Akhir September lalu, suasana Solo mendadak lebih ramai lewat hadirnya gelaran Solo City Jazz 2019. Ajang musik tahunan ini sudah memasuki edisi ke-10 dan terasa makin meriah tiap tahunnya. Satu hal yang menarik adalah untuk pembukaan digelar Fashion on the Street alias pagelaran busana di jalanan. Seperti apa menariknya? Yuk, simak ulasan berikut.
Baca juga : Bukit Klangon, Sensasi Baru Menikmati Keindahan Gunung Merapi yang Memesona
Bertempat di Kampung Batik
Solo City Jazz 2019 berlangsung sedikit berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya lantaran digelar di tiga tempat sekaligus. Dua tempat pertama adalah Kampung Batik Laweyan dan Kauman, kawasan berisi puluhan perajin batik Solo. Sementara lokasi terakhir yang juga sekaligus digunakan untuk menghelat acara puncak adalah Taman Balekambang.
Semua tempat tersebut dipilih bukan tanpa pertimbangan. Sama seperti sebelum-sebelumnya, penyelenggara Solo City Jazz selalu mengambil lokasi yang bisa dibilang merupakan landmark-nya Solo. Edisi 2018 silam digelar di Pasar Gedhe dan tahun sebelumnya lagi di Pasar Windujenar-Ngarsopuro.
Fashion Show Apik Karya Rory Wardana
Deretan karya desainer Rory Wardana menandai dibukanya pagelaran Fashion on The Street, yang sekaligus menandai dibukanya Solo City Jazz 2019. Jalanan di sekitar Kampung Batik Laweyan dan Kauman nampak makin meriah berkat karya-karya menawan dari sang perancang.
Rory sendiri merupakan desainer asli Solo yang mengawali karirnya sejak 1997. Di tahun yang sama, ia tercatat menyabet gelar Juara Harapan I di ajang Putra Batik Jawa Tengah. Seiring berjalannya waktu, ia makin mendalami kemampuan di bidang fashion & modeling, hingga kini menjadi salah satu desainer kenamaan Kota Batik.
Menampilkan 9 Karya Khas Nusantara
Dalam Fashion on The Street yang digelar di Kampung Batik Laweyan, Rory Wardana memamerkan total sembilan karya busana etnik yang terinspirasi dari kain tenun khas Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, serta Papua. Warna-warna yang dipilih cukup mencolok, untuk menyesuaikan meriahnya suasana kampung batik.
Kampung Batik Kauman pun juga menggelar acara serupa. Di sini Rory memilih untuk tetap mengangkat wastra Nusantara dari berbagai daerah Indonesia. Sebut saja songket Palembang serta Padang, hingga tapis dari Lampung.
Makin Seru dengan Lantunan Perkusi
Demi menyegarkan suasana, Solo City Jazz kerap memberi kesempatan pada pemusik atau penampil lain yang sebenarnya tidak fokus sepenuhnya pada aliran jazz. Hal ini kerap jadi daya tarik tersendiri, melihat bagaimana para musisi tersebut memberikan interpretasi pada musik jazz.
Dalam pagelaran tahun ini, keunikan tersebut diwakili oleh Piee Cee Project, sebuah grup perkusi yang mengiringi jalannya acara Fashion on The Street. Mereka berhasil tampil memukau hingga mengundang decak kagum para jurnalis dan warga Solo yang menghadiri acara.
Itulah sedikit bahasan mengenai meriahnya Fashion on The Street, cara unik untuk membuka gelaran Solo City Jazz 2019. Buat Teman Traveler yang melewatkan event ini, jangan khawatir. Perhelatan akbar ini rutin digelar tiap tahun di Kota Batik. Jadi mulai sekarang, susun rencana liburan ke Solo dan jangan lupa hadiri acara ini tahun depan ya. Next