Buat Teman Traveler yang sedang liburan di Solo, jangan lupa mampir ke Taman Sriwedari. Ruang publik ini punya sejarah panjang dan memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat pada masa keemasan Keraton. Yuk, simak ulasan lengkapnya berikut ini.
Baca juga : Pecel Pitik Banyuwangi, Urap Ayam Pedas Siap Memanjakan Lidah
Kawasan Hiburan Rakyat
Taman Sriwedari berada di Kabupaten Lawiyan, Surakarta. Semasa pemerintahan Sri Sultan Pakubuwana X, kawasan ini digunakan untuk menggelar tradisi hiburan malam Selikuran. Biasanya pementasan yang diadakan adalah pertunjukan wayang Ramayana, dengan mengangkat kisah Ramayana dan Mahabarata. Pertunjukan ini biasanya diadakan tiap malam, kecuali Sabtu.
Pada 1948, Taman Sriwedari juga dipilih sebagai venue pertama Pekan Olahraga Nasional. Kini, berkat keindahan dan sejarahnya, taman ini kerap jadi salah satu objek wisata favorit di Solo.
Fasilitas Lengkap
Selain jadi sarana hiburan rakyat, Taman Sriwedari juga sediakan beberapa fasilitas seperti Gedung Wayang Orang, Teater Terbuka, Museum Radya Pustaka, Stadion Sriwedari, Plaza Mini Fungsi, Museum Keris, Kebun Binatang Mini, Masjid Raya, Hutan Kota, dan masih banyak lagi.
Tiket masuk menuju taman ini juga cukup murah. Teman Traveler hanya perlu membayar Rp7.000 per orang. Dengan bujet segitu, kalian sudah bisa menikmati keindahan di sekitarnya sampai puas.
Mengagumi Gedung Wayang Orang
Gedung Wayang Orang (GWO) Sriwedari adalah tempat pertunjukan yang kerap mengangkat cerita Ramayana dan Mahabarata. Pada kesempatan tertentu, digelar juga pertunjukan gabungan dengan para seniman dari Jakarta, Semarang, maupun Surabaya.
GWO Sriwedari dihiasi banyak ornamen menarik. Salah satunya lukisan raksasa di dinding sayap kanan dan sayap kiri atas yang menggambarkan kisah ‘Kresno Duto’ dalam Mahabarata.
Dikisahkan Prabu Kresna sebagai perwakilan Pandawa melakukan negosiasi dengan Pihak Kurawa, meminta hasil perjanjian mereka melakukan pengasingan selama 12 tahun Namun negosiasi tak berjalan sesuai rencana dan Kresna mengamuk usai berubah menjadi raksasa. Untungnya, amarah tersebut berhasil dipadamkan oleh Batara Naradha.
GWO Sriwedari sendiri tetap mempertahankan bentuk aslinya hingga kini. Dinding utara dan selatan tidak ditutup dengan tembok bata, namun hanya menggunakan kaca tembus pandang. Selain mengurangi konsumsi listrik untuk penerangan, lapisan kaca ini juga memungkinkan masyarakat yang tak bisa masuk/membeli untuk tetap menikmati pertunjukan.
Sayangnya, GWO Sriwedari belakangan tampak kurang terawat. Hal ini disebabkan beberapa hal, salah satunya konflik antara ahli waris dengan Pemerintah Kota Surakarta. Selain itu, minat masyarakat terhadap pertunjukan wayang juga terus menurun.
Itulah sedikit ulasan mengenai Taman Sriwedari, sebuah kawasan bersejarah yang patut disambangi jika Teman Traveler sedang berada di Solo. Bagaimana, adakah di antara kalian yang tertarik mampir? Next