salah satu kota diJawa Timur yang menyimpan banyak wisata sejarah yang kian ramai dikunjungi. Tak hanya makam Bung Karno dan Candi Penataran saja yang menjadi pusat wisata kota Blitar ini. Sejarah dengan peradaban masa lalu memang kerap ditemukan dikota ini. Salah satunya adalah Situs Umpak Balekambang yang dipercaya banyak masyarakat sebagai tempat perd=singgahan para Raja oada era Kerajaan Majapahit.
Baca juga : Keindahan Tersembunyi di Air Terjun Katasa Simalungun
Situs ini bukan seperti situs lainnya yang ebrupa stupa ataupun candi namun hanya berupa umpak batu sebanyak 36 buah yang diletakkan bersusun dari depan ke belakang. Tempat ini dipisahkan menjadi tiga bagian yaitu pintu masuk, teras, dan bale. Pada bagian pintu masuk yang berada di bagian depan terdapat 4 buah umpak batu yang disusun berjejer. Pada bagian teras yang berada di belakangnya terdapat 2 buah umpak batu, sedangkan pada bagian bale atau bangunan utama terdapat 30 umpak batu yang disusun secara berjejer secara rapi hingga ke belakang.
Situs ini memiliki dua kata yakti Bale yang ebrarti tempat persingghaan dan Kambang yang memiliki arti Mengambang. Jadi bisa diartikan sebagai sebuah bangunan yang digunakan untuk persinggahan dengan pondasi bebatuan tiang mengambang atau tidak tersentuh oleh tanah. Hal ini dapat kamu ketahui pada pondasi yang bewarna bata merah yang sengaja dijadikan alas sehingga nampak seperti emngambang. Warna bata merah ini merupakan ciri khas dari kerajaan Majapahit.
Konon dulunya tempat ini difungsikan sebagai tempat persinggahan raja-raja era kerajaan Majapahit saat berkunjung ke Blitar. Situs Umpak Balekambang menjadi tempat peristirahatan sekaligus rapat petinggi kerajaan. Selain itu, tempat ini juga difungsikan sebagai bangunan suci tempat beribadah dengan mendekatkan diri kepada Tuhan agar terhindar dari mala bahaya khususnya bencana alam letusan Gunung Kelud.
Situs Umpak Balekambang dibuka setiap hari dengan jam buka mulai pukul 07.00 hingga 17.00 WIB. Untuk tiket masuknya gratis dan tidak dipungut biaya parkir juga untuk kendaraan pengunjung. Meski gratis, namun pihak pemerintah tetap emberikan fasilitas untuk pengunjung seperti toilet, dan mushoa. Namun tidak tersedia warung penjual makanan, untuk itu teman traveler diharapkan membawa camilan dan minuman sendiri. Tempat ini hanya ramai dikunjungi saat acara slametan, kenduren, nyadran dan tradisi Tumpeng Agung yang diadakan setiap setahun sekali. Next